Simplify Our Heartbreak | [4]

57.8K 9.8K 3.9K
                                    

Kenapa pada gercep amat sik komennya udah 2k ajaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenapa pada gercep amat sik komennya udah 2k ajaaa. Kan nggak enak kalau update-nya lama🤧🤧🤧










Tapi seneng nggak udah ketemu lagiii?














Masih semangat bakar kan yaaa. Masih awal niii 🔥🔥🔥

***








Davi adalah ahli waris dari dua hal peninggalan orangtuanya yang keadaannya kini sudah tergadai oleh kakaknya sendiri. Dia masih memegang bolpoin yang ujungnya menggantung di atas kertas. Tatapnya terangkat setelah membaca berkas yang diterima. Selama beberapa saat, dia menatap Heksa yang kini duduk di hadapannya.

Saat tatap keduanya bertemu, Heksa tampak sedikit terkesiap, karena sejak kedatangan Davi, pria itu terus-menerus menghindar dan memilih untuk lebih banyak berinteraksi dengan notaris di sampingnya, yang tadi mengenalkan diri pada Davi bernama Rega.

Rega meninggalkan ruang meeting untuk menerima telepon. Hingga waktu membuat Heksa terjebak berdua bersamanya di sana.

Dalam nada suara yang canggung, Heksa mengajaknya bicara, "Kabar kamu baik?" tanyanya. Padahal seharusnya dia menanyakan hal itu sejak melihat kedatangan Davi ke kantornya, tapi karena alasan pertanyaan itu hanya untuk mengisi hening dalam waktu yang kosong, jelas Davi memakluminya. "Setiap aku telepon, kamu nggak pernah angkat," lanjutnya.

Davi menatap mata itu, yang selama satu tahun ini mengisi pandangnya. Menatap pria yang selama ini dia sangka akan menjadi pasangan hidupnya selamanya. Naif sekali, bodoh sekali.

"Kamu juga nggak pernah merespons perkataan aku yang ... ingin mengakhiri hubungan kita," Heksa kembali bicara. "Kenapa?"

"Karena aku rasa kamu nggak butuh tanggapan dari aku," jawab Davi. "Kamu akan tetap pergi meski aku memohon agar kamu nggak pergi, kan? Tapi ... aku masih tahu malu untuk melakukan itu." Walaupun dia sempat ingin melakukannya, sempat ingin bertanya apa kesalahannya sampai pria itu memutuskan untuk meninggalkannya.

Namun, tentu saja Davi bisa menjawab pertanyaannya sendiri. Karena dia adalah adik Rayan.

"Seenggaknya kamu balas, untuk menyetujui." Heksa masih bersikukuh. "Aku khawatir."

"Nggak ada yang perlu kamu khawatirkan. Aku setuju kita berpisah," ujar Davi. "Itu yang ingin kamu dengar, kan?"

Heksa menatap dua bola matanya bergantian, seolah-olah tengah mencari keyakinan. "Kamu akan baik-baik aja setelah ini." Pria itu tidak sedang bertanya, dia sedang mencoba meyakinkan Davi walau tahu Davi tidak membutuhkannya. "Hidup bahagia setelah ini, Vi."

"Tentu ...," sahut Davi. Padahal dia sendiri tidak tahu caranya.

Percakapan keduanya terhenti saat Rega kembali memasuki ruangan, kali ini pria itu tidak sendiri. Ada seorang pria paruh baya yang berjalan di belakangnya, yang selanjutnya dia kenalkan pada Davi. "Ini Pak Hudaya," ujarnya. "Seperti yang sudah saya jelaskan tadi, posisi kami hanya sebagai perantara," jelas Rega. Seakan-akan Davi tidak mengerti sehingga dia harus menjelaskan untuk kedua kali. "Ada pihak yang ingin membeli rumah dan outlet Anda, dan Pak Hudaya ini merupakan perwakilan dari kliennya." Rega menunjuk pria paruh baya yang duduk di sisi meja lain.

Simplify Our HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang