Kaki itu melangkah berat, rasa penyesalan membuatnya takut untuk menghirup aroma ruangan itu yang kedua kalinya.
Lama, waktu berjalan seolah melambat saat ia sedang menggendong anak perempuan yang berparas putih pasi didepan pintu ruangan itu. Tangannya bergetar hebat saat ingin membuka ruangan itu.
Sssttt
Pintu ruangan itu terbuka. Matanya langsung melacak ke arah seseorang yang paling ia kenal berbaring dengan kondisi mengenaskan. Banyak alat medis yang dipakai orang itu.
Kulit sawo matangnya berubah lebih putih saking pucatnya kulit orang itu sekarang. Bibir merah nya berubah menjadi pink terang dan terlihat sungguh kering. Rambut coklat panjangnya, terurai begitu saja tanpa ada ikat rambut lagi. Kondisi orang itu memecah tangisan ia yang sedang menggendong anak mereka. Ia yang sekarang, sungguh bersedih hati.
"Kakashi...?" Iruka menoleh perlahan, tenaganya sudah terkuras habis, matanya yang buram, perlahan menangkap gambaran orang yang ia cari, ia tunggu selama 6 bulan terakhir ini.
Surai putih itu berdiri dengan kaki yang bergetar. Ia tak punya keberanian sedikit pun untuk melangkah mendekat ke arah Iruka yang melihatnya seksama.
Dengan sisa tenaganya, Iruka berusaha bangun dan duduk menyandar. Terakhir kali, ini saja ia mohon. Ia ingin berbicara dengan Kakashi dan melihat rupa anaknya.
"Kemari." Ucap Iruka sesaat. Membuat Kakashi lepas dari lamunannya.
Kakashi terlihat tak yakin, ia tak berani. Sudah cukup ia mengecewakan Iruka, ia tak ingin melakukannya lagi.
Iruka tau Kakashi merasa tak yakin saat ia melihat Kakashi yang tak jadi melangkahkan kakinya. Oleh karna itu, ia hanya tersenyum kecil berusaha menyakinkan seseorang yang sangat ingin ia ajak bicara sekarang.
"Kemarilah" ucap Iruka lagi.
Kali ini, Kakashi kembali rapuh, kakinya tak kuat menopang, ia tak ingin melihat pemandangan mengerikan ini lagi.
Disebelah Iruka, terdapat 2 ranjang bayi. Tanpa pikir panjang lagi, Kakashi berjalan cepat, langsung meletakkan anaknya ke dalam ranjang itu. Tangan dan tubuhnya langsung mendekap Iruka, dan ia dipenuhi tangisan.
Iruka kaget dengan pelukan tiba-tiba itu. Pelukan hangat yang tak mungkin ia lupakan.
"Maaf.. maaf.. maaf.. maaf.. maaf.. maaf...maafkan aku.. Iruka." Rapalnya memeluk Iruka erat. Ia mendekapkan matanya ke bahu Iruka, sementara mulutnya tak henti-hentinya merapalkan kata "maaf" yang selalu ingin ia ucapkan.
Iruka menangis, ia merindukan pelukan ini, ia merindukan bisikan dan suara kekasihnya. Ia merindukan kehangatan yang ia rasakan sekarang.
"Hei-hei, tidak apa, tidak apa.. sudah-sudah" Iruka mengelus belakng Kakashi kuat, berusaha mengeratkan pelukannya ke Kakashi seperti apa yang Kakashi lakukan padanya.
Mendengar suara Iruka yang seperti itu, menenangkan hati Kakashi tapi juga meremas hatinya makin kuat. Ia menutup matanya kuat, pakaian tebal hangat yang ia gunakan, habis basah karna air matanya.
"Aku menyakitimu. Aku meninggalkan mu. Aku.. aku-"
"Shh.. udah-udah, aku baik-baik saja."
Bohong, yang ia katakan bohong.
Sekarang rasa sakit itu tambah parah, ia bahkan hampir tak bisa mengatakan beberapa kalimat saking kelu dan kaku lidahnya. Bahkan, jika boleh jujur, untuk menggerakkan tangannya saja terasa sangat sulit.
Iruka memaksa senyumnya. Ia membiarkan Kakashi yang memeluknya dan menangis di saat matanya melirik sesosok putri kecil yang tertidur.
Anak itu cantik, bibirnya pink pilu, ia sehat, tapi ada goresan sedikit di bawah pipinya. Apa itu karna peluru yang meleset? Ia juga berpikir bahwa sang bayi punya bekas luka yang sama dengan Kakashi. Membuat tampang bayi itu terlihat sangat cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD ROMANCE [KakaIru]
Teen Fiction!! END !! [Lanjutan s2 disebelahnya book ini, KakaYama] Sampai akhir, aku tau kamu yang paling sempurna. --- Seluruh karakter milik Masashi Kishimoto. Cerita pendek dengan latar belakang Anime Naruto atau dunia random. Harap Enjoy