Malam itu sang ayah bilang ada urusan di pusat oleh-oleh terkenal yang ada di daerah tempat tinggal mereka. Beliau mengajak anaknya untuk turut serta karena ingin menunjukkan sesuatu. Pada dasarnya si bungsu suka jalan-jalan maka langsung mengiyakan ajakan ayahnya dengan semangat. Perjalan dari rumah ke tempat tujuan hanya butuh waktu sekitar lima belas menit saja menaiki sepeda motor. Setibanya di tempat, ayah langsung mengajaknya masuk ke dalam bangunan dengan nuansa modern.Sang ayah menghentikan langkah di dekat tangga yang berada di pojok kanan ruangan, "Kamu naik ke lantai dua dulu, Rav. Nanti papa susul kalau sudah selesai urusan di sini."
"Di atas ada apa, Pa?" tanya Aarav yang kebingungan dengan pesan sang ayah.
Beliau mengulum senyuman lalu menepuk bahu anaknya dengan pelan, "Ada sesuatu yang kamu suka. Naiklah dan lihat sendiri! Tidak apa-apa. Papa yakin kamu pasti suka."
Aarav yang baru menginjak usia remaja hanya mengangguk mendengar ucapan ayahnya. Meski sedikit ragu, ia tetap meniti langkah demi langkah menaiki tangga menuju lantai dua. Ketika tiba di lantai atas, ia terperangah memandang ke sekitar. Ada ruangan bernuansa seperti rumah Joglo di bagian kiri yang ternyata merupakan toko aksesoris khas daerah. Karena penasaran, dia melangkah masuk ke sana dan mengamati setiap objek yang terpajang di ruangan tersebut.
"Keren!" satu kata yang menunjukkan kekagumannya akan apa yang dilihat.
Dia keluar dari ruangan tersebut lalu menjelajahi setiap sudut yang ada di lantai dua. Rupanya ini adalah museum yang menyajikan peninggalan sejarah dan budaya lokal. Di sini ada sejarah tentang jenang sebagai makanan khas serta perkembangan agama Islam di Kudus. Aarav yang sejak kecil menyukai sesuatu berbau sejarah pun merasa bahagia melihat koleksi museum tersebut. Ayahnya benar-benar memahami minat sang anak sehingga mengajak ke museum yang belum lama didirikan.
"Bagaimana? Suka 'kan?"
"Astaga! Papa mengejutkanku," Aarav terkejut hingga mundur beberapa langkah. Tadi dirinya sedang fokus membaca keterangan mengenai alat pembuat jenang.
Ayah terkekeh jenaka, "Ayo pulang! Sudah puas 'kan?"
Aarav tersenyum dan mengangguk kecil, "Sudah, Pa. Aku suka sekali. Terima kasih sudah mengajakku kemari."
"Sama-sama. Ini karena masih baru jadi belum ditarik biaya. Tapi nanti kalau udah diresmikan dan dibuka untuk umum, baru ada biaya masuknya. Kamu beruntung bisa masuk duluan karena papa kenal dengan pengelolanya."
"Iya, Pa. Sekali lagi terima kasih. Ayo pulang, Pa! Aku mau cerita ke bunda," ujar Aarav lalu berjalan mendahului sang ayah. Mereka keluar dari sana dan langsung pulang ke rumah.
***
Suara deburan ombak menyapa rungu disertai kicauan burung ketika kakinya menyentuh bibir pantai. Di belakangnya daun-daun nyiur bergoyang dan saling bergesekan satu sama lain karena angin. Lalu di hadapannya ada hamparan air laut berwarna biru kehijauan dengan ombak yang saling berkejaran menuju tepi. Pandangannya mengedar ke sekeliling untuk memastikan keberadaannya saat ini. Kalau tidak salah ingat, ini adalah Pantai Jati Sari, Rembang, Jawa Tengah.
"Hei, Aarav! Sini! Jangan bengong aja!"
Kepalanya menoleh ke sumber suara dan mendapati sosok sang kakak tengah melambaikan tangan seraya tersenyum. Otomatis tungkai jenjangnya melangkah menuju tempat kakak kandungnya berdiri di bibir pantai di sisi kiri. Setelah sampai di dekat pemuda berkulit seputih susu, ia disambut dengan cipratan air laut. Asin terasa di indera pengecapnya karena air laut mengenai wajah dan bajunya. Bahkan ada yang masuk ke dalam mulut juga karena Aarav sedikit membuka mulut hendak menyapa.

KAMU SEDANG MEMBACA
[ANTOLOGI] Rewrite The Past
Storie brevi"Hari ini aku kembali ke tempat yang sama setelah sekian lama, tidak mudah bagiku untuk menginjakkan kakiku di sini..jantungku berdegup kencang, bukan karena kita akan kembali berjumpa, tapi aku harus mengingat lagi masa-masa di mana kita bersama du...