"Dunia Park Chanyeol berbeda dengan kita! Lebih baik kau menjauh darinya!"Kata-kata yang diucapkan Kyungsoo sore tadi masih mengiang jelas di telinga Gayoung. Ia masih merasa kesal, juga tak mengerti. Pertemuannya dengan Park Chanyeol bukanlah sesuatu yang disengaja. Tapi kenapa Kyungsoo terlihat tak menyukai hal ini? Apakah ini kesalahannya? Jelas tidak, begitu batin Gayoung dongkol.
Jam dinding kamarnya sudah menunjukkan hampir pukul sembilan malam. Malam ini ia bermaksud untuk beristirahat lebih awal, meskipun besok ia tak perlu ke kantor karena hari libur. Ditambah lagi malam itu ia harus berada di rumah seorang diri karena kakaknya yang mendapat tugas pekerjaan ke Suwon selama dua hari ke depan dan kedua orang tuanya yang masih berada di Busan untuk menjenguk neneknya yang sedang sakit. Tapi niatnya terbatalkan ketika ponselnya berdering.
***
Kyungsoo masih mengingat jelas kemarahan Gayoung sore tadi. Gadis itu langsung meninggalkan rumahnya tanpa mengatakan apa pun setelah berdebat cukup lama dengannya mengenai Park Chanyeol. Andai saja ia tak memaksakan kehendaknya pada gadis itu, mungkin Gayoung tidak akan semarah ini padanya.
Tapi ia benar-benar tak bisa membohongi dirinya sendiri, bahwa sesungguhnya ia sangat cemburu mengetahui gadis itu terlibat skandal dengan artis ternama seperti Park Chanyeol.Tidak. Bukan karena ia adalah seorang penggemar dari lelaki bernama Park Chanyeol itu. Ia sungguh, bukan penggemar dari pria itu. Kyungsoo hanya khawatir jika dunia para artis yang penuh dengan skandal itu tak sesuai dengan Gayoung yang berasal dari kalangan biasa. Ia tak ingin jika suatu saat gadis itu jatuh hati pada sang Artis dan kemudian mendapat banyak masalah dari para penggemarnya.
Sejak tadi Kyungsoo berusaha untuk menghubungi gadis itu. Tapi ia tak menjawabnya. Kali ini ia akan kembali mencobanya. Dilihatnya jam dinding ruangannya yang belum menunjukkan waktu yang terlalu malam. Dengan volume televisi yang terdengar samar, Kyungsoo meraih ponselnya dan menghubungi gadis itu lagi.
Ia kembali meletakkan ponselnya, kesal. Panggilan yang ditujunya tengah sibuk. Dengan siapa Gayoung bertelepon di waktu semalam ini? Apakah lagi-lagi dengan Park Chanyeol?
***
Park Chanyeol berdiri di balik tirai jendela apartemennya, termenung memandangi pemandangan kota Seoul malam itu. Untuk tiga hari ke depan, ia dibebaskan dari berbagai kegiatan sebagai waktu untuknya mempersiapkan konsernya yang akan digelar dalam waktu dekat. Tapi tampaknya ia tak akan benar-benar menikmati waktu liburnya mengingat ulah para sasaeng yang benar-benar mengganggu.
Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya, memandangi benda itu sejenak. Sejak tadi ia merasa tak tenang dengan keadaan Gayoung, dan sekaranh ia ingin menghubungi gadis itu, memastikan apakah gadis itu baik-baik saja di sana.
Chanyeol tahu persis seperti apa sikap para penggemar-mengerikan-nya yang telah menyebar foto dirinya bersama Moon Gayoung di media. Setelah mempertimbangkannya, Chanyeol pun memutuskan untuk menghubungi gadis itu.
"Yeoboseyo."
Ia mendengar suara seorang gadis yang menyapa di seberang sana. Untung saja gadis itu menjawab teleponnya. Dari nada sapaannya, gadis itu tampak baik-baik saja.
"Moon Gayoung-ssi. Apa kau baik-baik saja?" tanyanya.
Gadis itu tergelak. Chanyeol menggaruk kepalanya yang sama sekali tak gatal itu. Setidaknya gadis itu mengatakan sendiri padanya bahwa dirinya baik-baik saja.
"Aku baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir."
Chanyeol akhirnya dapat bernafas lega setelah mendengar pernyataan gadis itu. Sungguh. Setidaknya, pikirannya mengenai para penggemar yang bisa berbuat apa saja pada gadis itu tidak terjadi. Gadis itu aman.
"Aku cukup lega mendengarnya." ucap Chanyeol sambil tersenyum kecil. "Apa kau akan menghubungiku jika terjadi sesuatu di sana?"
"Tentu tidak."
Senyuman lelaki itu hilang disusul kerutan di keningnya. "Moon Gayoung-ssi. Saat ini keamananmu benar-benar menjadi tanggung jawabku, setidaknya sampai suasana di luar sana tenang. Kau harus memberitahuku."
Ia kemudian mendengar ledakan tawa gadis di seberang sana. "Hei, jika terjadi sesuatu padaku di sini, tentu saja aku harus menghubungi kantor polisi." balasnya terbahak-bahak.
Chanyeol mendengus keras, namun ia tak merasa kesal. Tidak sedikit pun. Ia ikut tergelak setelah itu. "Baiklah, kau boleh menganggapku sebagai seorang polisi. Kau harus menghubungiku jika terjadi sesuatu di sana. Apa kau mengerti?"
Untuk beberapa saat, tak terdengar suara apa pun di seberang sana.
"Hei," panggil Chanyeol. Firasatnya kembali buruk.
"Moon Gayoung-ssi,"
"Listrik di rumahku tiba-tiba padam."
Kening Chanyeol kembali berkerut. Ia berusaha bersikap tenang. "Di mana kau sekarang? Di ruang tamu-kah? Atau di kamarmu?"
"Di kamarku." Gadis itu tampak sedang mencari sesuatu. Terdengar dari suaranya yang sedikit samar.
"Apakah keluargamu berada di rumah?"
"Tidak. Aku hanya sendiri. Ah," Gadis itu mendesah pelan. "Tunggu sebentar, aku sedang mencari senter."
"Jangan matikan panggilannya." kata Chanyeol sambil menunggu.
Terdengar sedikit suara gaduh di seberang sana. Namun tak lama, gadis itu kembali.
"Sepertinya aku harus turun ke bawah untuk mengecek listrik rumahku. Ini aneh."
"Tunggu. Apa maksudmu?" Spontan langkah kakinya berpindah dari tempatnya semula berdiri. Dengan ponselnya yang masih menempel di telinganya, Chanyeol bergegas mengambil mantel dan penutup wajahnya, juga kunci mobilnya. Tampaknya firasatnya kali ini tak salah.
"Hanya listrik di rumahku yang padam. Aku baru saja memastikannya dari jendela kamarku."
***
to be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] The First Met
RomanceBerawal dari sebuah ketidak-sengajaan yang dilakukan oleh Park Chanyeol, salah satu artis kelas atas di Korea Selatan yang membuatnya merasa harus bertanggung jawab atas hari-hari sulit yang akan dihadapi oleh Moon Gayoung, seorang desainer yang bar...