#11. Musim Gugur Terakhir By. Baizaren

3 0 0
                                    

Minggu terakhir bulan Juli hampir seluruh sekolah di negara Jepang mencantumkan festival olahraga kedalam kurikulum mereka bgitupun dengan Kojimachi Junior High School, salah satu sekolah terdapat di Chiyoda, Tokyo. Proses belajar mengajar yang biasanya dilaksanakan di dalam kelas sekarang ditiadakan selama ± 2 bulan karena semua murid melakukan sebagian besar aktivitas diluar kelas dan tidak ada pemberlakuan aturan tutup gerbang yang artinya murid bebas datang kapanpun, kecuali hari pembukaan dan penutupan festival olahraga.

Riuh suara para murid terdengar di beberapa area terutama pada koridor kelas dan lapangan meskipun waktu belum menunjukkan pukul 08.00. Mereka sangat antusias menyambut festival olahraga pada tahun ini karena orangtua mereka akan hadir untuk mendukung mereka, tidak seperti tahun sebelumnya yang hanya dapat disaksikan ketika pengumuman juara pada saat upacara penutupan festival olahraga saja karena tingginya wabah covid-19.

Dilain sisi, seorang perempuan sengaja pergi sedikit terlambat dari biasanya karena menunggu otousan kembali kerumah setelah mengambil gerobak kumuh yang sengaja disimpan di lahan kosong yang berjarak dua blok dari rumah kemudian selepas kedatangan otousan dengan segera ia mengutarakan keinginannya supaya otousan menghadiri hari pertama festival olahraga. Satu kata yang dilontarkan otousan memberinya sepucuk harapan yang sudah hampir dua tahun terpangkas.

***

Perempuan berambut coklat gelap dengan potongan rambut sebahu lantas menaiki sepedanya. Rok seragam berpola kotak dengan warna coklat dan hitam sedikit terangkat menjadi sebatas lutut ketika kedua kakinya mengayuh sepeda berwarna hitam. Sepeda yang digunakannya saat ini merupakan pemberian dari obachan sebagai hadiah diterimanya ia di Kojimachi Junior High School dan sepeda ini sudah seperti sahabat perjalanan sejak kepindahannya ke Chiyoda.

Kedua kakinya mengayuh dengan putaran normal menandakan bahwa ia sama sekali tidak terburu-buru. Sepasang netra coklat menatap lurus kedepan melihat kendaraan pribadi dan kendaraan umum di sisi kiri dari trek sepedanya, jalan beraspal yang bertaburan mahkota gugus dan terdapat bangunan-bangunan berada di belakang jajaran pohon berjarak renggang. Berbicara soal mahkota tidak hanya dimiliki manusia saja, tetapi hewan dan tumbuhan pun memilikinya, sepertinya halnya pepohonan yang memiliki daun-daun sebagai mahkota.

Perempuan itu menyadari perubahan pada daun-daun yang berada di setiap cabang ranting tidak lagi memiliki warna favoritnya-hijau, tetapi helaian daun tersebut didominasi warna kuning dan jingga. Klorofil pada daun tidak dapat bekerja maksimal selama bulan Juli-November disebabkan mentari yang menyinari bumi sebentar dan panjangnya malam. Tidak terasa sekarang perempuan itu sudah menempuh perjalanan sekitar ¾ dengan waktu 10 menit.

***

Pagar besi yang senada dengan sepedanya masih terbuka lapang itu artinya ia tiba sebelum pukul 08.00. Perempuan itu masih tetap mengayuh sepedanya sampai tempat parkir khusus sepeda sebelum akhirnya menepi, setelah melihat sepeda berwarna silver dengan gantungan dolphin yang menggantung di keranjangnya. Perempuan itu turun dari sepeda kemudian memasangkan kunci sepeda sampai berbunyi 'klik' sebelum benar-benar meninggalkan sepedanya.

Perempuan itu mengeluarkan topi baret berwarna hitam dari dalam tas lalu mengenakannya kemudian tangan kanan digunakan untuk menjinjing tas hitam di bahu selama berjalan kaki. Jalan yang dilalui perempuan itu tidak mengarah ke kelas melainkan langsung menuju lapangan. Perempuan itu terus saja menoleh ke kanan dan kiri mencari keberadaan wajah-wajah murid 3-C.

"Ren!" teriakan seseorang yang familiar baru saja tertangkap kedua rungu perempuan itu, "Baizaren! aku di sini.." kembali suara familiar terdengar, pandangan Baizaren segera menyapu area lapangan seperti bermain peek-a-boo hanya saja dia diam ditempat tidak berlari mencari sesuatu.

[ANTOLOGI] Rewrite The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang