Pria bertubuh tinggi berkulit putih bersih itu akhirnya merasa lega setelah tiba di depan pintu apartemennya. Ia segera memasukkan kode sandinya dan pintu pun terbuka otomatis. Ia tak bisa berlama-lama lagi berada di dekat mantelnya yang dipenuhi oleh bau amis. Jika saja mantel itu bukanlah pemberian ibunya, mungkin ia sudah membuangnya sejak tadi.
"Kemana saja kau, Park Chanyeol?" sergah seorang pria paruh baya saat ia baru saja melangkah masuk ke dalam apartemennya. "Aku sudah menunggumu sejak tadi." kata pria itu lagi.
"Aku keluar sebentar untuk membeli kopi." sahut Chanyeol sambil berlalu di hadapan manajernya.
"Lalu, di mana kopi.. Oh, tidak!" Manajer Lee menutup hidung dan mengibaskan sebelah tangannya di depan wajah. "Bau apa itu?"
Chanyeol memasukkan mantelnya ke dalam sebuah plastik besar, mengikatnya serapat mungkin, kemudian meletakkannya di dekat rak sepatunya yang tak jauh dari pintu masuk. "Ulah para sasaeng, hyung." jawabnya singkat. Ia pergi ke dapur dan mengambil sebotol air mineral dari dalam kulkas.
Manajer Lee menyusul Chanyeol ke dapur. "Apa yang mereka lakukan padamu?"
"Melempariku telur." Chanyeol meneguk minumannya. "Oh ya, ada apa hyung mencariku?" Ia kemudian berjalan ke ruang tengah sambil membawa minumannya. Sedangkan manajernya mengikutinya dari belakang.
"Ah, iya." Manajer Lee ikut duduk di sofa, lalu mengeluarkan beberapa lembar dokumen dari dalam sebuah amplop yang ada di atas meja ruang duduk. "Kau belum menanda tangani kontrak ini."
Chanyeol menoleh dan menatapnya heran. "Kontrak?"
Manajer Lee menggaruk kepalanya dan menatap Chanyeol ragu. Tanpa mengatakan apa pun, Chanyeol langsung menarik kertas itu dari tangan manajernya dan membaca isi kontrak tersebut.
"Hyung, bukankah sudah kukatakan sebelumnya? Aku tak ingin menanda tangani kontrak ini." Chanyeol melempar berkas itu ke meja di depannya dengan raut dongkol.
"Chanyeol-ah," Manajer Lee buru-buru mengambil surat kontrak itu. "Kau juga tahu 'kan bahwa nilai kontrak ini cukup besar untuk kita? Kumohon tanda tanganilah kontrak ini." ujar Manajer Lee memelas.
"Aku tak ingin mengatakan hal yang sama berulang kali, hyung." tukas Chanyeol dongkol. Ia mengambil remote televisi dan menyalakannya.
Manajer Lee menghela nafas panjang. "Kenapa kau bisa menolak tawaran sebagus ini? Apa karena Jung Eunji?"
"Hyung bahkan sudah tahu jawabannya." sahutnya lagi tanpa menoleh kearah manajernya itu.
Manajer Lee menarik nafas panjang dan mengembuskannya perlahan. Artis asuhannya yang satu ini memang keras kepala, tapi ia harus tetap bersabar menghadapinya. "Ini hanya sebuah iklan, bukan drama atau pun semacamnya. Kau hanya perlu melakukan beberapa kali pengambilan gambar bersamanya."
"Hyung tak mengerti." tukas Chanyeol seraya menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa dengan keras.
"Justru aku yang tak mengerti denganmu, Park Chanyeol." balas Manajer Lee sambil menggelengkan kepala. "Jung Eunji itu seorang artis ternama. Dia sangat cantik, pintar, juga ramah. Dia sangat sempurna. Tapi kenapa..." Pria itu mengembuskan nafas keras dan tidak melanjutkan perkataannya.
"Kalau begitu kenapa bukan hyung saja yang mendekatinya?" Chanyeol memadamkan televisi dengan raut wajah kesal dan segera beranjak dari sofa. Ia pindah ke bangku pianonya tanpa berniat memainkannya. Lelaki itu duduk sambil memandangi pemandangan malam di luar sana dari balik jendela apartemennya.
Chanyeol masih belum bisa melupakan kejadian tadi. Tidak, lebih tepatnya ia tak bisa melupakan gadis itu. Bagaimana keadaan gadis itu saat ini? Apa yang akan dilakukannya pada kertas-kertas yang terkena tumpahan kopinya tadi? Apakah gadis itu akan baik-baik saja? Ia kemudian berdecak pelan dan memutuskan untuk melupakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] The First Met
RomanceBerawal dari sebuah ketidak-sengajaan yang dilakukan oleh Park Chanyeol, salah satu artis kelas atas di Korea Selatan yang membuatnya merasa harus bertanggung jawab atas hari-hari sulit yang akan dihadapi oleh Moon Gayoung, seorang desainer yang bar...