Haiii. Ketemu lagiii. 🙆🏻♀️Part ini lebih dari 3k words niiiii. Kalau nggak digas vote sama komennya aku mara pokoknya beneran :"""
Kasi api di siniiii yang banyaaak 🔥🔥🔥🔥🔥
***
Davi tahu dia sudah tidak lagi memiliki dunia yang normal dan hidup yang baik-baik saja. Namun, dia sempat meminta satu hari dari beberapa hari sesaknya untuk bisa bernapas dengan lega tanpa memikirkan apa-apa. Dan Tuhan belum juga mengabulkannya hingga hari ini.
Saat dia baru bangun dari tempat tidur dan mengambil air putih, sebuah kabar sudah menampar kencang awal harinya. "Mas Rayan terjerat kasus penggelapan uang di perusahaannya dulu. Setelah dilakukan pemeriksaan, sekarang dia ditetapkan menjadi tersangka bersama lima orang lainnya. Dia sekarang sudah ditahan di Polres Jakarta Selatan." Niana memberi tahu. "Mbak akan ke sana siang ini, kamu mau ikut?"
Lama dia tertegun. Menimbang-nimbang untuk ikut pergi atau mengabaikannya saja. Namun sebuah potret senyum Nua berkelebat dalam ingatannya, dia bisa tidak peduli pada Rayan, tapi tidak dengan Nua.
Dan sekarang, atas keputusan yang diambilnya tadi pagi, Davi sudah duduk di dalam sebuah ruangan bercahaya temaram yang terasa pengap. Sirkulasi udara seolah-olah enggan memberinya oksigen yang layak. Lorong yang gelap baru saja dia lewati sebelum masuk ke ruang kunjungan itu.
Dia duduk di antara bangku-bangku yang beberapa diantaranya dibiarkan dengan posisi serampangan, berhadapan dengan seorang pria baju oranye lusuh yang dikenakannya.
Ada nomor 253 di dada kiri bajunya, tertulis dengan warna hitam yang sudah agak pudar. Dia menunduk. Belum kunjung bicara. Sejak tadi dia hanya mendengar bagaimana Niana mengeluarkan keluh-kesahnya, lalu ... menangis. Berkali-kali Niana menyebut nama Nua, yang membuat Rayan semakin bergeming.
"Maaf ...." Kata pertama yang Rayan ucapkan, sekilas menatap Niana sebelum kembali menunduk. Ada sibuk yang terlihat sesak di dalam kepalanya, ekspresinya tampak lelah dengan segala masalah yang tengah dia pikirkan. "Maafin aku, Niana."
Niana hanya mengusap sudut-sudut matanya, wanita itu menangis. Tidak lagi bicara, dan Davi merangkulnya.
Kali ini, tatap Rayan terangkat, dengan ragu dia menatap Davi. "Kamu benar-benar nggak bisa bantu apa pun?" tanyanya. Mungkin tidak terima karena sejak tadi Davi hanya diam. Mungkin dia lupa pada apa-apa yang sudah Davi korbankan untuknya beberapa waktu lalu. "Kamu nggak bisa menolong aku?"
"Aku nggak punya apa-apa lagi untuk bisa menolong kamu," ujar Davi. Dia iba, dia sakit melihat pemandangan di depannya. Namun, segalanya terasa buntu. "Aku nggak bisa melakukan apa-apa."
"Kamu punya pacar yang kaya. Kamu bisa minta tolong," pinta Rayan. "Keluarin aku dari sini. Aku menyesal. Demi Tuhan, aku menyesal." Dua tangannya meraih tangan Davi. "Tolong .... Aku ingin lihat Nua, ingin membesarkan Nua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Simplify Our Heartbreak
Romance[TSDP #4] Davi pikir, segalanya sudah menjadi buntu. Sampai akhirnya, suatu kondisi memberikan sebuah celah untuk jalan keluar. Walau benci, dia akan kejar pria itu untuk menjadi pembuka jalannya. 10/08/22 s.d 9/02/23