❝ Lapangan futsal, Desember 2016. ❞
ㅤㅤ "Bro, lu ada pacar gak?"
Hallilintar menoleh, "Ada," balasnya singkat kemudian kembali fokus melakukan pemanasan.
Tak puas dengan jawaban teman kecilnya yang hanya satu kata, Taufan, mengerucutkan bibirnya, "Mau dong liat fotonya."
"Buat?" Sahut Hallilintar malas.
"Kali aja kan temen gua ada yang pacarnya sama kek elu. Siapa tau kan, koneksi gua banyak asal lu tau," mendengar jawaban Taufan yang amat percaya diri membuat Hallilintar mengulum bibirnya, menahan tawa, Taufan yang merasa diremehkan menatap Hallilintar tajam, "Maksud lu apa ketawa begitu?!"
Hallilintar tersenyum, "Ooh engga, pacar gue setia. Tenang aja," Kakinya melangkah kearah tempat peristirahatan dan mengambil ponselnya, kemudian kembali berjalan mendekati Taufan. Dia melempar ponselnya dan beruntungnya ditangkap oleh Taufan dengan bola mata yang bisa saja keluar jika dia tak berhasil tertangkap.
Mulut lelaki dengan surai biru tua itu mengeluarkan kata-kata mutiara dengan emosi memuncak, namun tangannya aktif membuka ponsel Hallilintar. Amarahnya yang tadinya naik, turun drastis ketika melihat isi ponsel tersebut, "Aduh bucin banget temen gua satu itu, pfft— "
Hallilintar mengangguk, tak menampik pernyataan Taufan, "Lucu kan," ujarnya ikut menatap wallpaper yang menampilkan selfie gadisnya dengan seekor kucing.
"Dia dimana? Mau ketemu," balas Taufan mengerucutkan bibirnya beralih menatap Hallilintar yang matanya tiba-tiba memerah, tak lupa dengan anak sungai disekitar pipinya, "Loh, loh, kok lu nangis sii?!" Taufan gelagapan atas reaksi Hallilintar yang diluar perkiraannya, dia kira teman kecilnya itu akan murka mendengar permintaannya.
Lelaki dengan surai merah pekat itu tertawa, tangannya mengusap keseluruhan wajahnya, namun bukannya berhenti tangisannya malah semakin menjadi, "Dia lagi tidur."
"Udah siang nyet, yakali tidur terus."
"Dia suka banget tidur," Hallilintar menggigit bibir bawah agar isak tangisnya tak terdengar, memalukan, tapi setiap mengingat kekasihnya hal serupa akan terjadi, menangis, "Karna gue, dia tidur terus gamau bangun."
Dahi Taufan mengernyit, "Maksud lo?"
Hallilintar menghela nafas, "Mau ikut gue gak? Ngunjungin dia?"
Tak peka dengan keadaan lelaki dihadapannya, mata Taufan malah berbinar-binar, dia mengangguk antusias mendengar ajakan temannya, dengan segera dia berlari ketempat peristirahatan, "Tunggu! Tunggu gue jangan ditinggal!" Serunya, memasukkan barangnya kedalam tas miliknya.
Hallilintar mengikuti dari belakang. Baru saja dia sampai ditempat, Taufan telah selesai mengemasi barang bawaannya, "Dimana? Walaupun baru seminggu, gua udah tau letak tempat-tempat disini, bahkan gua juga tau jalan tikusnya," Ujarnya menepuk dadanya bangga.
Hallilintar terkekeh melihat semangat temannya, "Kuburan." Balasnya menatap Taufan dalam, sedangkan yang ditatap mematung, "Jadi, yakin masih mau kesana?"
Tak ada jawaban, namun Hallilintar yakin, kini Taufan tengah berperang dengan batinnya, karna yang dia ketahui, Taufan sangatlah membenci hal-hal yang berkaitan dengan kematían.
"Kalo gua bilang, cewek yang ada di wallpaper lu sekarang ada disamping lu, percaya gak?"
Kini, giliran Hallilintar lah yang mematung.
ㅤㅤ
───────────────────────
❝ Ranu Kumbolo, Januari 2018. ❞ㅤㅤ "𝘒𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘬𝘶 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩
ㅤㅤ 𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘬𝘶 𝘭𝘦𝘭𝘢𝘩
ㅤㅤ 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵 𝘣𝘪𝘳𝘶 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘣𝘢𝘩
ㅤㅤ 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘣𝘶."
KAMU SEDANG MEMBACA
[ANTOLOGI] Rewrite The Past
Historia Corta"Hari ini aku kembali ke tempat yang sama setelah sekian lama, tidak mudah bagiku untuk menginjakkan kakiku di sini..jantungku berdegup kencang, bukan karena kita akan kembali berjumpa, tapi aku harus mengingat lagi masa-masa di mana kita bersama du...