Cie diapelin Arjune 😆
Seneng nggakkk?
Seperti biasa silakan tandain typo karena ini tidak sempat edit hehe. 🙆🏻♀️
Part ini udah mulai anget-anget kuku jadi kasih api kalau mau yang lebih panas wkwkwk. Yang banyaaak 🔥🔥🔥🔥🔥
***
Arjune baru saja membaca sebuah pesan singkat dari Yuana yang merupakan balasan untuk pesannya yang dia kirimkan pagi tadi. Tahu Yuana pergi ke luar kota untuk kepentingan bisnis keluarganya. Jadi menganggap wajar ketika seharian ini wanita itu tidak kunjung memberinya kabar, bahkan dia baru sempat membalas saat Arjune sudah pulang kerja dan memutuskan mampir ke salah satu coffee shop untuk bertemu Hakim.
Sesaat Arjune mengabaikan Hakim untuk kembali membalas pesan Yuana.
Yuana Faya
Aku masih di Surabaya. Mungkin besok baru pulang.Arjune Advaya
Oke. Kabarin aku ya kalau udah di Jakarta.Dan setelah menaruh ponselnya ke meja, tatapnya kembali tertuju pada Hakim. Sengaja memilih kawasan outdoor agar rokok bisa menemani obrolan keduanya. Seperti saat ini, Hakim baru saja mengepulkan asap rokok ke udara sebelum mengetukkan ujung rokoknya ke asbak.
Ada sisa kesan yang tidak menyenangkan dari liburan di Pulau Tidung kemarin, yang membuat Arjune merasa harus bertemu dengan Hakim secara langsung. Juga ... dia merasa ada hal lain yang mesti dipastikan dari rasa penasarannya, yang tentu saja berkaitan dengan Davi.
Arjune pikir, selain dirinya sendiri, Davi memiliki Hakim dan Jena. Dua orang itu yang ada di lapisan paling dalam di kehidupannya. Jadi, sebuah keputusan tepat untuk mencurigai keduanya, karena adalah sebuah hal yang mustahil jika keduanya tidak tahu apa-apa.
"Kayak yang udah gue bilang, abangnya pergi," ujar Hakim, menjawab pertanyaan Arjune sebelumnya. Dia menaruh batang rokoknya di asbak untuk menyesap kopi dari cangkirnya. "Gue nggak tahu jelasnya kayak gimana, yang gue tahu sekarang dia hidup sendiri."
Arjune hanya mengangguk pelan. Sejak tadi, dia memperhatikan bagaimana cara Hakim bicara dan menjelaskan tentang Davi. Terlihat jujur dan tidak ada yang ditutupi. "Ada alasan yang bikin abangnya pergi. Itu pasti, kan?" kejar Arjune, walau dia harus tampak tenang dan tidak memaksa ingin tahu. "Nggak mungkin tiba-tiba. Dia punya anak dan istri."
"Gue nggak pernah tanya masalah itu. Terlalu personal. Walau gue tahu dia akan cerita kalau gue tanya." Hakim menatapnya selama beberapa saat sebelum membuang pandang dan mengepulkan asap rokok dari mulutnya, menaruh sisa rokoknya di asbak sebelum menyesap lagi kopinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simplify Our Heartbreak
Romance[TSDP #4] Davi pikir, segalanya sudah menjadi buntu. Sampai akhirnya, suatu kondisi memberikan sebuah celah untuk jalan keluar. Walau benci, dia akan kejar pria itu untuk menjadi pembuka jalannya. 10/08/22 s.d 9/02/23