"Ndok, kalau bisa nyari Suami itu yang bisa nerima kamu apa adanya. Yang bisa ngedukung kamu dengan semua keputusanmu,"di kala itu, Amela duduk diteras belakang rumahnya. Sembari menikmati lembayung senja, serta mendengarkan beberapa nasihat dari Ibunya. "Jangan mau jika diajak tersesat. Jika kamu sudah telanjur tersesat, usahakan kembali ke jalan yang benar.""Nggih,Bu. Aku ngerti kok." Amela mengangguk, hatinya terasa hangat saat melihat Ibunya tersenyum.
"Jangan sampai seperti Ibu, yang salah memilih suami. Tetapi di sisi lain, Ibu bersyukur punya anak sholehah seperti kamu." mata Ibunya memancarkan kesedihan, Amela berusaha menahan tangisnya. Mengingat jika Ayahnya suka melakukan kekerasan, pemabuk dan sering membawa beberapa wanita datang kerumah.
Amela memeluk Ibunya dengan erat, berusaha mati-matian agar tangisnya tidak keluar dan membuat Ibunya sedih.
"Amela bakalan berusaha buat jadi orang sukses, Bu. Terus ngajak Ibu pindah dari rumah ini, Amela bakalan beli rumah yang besar untuk Ibu." sia-sia saja Amela menahan tangisnya. Tangisannya pecah, hingga membuat sweater yang dikenakan ibunya basah.
"Ibu tunggu, Ndok. Ibu doain kamu sukses pada masa depan."
***
Tak terasa, 10 tahun sudah berlalu.
Amela berjalan di sebuah taman di tengah kota Paris yang memiliki luas 23 hektare, dengan hamparan bunga yang indah. Serta memiliki air terjun Medici.Amela meremas surat yang diberi Ibunya, kenangan pahit itu teringat kembali. 10 tahun lalu, Amela menemukan Ibunya tergeletak dilantai dengan goresan silet di pergelangan tangannya.
Amela membawa Ibunya kerumah sakit. Namun sayang, nyawa Ibunya tidak tertolong.
Senyuman hangat yang diberikan Ibunya adalah senyuman yang dipenuhi luka mendalam. Pelukan yang diberikan Ibunya adalah pelukan terakhir.
Jika Amela merasa sedih, dia akan berjalan-jalan di salah satu wisata bernama Jardin Du Luxembourg untuk menenangkan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ANTOLOGI] Rewrite The Past
Short Story"Hari ini aku kembali ke tempat yang sama setelah sekian lama, tidak mudah bagiku untuk menginjakkan kakiku di sini..jantungku berdegup kencang, bukan karena kita akan kembali berjumpa, tapi aku harus mengingat lagi masa-masa di mana kita bersama du...