Park Chanyeol tak dapat mempercayai apa yang dilihatnya saat itu. Kedua matanya terbelalak, begitu pula dengan gadis berambut panjang ikal yang duduk tak jauh dari tempatnya berdiri.
Manajer Lee menatap mereka bergantian dengan heran. "Kalian saling mengenal?" tanyanya.
"T-tidak!" jawab keduanya bersamaan.
Manajer Lee tampak semakin kebingungan. Tapi ia tidak mau memikirkan hal itu karena ada hal lain yang jauh lebih penting sekarang.
"Perusahaan ini sangat buruk! Bagaimana bisa mereka memberiku seorang designer amatir seperti dia?!" celoteh pria itu dengan telunjuk mengarah ke arah Gayoung.
Chanyeol mengambil lembaran-lembaran itu dari tangan manajernya dan memperhatikan setiap gambarnya dengan seksama. Beberapa lembarnya ada yang terkena percikan kopinya semalam. "Aku menginginkan semua rancangan kostum ini."
Manajer Lee terbelalak, begitu pula dengan Gayoung. Kedua orang itu menatap Park Chanyeol dengan tatapan tak percaya.
"A-apa katamu?" Manajer Lee masih tak mempercayainya. "Apa kau sudah gila? K-kau,"
Chanyeol mendengus. "Akulah yang akan mengenakannya, bukan? Aku yang menentukan mana yang ingin kupakai dan mana yang tidak." sahutnya cuek.
"Park Chanyeol! Apa kau tidak lihat lembaran ini, dan juga ini?" Manajer Lee tak menyerah, ia menunjukkan satu per satu lembaran desain Gayoung yang kotor. "Kau lihat betapa cerobohnya desainer seperti dia? Lihat, ini tumpahan kopi! Dia bahkan tak bisa kembali merancang busana sesuai yang kuminta! Kau harus memikirkannya kembali!"
"Itu semua ulahku, hyung!" tukas Chanyeol mulai dongkol.
"A-apa?" Manajer Lee mengerutkan keningnya. Ia semakin tak mengerti dengan apa yang tengah dikatakan Chanyeol padanya. Sedangkan Gayoung, ia hanya diam menyaksikan perdebatan keduanya. Ini bukan salahku, bukan!
"K-kau dan gadis ini," Manajer Lee kembali melirik keduanya bergantian. "Kalian saling mengenal?"
"Hentikan, hyung!" seru Chanyeol mengangetkan Manajernya dan Gayoung. "Lakukan saja seperti apa yang kuperintahkan! Dan kau," Park Chanyeol kemudian menoleh ke arahnya. "Ikut denganku, sekarang."
Mata gadis itu spontan membulat, kemudian mengelak. "A-apa katamu? Sekarang? Kau pikir kau siapa? Kenapa aku harus mengikuti perintahmu?" celetuk gadis itu.
Tanpa mengatakan apa pun, Chanyeol menariknya keluar dari ruangan. Ia tak mempedulikan seruan manajernya di belakang sana.
***
"Ke mana lagi kau akan membawaku? Hentikan mobilnya!" seru Gayoung memberontak. Tapi Chanyeol tak juga menghentikan laju mobilnya.
Mobilnya berhenti di depan sebuah kafe setelah lima belas menit perjalanan. Pria itu memarkirkan mobilnya di pinggir trotoar. "Turunlah." perintahnya sambil melepas sabuk pengamannya. Ia mengenakan kacamata hitamnya dan turun dari mobilnya.
Gayoung buru-buru turun dari mobil, lalu ia terhenti di depan pintu saat melihat Chanyeol masuk ke dalam kafe. Apa sebaiknya ia kabur sekarang? Gayoung mengangguk pelan, mengiyakan kata hatinya.
Baru saja ia memutar badan, Chanyeol menahannya. "Sepertinya aku harus melakukannya berkali-kali agar kau mengikutiku." Tanpa pikir panjang Chanyeol menarik tangannya lagi dan menyeretnya masuk ke dalam kafe yang sepi itu.
Mereka duduk di meja yang berada di pojok kafe. Beberapa pengunjung cafe yang berada di sana tak hentinya memperhatikan mereka. Gayoung merasa sedikit risih.
"Dua cangkir kopi." pesan Chanyeol pada si pelayan. Setelah mencatat pesanan, si pelayan pun pergi.
"Kenapa kau membawaku kemari? Ada yang ingin kau bicarakan? Jika iya, kau bisa membicarakannya di kantorku." ujar Gayoung heran.
"Apa kau mengerjakan ulang semua rancanganmu semalaman?"
Alisnya tertekuk mendengar pertanyaan Chanyeol.
"Lingkaran hitam di matamu yang mengatakannya padaku." sela Chanyeol dengan raut datar. Lelaki itu kemudian menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, lalu menghela nafas pendek. "Sebagai permintaan maaf, aku akan mentraktirmu segelas kopi. Percaya atau tidak, kopi di kafe ini bisa membuatmu menjadi segar kembali, meskipun tidurmu kurang."
Wajahnya yang semula tertekuk mulai melunak. "Kau sering kemari?"
Chanyeol mengangguk. "Jadwalku sangat padat. Karena itu aku sering mampir kemari untuk minum secangkir kopi." jelas lelaki itu.
Gayoung membulatkan bibir tanpa mengeluarkan suara, lalu mengangguk pelan. Kemudian seorang pelayan yang berbeda dengan sebelumnya datang mengantarkan dua gelas kopi ke meja mereka, lalu kembali pergi.
"Minumlah dengan hati-hati." Chanyeol mempersilahkan.
Gadis itu mengangguk. Ia memandangi secangkir kopi hitam di hadapannya yang masih mengeluarkan uap panas. Mendadak ia merasa gugup ketika duduk berhadapan dengan pria itu.
"Ngomong-ngomong," Lelaki itu membuka pembicaraan, memecah suasana yang cukup kaku di antara mereka berdua. "Aku belum tahu siapa namamu."
"Oh," Gadis itu menegakkan kepalanya dan tanpa ragu menatap lurus mata yang bersembunyi di balik kaca hitam itu. "Moon Gayoung."
***
to be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] The First Met
RomanceBerawal dari sebuah ketidak-sengajaan yang dilakukan oleh Park Chanyeol, salah satu artis kelas atas di Korea Selatan yang membuatnya merasa harus bertanggung jawab atas hari-hari sulit yang akan dihadapi oleh Moon Gayoung, seorang desainer yang bar...