Unbelievable

16 2 4
                                    


"Kau ingin Gayoung tinggal di apartemen kakakmu? Kakak laki-lakimu?"

Do Kyungsoo langsung melemparkan tatapan sinis ke arah Park Chanyeol saat mendengar pertanyaan yang dilontarkannya dengan nada tak percaya itu.

"Kakakku dan istrinya sudah pindah ke luar kota sejak bulan lalu. Mereka malas memindahkan perabotannya, jadi mereka membiarkannya tetap berada di sini. Kau tidak perlu khawatir berlebihan." sahut Kyungsoo datar. "Setidaknya di sini lebih baik daripada di tempatmu." tambahnya lagi sambil lalu.

Chanyeol sedikit tersinggung. "Apa maksudmu?"

"Sudah, sudah. Cukup." sela Gayoung frustrasi. Kedua laki-laki itu spontan menoleh ke arahnya. "Kalian berdua, berhentilah bersikap seperti anak kecil."

Kyungsoo tidak menyahut. Ia segera pergi ke dapur untuk mengambil minuman. Sedangkan Chanyeol, rahangnya yang semula mengeras berubah melunak dan ia mengembuskan nafas pelan. Kemudian ia duduk di samping Gayoung yang terlihat resah. Seolmi yang duduk bersama gadis itu hanya menggelengkan kepala pelan melihat sikap kedua laki-laki itu barusan tanpa berkomentar.

"Jadi, apa rencanamu untuk menyelesaikan kegaduhan ini, Park Chanyeol ssi?" tanya Seolmi sopan setelah hening beberapa saat.

Chanyeol menjatuhkan diri ke sandaran sofa di ruang duduk yang masih cukup empuk, walaupun tidak seempuk sofa di rumahnya. "Aku sudah meminta manajerku untuk menyelidiki siapa yang mendalangi semua perkara ini. Dari masalah di New York kemarin hingga masalah hari ini."

Kedua mata Seolmi melebar. Ia menatap Gayoung—yang sejak tadi tidak menoleh ke arahnya sama sekali—dan Chanyeol setelah mendengar ucapannya. "Ada masalah apa di New York?"

"Seseorang mengikuti Gayoung saat ia pergi ke toilet dan memberikan kertas berisi ancaman padanya."

Seolmi menangkupkan kedua tangannya ke mulut dan menatap Gayoung prihatin. Gadis yang duduk di sampingnya itu sama sekali tidak bergeming. Tampaknya ia sudah benar-benar lelah dengan semua yang telah terjadi.

"Kalian tidak melaporkan hal itu pada polisi?"

Chanyeol menggelengkan kepala. "Tidak, tidak sekarang. Si pelaku kelihatannya cukup berhati-hati saat menjalankan aksinya ini. Jadi kita tidak boleh gegabah. Kita harus mengumpulkan bukti-bukti lainnya, karena jika hal ini sudah tersebar ke media, beberapa kumpulan penggemar pasti akan ikut mengambil tindakan untuk menuntut keadilan untukku."

Kedengarannya memang cukup sombong dan terlalu percaya diri. Tapi begitulah adanya. Para penggemar setia Park Chanyeol sangat mendukungnya. 

"Oh ya, omong-omong soal ancaman..." gumam Seolmi ragu.

"Ada apa?"

Seolmi menatap  enggan Chanyeol yang tengah menatapnya curiga. Lalu ia beralih menatap Gayoung yang kemudian mendesah berat.

"Seseorang mengirimkanku pesan ancaman." ujar Gayoung pelan seraya menyodorkan ponselnya pada Chanyeol.

Raut wajah Chanyeol seketika berubah gelap. Ia langsung mengambil alih benda yang disodorkan oleh Gayoung dengan tak sabar. Hampir saja ia melempar benda itu ke tembok karena marah. Chanyeol benar-benar tidak menyangka orang itu akan berbuat semakin nekat. Tapi untungnya ia segera menyadari bahwa, pertama, benda itu bukan miliknya. Kedua, benda yang berada dalam genggamannya itu adalah barang bukti. Alih-alih membantingnya, sebaiknya ia mengirimkan pesan ancaman itu beserta nomor pengirim tak dikenal tersebut pada Manajer Lee untuk diselidiki.

Kyungsoo yang baru saja akan melangkah keluar dapur seketika menghentikan langkahnya. Ia terdiam sejenak di dapur mendengarkan pembicaraan Chanyeol dan Seolmi. Tangannya yang saat itu sedang memegang sisi nampan mengepal hingga buku-buku tangannya memutih setelah mengetahui apa yang telah terjadi pada Gayoung di New York. Ia benar-benar marah.

Tidak, bukan pada Park Chanyeol. Juga bukan pada Moon Gayoung. Tapi pada dirinya sendiri. Karena sampai sekarang ia belum berhasil mengumpulkan bukti-bukti yang kuat untuk menangkap orang yang telah melakukan hal rendahan semacam ini pada Gayoung. Ia tidak bisa melindungi gadis itu, dan hal itu membuatnya merasa tak berguna.

Dering ponsel Park Chanyeol memecah keheningan di ruangan itu. Laki-laki itu langsung menjawab teleponnya setelah melihat nama yang muncul di layar. "Hyung," sapanya. "Berhasil menemukan sesuatu?" Chanyeol tampak tidak sabaran.

Kyungsoo yang diam-diam mendengarkan obrolan mereka dari dapur sejak tadi langsung berhambur keluar dan bergabung dengan mereka di ruang duduk. Ia juga tidak sabar ingin mendengar berita yang dibawa Manajer Lee. Saat ini perhatian mereka semua tertuju pada Park Chanyeol.

"Minta mereka untuk bergerak lebih cepat, hyung." gumam Chanyeol dengan rahangnya yang kembali mengeras. "Aku akan menunggu berita selanjutnya." tambahnya sebelum akhirnya menutup telepon.

"Apa katanya?" sergah Kyungsoo tanpa basa-basi. Rasa ingin tahunya yang menggebu-gebu terlihat jelas dari nada bicaranya.

Chanyeol menatap Kyungsoo sejenak selama beberapa detik. Rasanya mereka baru saja beradu mulut. Tapi Kyungsoo sepertinya sudah melupakan hal itu. "Mereka berhasil mendapatkan rekaman ulang CCTV gedung hari itu, ketika kami berada di New York."

"Apa mereka menemukan pelakunya?" Kali ini giliran Seolmi yang menggebu-gebu. Gayoung yang duduk di sampingnya menoleh menatap Chanyeol, menunggu jawaban dari laki-laki itu.

Chanyeol mengangguk pelan. "Seorang wanita."

Seketika Seolmi menutup mulut dengan tangan, lalu mendesah resah. "Apa ini ulah seorang sasaeng lagi? Sunggu mengerikan! Kau harus segera..."

Kyungsoo yang tiba-tiba berdiri seraya meraih jaket yang tersampir di sandaran sofa membuat mereka semua terkejut. Ia langsung berderap hendak meninggalkan apartemen. Namun Seolmi mencegat. "Kyungso ssi, kau baik-baik saja? Kau mau ke mana?"

"Aku harus menemui seseorang." sahutnya, kemudian ia langsung berjalan pergi dan menghilang di sebalik pintu, dengan sekali hantaman pintu yang cukup keras.

Wanita jalang! Dia benar-benar sudah keterlaluan. Aku harus membuat perhitungan denganmu, Jung Eunji!


***


to be continued...

[TAMAT] The First MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang