BAD ROMANCE 25.(BELANJA)

196 16 2
                                    

"Irukaaaa!!" Guy meneriaki nama Iruka dengan nada manja.

Sudah 1 minggu itu Iruka tak pergi kerja, karna juga kandungannya sudah masuk 8 bulan.

Semenjak hamil, lebih tepatnya saat tinggal bersama Guy, Iruka tak pernah datang ke kantor, ia bekerja lewat daring. Karna tak diizinkan sama sekali oleh Guy untuk sibuk. Ia tak mau Iruka sakit atau kelelahan karna sibuk dengan pekerjaan. Lagian ayolah, bukankan keputusan Guy benar?

"Kenapa Guy-san?" Tanya Iruka menoleh.

"Ayo belanja, hehe" Guy nyengir dengan menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Belanja? Bahan makanan sudah habis?" Iruka menghadapkan tubuhnya ke Guy, karna tak enak bicara dalam keadaan menoleh.

"Bukan, ini untuk bayimu" Guy menunrunkan tangannya, bersikap lebih tenang.

"Bukannya kita sudah beli bulan lalu?"

"Salah baju, kemarin kita beli untuk cowo. Tapikan tiba-tiba pas di USG anaknha cewe"

"Aku rasa tidak usah, baju yang dibeli itu bukan hanya untuk cowo. Bisa juga untuk cewe" Iruka menolak, ia merasa tak enak merepotkan Guy lagi kali ini.

"He.. tidak bisa. Ayolah.. aku mohon.." Guy tak menyerah, ia tau Iruka pasti berpikir bahwa Iruka merepotkannya.

"Tidak- "

"Kau tidak merepotkanku, Iruka. Aku yang memintamu." Belum sempat Iruka menyelasaikan gelengan kepalanya, Guy meraih tangan Iruka dan membantah perkatannya.

Iruka terpaku. Dia agak merasa kagum, seandainya saja, Guy adalah Kakashi..

Tidak Iruka, tidak! Jangan berpikir seperti itu.

"Baiklah.." Iruka menghela nafasnya dan tersenyum pelan. Dasar, baru ia tau semenjak tinggal dengan Guy, bahwa ternyata Guy itu agak manja.

Guy tersenyum lebar, setelah hari yang melelahkan di kantor, tibalah saatnya ia menjinakkan lelahnya beraama Iruka. Orang favoritnya saat ini.

---

"Wahh lucuuu!" Guy merentangkan baju kecil warna pink bermotif bintang dengan mata yang berbinar-binar. Tak ia sangka, baju untuk anak perempuan ternyata lebih lucu dari anak laki-laki.

"Ambil yang ini, ini, ini, ini, lalu ini! Akhh ini benar-benar surga bayi!" Tangan Guy dengan cepat mengambil baju secara acak. Matanya hanya sekilas melihat saja, namun langsung menyimpannya ke keranjang.

"Bu-bukannya ini kebanyakan?" Iruka terlihat agak kewalahan dengan Guy yang main ambil saja.

Masalahnya hampir satu rak itu diambilnya semua. Karna apa? Karna lucu. Gemas, ada motif bintang-bintang, bulan-bulan atau bahkan bunga-bunga yang warna-warni. Serasa bimbang mata.

"Eh? Kurasa tidak?" Guy menghentikan perhatiannya sebentar, lalu bereaksi atas pertanyaan Iruka tadi.

"Ini kebanyakan, satu motif satu warna cukup. Jangan dibeli semuanya. Sampai satu motif 5 warna." Oceh Iruka agak panjang.

"Ta-tapi, tapi"

"Hah.. Guy-san, secukupnya saja" Iruka menghela nafas, lalu mengulas senyum nya.

Baiklah, apa boleh buat? Jika Iruka menghela senyum seperti itu sudah pasti ia tak bisa membantahnya.

---

Cukup banyak barang belanjaan yang mereka beli, termasuk kebutuhan sehari-hari mereka ber dua.

Entah, aneh sekali kasir ini, dari tadi dia terus-terusan tersenyum kecil tapi tak menatap mereka. Apa yang membuatnya tersenyum sendiri seperti itu?

"Maaf kalo boleh aku tau, sudah berapa bulan kandungannya, Tuan?" Tanyanya tiba-tiba. Terlihat jelas, kasir itu benar-benar mencoba untuk tidak tersenyum saat bertanya.

"De-delapan" jawab Iruka sedikit terbata. Maksudnya ia sebenarnya berpikir, apakah perutnya benar-benar terlihat membuncit? Sampai-sampai mudah sekali orang-orang mengira ia sedang hamil.

"Bapak beta?" Tanyanya tiba-tiba lagi, tapi kali ini dengan raut yang lebih tenang.

"A-ah.."

"Tidak apa, aku juga jurusan dokter. Pekerjaan ini tak menutup ilmuku" ucapnya sedikit tersenyum.

Iruka tak menjawab lagi, kemudian tersenyum kecil sambil meraih barang belanjaannya.

"Iya, Beta" ucap Iruka sekilas, tapi tak menurunkan rautnya sedikitpun.

"Tuan punya senyum yang manis. Aku menyukainya" Tanpa disangka, kasir itu juga menawari senyumannya. Guy yang dari tadi hanya menyimak dengan rasa yang agak bingung, langsung terpama dengan senyum 2 orang didepannya.

---

"Guy-san, ayo pulang.." Iruka menarik telunjuk tangan Guy pelan saat sedang berjalan disampingnya. Guy yang diam sambil sesekali melirik Iruka untuk memastikan keadaan Iruka, langsung menghentikan langkahnya seketika. Sebenarnya ia juga agak kaget ketika tangannya di sentuh oleh Iruka. Apa ini? Terasa seperti ada kupu-kupu diperutnya.

"Perutmu sakit lagi?" Tanya Guy sedikit melirih. Berusaha menutup sipunya.

"Ugh.. yah"

Mendengar jawaban Iruka, Guy tak menggubris apapun lagi. Sebenarnya dari pada ditarik seperti itu, Guy ingin sekali menggenggam tangan Iruka. Tapi tak mungkin juga bukan? Jadi ia hanya membiarkan Iruka menarik telunjuknya.

"Mau pulang?" Tanya Guy lagi. Masih dengan raut yang sama. Tapi kali ini, jantung nya terasa benar-benar berdegup.

"Bagaimana dengan Guy-san? Guy-san gak imgin kemana-mana lagi?"

"Tidak, ini sudah cukup. Meluangkan waktu berdua denganmu saja sudah cukup. Jadi ayo kita pulang" Guy tersenyum pelan, sedikit menundukkan kepalanya agar mudah menatap Iruka.

Iruka diam, agak terpama. Apa yang Guy bilang barusan, cukup membuat rasa sakitnya sedikit reda.

"Iya, ayo pulang"

---

Pikiran Guy saat ini hanyalah pada saat Iruka menarik telunjuknya tadi. Jujur saja, apa yang Iruka lakukan, benar-benar menggemaskan. Sampai Guy harus berulang kali mengusap wajahnya untuk menghilangkan senyumnya yang tidak jelas.

Iruka saat ini tertidur. Guy yang sudah menduga akan hal itu, lalu memberi Iruka jaketnya yang memang sudah ia siapkan untuk Iruka. Jaket hitam tebal dengan bahan lembut, ia selimutkan pada Iruka sayang yang tertidur.

Perlahan, ia menoleh. Saat mengemudi seperti ini rasanya menjadi adegan favoritnya. Melihat Iruka yang tertidur seperti itu, benar-benar sangat manis. Kakashi.. kau sangat beruntung. Dan kau meninggalkan dia seperti ini. Rasanya aku akan mengutukmu, Kakashi.

Matanya langsung beralih dari wajah Iruka ke bagian perut Iruka. Wah... Sepertinya ia akan jadi ayah anak ini. Semoga saja, haha. Tapi bukannya itu berarti memisahkan Iruka dan Kakashi? Bodohlah. Suatu saat, ia akan membuat Iruka sadar bahwa ialah yang selama ini bersama Iruka. Ialah yang selama ini setia dan selalu menemani Iruka, bukan Kakashi.

Tiba-tiba seulas senyum berhasil ia lepaskan. Senyum yang dapat menghangatkan hatinya.

"Kau sangat berharga, Iruka."

Lalu perlahan, ia menoleh ke depan lagi, agar fokus ke jalan lagi.

---

"Ayah, mama itu.. apa?" Anak itu bertanya dengan nada polos. Matanya melebar mencoba menyalurkan rasa penasaran.

"Ayah tidak tau" bukannya tak tau, sebenarnya orang itu bingung bagaimana menjelaskan jawaban dari pertanyaan sang anak.

"Ayah, bisa kita liat mama? Kairu pengen sama mama" anak perempuan paling cantik dimata ayahnya itu, memohon dengan cara paling imut. Membuat sang ayah hanya mengulas senyumnya lalu menggendong Kairu.

"Iya, bisa" senyumnya, ke arah anak yang paling ia sayang.

---

Mungkin, aku bakal hiatus 2minggu - 1 bulanan.

BAD ROMANCE [KakaIru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang