#15. ANINDHI, ANINDYA, 1993. By. VALTER EVERDSON

4 0 0
                                    

𝘞𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘥𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘣𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘤𝘶𝘬𝘶𝘱 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳, 𝘢𝘪𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘭𝘪𝘳 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘴𝘢𝘩𝘪 𝘬𝘢𝘬𝘪𝘯𝘺𝘢. 𝘞𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘭𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘶𝘯𝘥𝘶𝘬 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮, 𝘵𝘦𝘯𝘨𝘨𝘦𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘫𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘩𝘪𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘪𝘳𝘢. 𝘋𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘭𝘢, 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘫𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘳𝘢𝘴 𝘪𝘯𝘥𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘱𝘢𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯 𝘳𝘶𝘱𝘢 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘴𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬 𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢. 𝘙𝘦𝘮𝘣𝘶𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘤𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘤𝘢𝘩𝘢𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨, 𝘥𝘪𝘵𝘦𝘮𝘢𝘯𝘪 𝘨𝘦𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘦𝘭𝘢𝘱-𝘬𝘦𝘭𝘪𝘱 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘮𝘦𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘪𝘯𝘥𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢.

"𝘒𝘢𝘯𝘨 𝘊𝘩𝘢𝘯𝘥𝘳𝘢 ...."

𝘊𝘩𝘢𝘯𝘥𝘳𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘤𝘦𝘬𝘢𝘵, 𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘨𝘦𝘮𝘪𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘱𝘢𝘯𝘢. 𝘚𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘱𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘥𝘢 𝘭𝘦𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘱𝘢. 𝘔𝘦𝘯𝘨𝘨𝘦𝘵𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢. 𝘊𝘩𝘢𝘯𝘥𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘭𝘶𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘫𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘸𝘢𝘵𝘪 𝘣𝘢𝘵𝘶-𝘣𝘢𝘵𝘶 𝘥𝘪𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘢𝘭𝘪𝘳𝘢𝘯 𝘢𝘪𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘣𝘢𝘭𝘪𝘬 𝘬𝘦𝘨𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘯.

***

Chandra terlonjak duduk dengan peluh membasahi seluruh tubuhnya. Matahari telah terbit. Dia beranjak dan melangkah dengan lemas untuk membuka tirai dan membiarkan cahaya menembus masuk melalui celah jendela. Sekarang tanggal 26-beberapa hari lagi-pikir Chandra. Namun, dia bahkan masih diam dengan otak kosong itu. Tak ada satu pun ide yang terlintas di kepala Chandra.

Kertas-kertas berserakan di ruangan kecil yang disebut dengan 'Perpustakaan Chandra'. Mereka dibiarkan kotor oleh debu. Bahkan sepertinya rayap enggan memakan kertas-kertas itu. Chandra mendesah, dia memungut kertas-kertas tersebut dan membuangnya ke tempat sampah. Sebenarnya bukan benar-benar tempat sampah, hanya ember kecil yang dia letakkan di sudut ruangan.

Bagaimana dia harus menorehkan pena ke atas kertas-kertas itu? Apa yang harus dia ambil dari masa lalunya? Tak ada sesuatu yang menarik-sedih ataupun bahagia-semua terasa 𝘮𝘰𝘯𝘰𝘵𝘰𝘯 bagi Chandra. Lantas dia menghirup udara dan menggaruk kepalanya yang terasa gatal. Chandra bingung, gatal apa yang sebenarnya dia rasakan? Kulit kepala Chandra mungkin saja terluka akibat kuku panjang itu. Namun, rasa gatal bahkan masih terasa mengambang.

"Mas Chandra! Mas sedang apa di dalam? Mari, sarapan!" Suara Sinta terdengar dari luar-itu adik Chandra-usia mereka hanya terpaut dua tahun.

"Ya." Chandra berjalan sempoyongan.

Di meja makan, dia mendapati Sinta sedang menyiapkan sarapan mereka. Sinta merupakan adik Chandra satu-satunya. Dia sangat menyayangi Sinta. Bagaimanapun, Chandra harus menjaga Sinta-walaupun wanita itu sudah dewasa dan mungkin sudah bisa menjaga dirinya sendiri. Namun, selama Sinta belum menikah, dia masih tanggung jawab Chandra.

[ANTOLOGI] Rewrite The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang