Gimana hari Seninnyaaa? Bahagia?
Kayaknya profesi Davi mau diubah deh. Dia mau dijadiin salah satu staf di Blackbeans aja gpp yaaa? /Serah Elu/
Penulis apaan ini nggak konsisten banget dari awal. Wkwkwk. Maapiiin.Mana apinyaaa? 🔥🔥🔥🔥🔥
***
Davi mengernyit, masih menatap layar ponselnya untuk membaca sebuah judul artikel yang banyak dicarinya sejak kemarin. Mungkin tiga atau empat kali dia melakukannya dalam sehari. Mencari sumber ide, inspirasi, tutorial, atau apa pun itu untuk mendapatkan perhatian Arjune.
"Cara Memikat Pria." Chiasa yang duduk di sampingnya ikut melongokkan wajah ke arah ponsel Davi sembari membaca judul artikel yang dibawanya. "Vi?" Dia menatap Davi sambil mengernyit.
Di hadapan keduanya ada Jena yang masih melongo dan Alura yang setia menjadi penonton—hanya tertawa.
Sejak awal minggu, ketiga temannya itu memang sudah merencanakan sebuah pertemuan pada akhir pekan di Blackbeans yang berada kawasan Kuningan tempat Davi bekerja—yang kebetulan sekali dekat dengan tempat tinggalnya saat ini. Jadi, dia hanya perlu berjalan kaki untuk sampai di Blackbeans.
Dia memiliki kendaraan, sebuah motor yang merupakan harta berharga yang dimilikinya sejak kuliah. Dia menyimpannya di rumah, walau hak miliknya sudah beralih pada Advaya Group, dia yakin Tante Ardani tidak akan setega itu membuang semua barang-barangnya sebelum kesepakatan mereka usai. Lalu, satu lagi, mobil Vios tua peninggalan Papa, sengaja dia tinggalkan di parkiran yang berada di basement apartemen agar menjadi prasasti kuno.
Sebagai pekerja di Blakcbeans, hari ini Davi meminta waktu istirahat agak lama untuk berkumpul bersama teman-temannya dengan aphron yang masih menempel di tubuhnya.
"Davi, serius. Lo nggak mau cerita pergi ke mana selama tiga hari ke belakang lo cuti?" tanya Jena.
"Je, lo kan tahu jawabannya." Alura menggedikkan dagu ke arah ponsel Davi. "Dia lagi sibuk memikat pria."
Ledak tawa Chiasa terdengar, sesekali memastikan layar ponselnya untuk tahu kabar Baby J yang kini dia tinggalkan bersama mertuanya. Sesaat sibuk sendiri sebelum kembali masuk dalam percakapan.
"Jangan aneh-aneh deh, Vi." Jena menatapnya penuh permohonan. "Lo ke mana? Jawab gue."
Davi berdeham, menaruh ponselnya di meja. "Gue pindah tempat tinggal. Terus .... Ya, gitu. Ribet dan panjang banget deh kalau diceritain."
"Lo tinggal di mana?" tanya Chiasa.
Tanpa sadar Davi mengabaikan pertanyaan itu. "Harus banyak tersenyum." Dia membaca poin ke satu dari artikel yang sedang dibukanya, lalu mengernyit. Mengingat-ingat kapan terakhir kali dia tersenyum pada Arjune. Mungkin tahun lalu? Atau sepuluh tahun lalu saat mereka pertama kali saling kenal di SMA dan belum tahu bahwa Arjune semenyebalkan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Simplify Our Heartbreak
Romance[TSDP #4] Davi pikir, segalanya sudah menjadi buntu. Sampai akhirnya, suatu kondisi memberikan sebuah celah untuk jalan keluar. Walau benci, dia akan kejar pria itu untuk menjadi pembuka jalannya. 10/08/22 s.d 9/02/23