Simplify Our Heartbreak | [17]

54K 9.7K 3.4K
                                    

Sebelum baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Sebelum baca. Mau ngucapin makasih dulu karena Simplify Our Heartbreak udah 400k views. Yeaaa 🙆🏻‍♀️ semoga tambah semangat nungguin updatenyaaa

 Yeaaa 🙆🏻‍♀️ semoga tambah semangat nungguin updatenyaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Akhirnya bisa update jugaaa. Kangen nggak?






Apa deg-degan?
Udah pada suudzon aja ini sama endingnya. Padahal belum apa-apa iniii 😅





Paling kangen sama siapa di sini coba?





Kerjaan lagi lumayan antre, ini pun nggak sempet diedit lagi. Hehe. Nanti bantu tandain aja typo-nya yaaa.





Mana apinya manaaaaa 🔥🔥🔥🔥🔥

***






Davi baru saja menarik sebuah loyang berisi croissant dari dalam oven. Menaruhnya di meja untuk diserahkan pada pegawai lain agar segera dihidangkan karena beberapa pemesan menunggunya di konter pemesanan. Dia berbalik, melenguh pelan saat melihat pekerjaan siang harinya selesai.

Langkahnya mundur sampai punggungnya menyentuh dinding, bersandar, kedua tangannya bergerak membuka sarung tangan. Lalu, tubuhnya merosot, dia berjongkok di dalam kitchen berhawa panas itu. Waktu istirahat gilirannya sudah tiba, jadi tidak masalah jika sekarang dia hanya berjongkok di sana sementara para pegawai yang lain sudah kembali sibuk.

"Vi, makan siang yuk!" ajak Mbak Wina, wajahnya melongok ke dalam kitchen.

"Duluan deh, Mbak. Nanti gue nyusul."

"Oke." Suara sahutan itu terdengar jauh, dari balik dinding, karena Mbak Wina sudah menjauh bahkan saat melihat wajah tanpa minat Davi sekarang.

Dan Davi, malah duduk bersila. Mendengkus lagi, seolah-olah sangat lelah. Padahal seharian ini pekerjaannya biasa saja.

Simplify Our HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang