Mentari mulai menempati posisinya perlahan dengan penuh semangat, menggantikan sang rembulan yang mulai terlelap. Pria kelahiran 2000 segera memasukkan kertas kertas fotocopy berisi riwayat penyakit pasien dan logbook miliknya kedalam tas. Beruntung sekali dokter Subspesialis nya mengadakan morning report hanya 1 jam.
"Chan. langsung balik lo?" Iqbal bertanya sambil menatap handphone nya, memainkan sebuah game online. Haechan menoleh lalu menggeleng. "Engga bal, gue ada janji sama Yona dulu. Sekalian mau jenguk kembaran gue sama bikin lapkas" Jawaban rekannya membuat iqbal mematikan ponsel nya lalu menatap dengan seksama.
" Jiaaakhh seorang Mahesa Haechan Bagaskara bisa bikin janji sama cewek, macam Yona pula" Iqbal tertawa keras, ntah kenapa ia bisa memiliki rekan sejawat macam Iqbal Dewantara. " Daripada lo, ngode tapi ceweknya ga peka " Demi spongebob warna merah muda, ingin sekali Iqbal memasukkan rekannya ini ke rawa rawa.
Melihat semua barang sudah rapi dalam tas, keduanya menyusuri lorong departemen forensik menuju tempat parkir. " Eh Chan, gue heran deh. lo S1 di Prancis, ngapa ambil ppds di Korea? ga sekalian disana aja?" Haechan menoleh lalu tersenyum. " lo sendiri, S1 di Indonesia tapi ppds di Korea. sama bae lah bal. Mau bareng ga lo? Lo yang bawa mobil nih"
Haechan melemparkan kuci mobil miliknya pada rekannya itu. Dengan semangat menggebu, rekannya masuk terlebih dahulu kedalam mobil ketimbang yang punya. Jika mereka ada di dalam kartun mungkin saat ini kening Haechan sedang menukik dan terdapat 4 persimpangan berwarna merah di pojok atas keningnya. Tapi hal ini mengingatkannya pada kejadian beberapa tahun silam, saat kembarannya masih ada.
"Chan, buruan. eh gue ikut lo aja gimana? bosen gue, ngerjain lapkas bareng lah" Haechan menghela nafas lalu mengangguk, kemudian memasuki mobil.
"Tapi jenguk kembaran gue dulu ya bal? udah 1,5 tahun gue ga jenguk. " Iqbal hanya menoleh dan mengangguk, ingin rasanya ia bertanya tetapi tak memungkinkan untuk saat ini terlebih raut wajah rekannya terlihat sedih.
Haechan menepuk bahu temannya sedikit brutal lalu menunjuk kearah toko bunga dipersimpangan, "bal berhenti dulu disitu, gue mau beli bunga." Iqbal menuruti permintaan rekannya dan parkir disisi jalan.
Tepat setelah mobil berhenti, Haechan segera keluar dan berlari menuju toko yang dimaksud. Iqbal buru buru menyusul, ajaib memang temannya ini. Tak lama Iqbal terkesan dengan toko didepannya, baru kali ini ia berkunjung di toko bunga yang bangunan toko bernuansa prancis. "Ayo masuk bal, kembaran gue sama si Yona keburu nunggu" Iqbal memasuki toko, menyusul rekannya. Terkagum dilihatnya, bunga berjejer dengan rapi sesuai dengan warna dan ukurannya.
"Bonjour, Mahesa.Tu n'es pas venu depuis longtemps"(Halo Mahesa, sudah lama tak berkunjung kemari) Haechan tersenyum lalu mengangguk. Terakhir kali ia kemari tepat sebelum dirinya keluar kota untuk menjalani masa intership. "Bonjour madame, désolé juste pris le temps ici encore. Des fleurs comme d'habitude" (Halo bu, maaf baru sempat kemari lagi. Bunga seperti biasa ya) Sang pemilik toko tersenyum dan mengangguk kemudian menyiapkan yang dipesan. Selesai melakukan transaksi, keduanya kembali menuju mobil untuk menjemput Yona.
Haechan dan kedua rekannya keluar dari mobil setelah parkir disebuah pemakaman umum. "Chan, ngapain kesini? katanya kembaran lo keburu nunggu" Protes Iqbal hanya dibalas senyuman oleh lawan bicaranya. "Bal, lo ga tau apa apa mending diem dan ikut aja sih." Yona mengibarkan bendera pe-rang pada Iqbal, membuat Haechan sedikit frustasi karena pertengkaran keduanya.
"Udah udah, ribut mulu kalian. Lo nanya kan, kenapa kesini? padahal gue bilang kembaran gue nunggu" Keduanya menoleh kearah Haechan dan Iqbal mengangguk. Haechan menunjuk kearah nisan bertuliskan ' Arjuna Jeno Bagaskara'
"Kembaran gue disini bal. Kembaran gue udah ga ada, keluarga gue sayang sama dia tapi Tuhan lebih sayang dan rindu kakak kembar gue. Waktu kecil gue sama Jeno janji buat jadi dokter bareng. Dia ambil Bedah, gue ambil Forensik. Sayangnya cuma gue yang jadi dokter bal." Iqbal tertegun, ia baru tau jika temannya ini memiliki kembaran dan ternyata kembarannya telah tiada. Haechan berjongkok disamping nisan kembarannya dan menaruh bucket bunga anyelir merah. 'Jen, gue kangen.'
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
🏢 Nantes, France 2010
Jeno dan Haechan adalah anak kembar. Jeno terlahir 5 menit lebih dulu dari Haechan. Tapi, karakter keduanya sangat bertolak belakang. Jeno dengan segala senyum dan kesabarannya, Haechan dengan segala emosi dan hiperaktifnya.
Suatu malam Haechan kecil membuka pintu kamar kembarannya degan wajah sumringah "Jeno ! vous devriez savoir à ce sujet" (jeno! kamu harus tau tentang ini !)" Jeno menghentikan aktivitasnya yang notabene sedang menggambar lalu menoleh kearah kembarannya yang masih berada di ambang pintu bersama Adinata Mark Bagaskara, kakak keduanya.
"Qu'est-ce que c'est?"(apa itu?) tanya nya lalu menghampiri kembarannya dan mengajaknya duduk di pinggiran tempat tidur. Haechan menoleh pada Mark dan mendapati kakaknya tersebut mengangguk. "Kita akan jalan jalan keluar negeri !" pekik Haechan berhasil membuat kembarannya sedikit terkejut. "Ish! sudah malam jangan teriak Mahesa Haechan Bagaskara" Haechan hanya tersenyum mendengar teguran dari kakaknya itu.
Haechan menatap kembarannya intens, berusaha bertukar pikiran dengan kembarannya. Seolah mengerti, Jeno tersenyum lebar dan mengangguk membuat Haechan girang bukan main. Terakhir kali mereka liburan saat usia mereka menginjak umur 5 tahun.
Namun liburan belum terjadi, keluarga Bagaskara harus menerima keadaan bahwa Jeno terkena glioblastoma, penyakit tumor ganas yang me-nyerang otak dan membuat Jeno harus menetap dirumah sakit dalam jangka waktu yang bisa dibilang cukup lama.
10 bulan berlalu, tak ada perubahan yang signifikan terhadap Jeno membuat Haechan bersama kedua kakanya yang lain harus datang secara bergantian dengan kedua orang tuanya. Hanya saja, hari ini Haechan harus datang seorang diri karena Mark ada kegiatan kampus yang tidak bisa ditinggalkan, begitu juga dengan Taeyong yang mendadak ada rapat di kantornya.
Haechan menyusuri lorong rumah sakit dengan tas dipunggungnya yang berisikan bekal makannya dan sejumlah mainan. Yang ia pikirkan saat ini bermain dengan Jeno, Arjuna Jeno Bagaskara. Kakak kembarnya. "Bonjour nounou, Pasien atas nama Arjuna Jeno Bagaskara ada di ruangan berapa?" Haechan menghentikan langkahnya tepat didepan resepsionis dan mendongak membuat semua yang melihatnya merasa gemas. hanya saja ia sedikit takut karena memiliki tubuh yang mungil tidak terlihat oleh perawat dan dokter yang berjaga di tempat tersebut. Beruntung ! Suster mendengarnya, secara otomatis mengarahkan pandangannya kebawah, dimana haechan berdiri dan tersenyum.
"Ruang anyelir ya adik manis, mau nounou antarkan?" Haechan mengangguk, lebih baik diantar suster daripada tersasar kan? 'Jeno, Haechan datang. kita main hari ini' pikirnya lalu meraih tangan sang suster dan menggenggamnya, berjalan menuju ruangan yang disebutkan tadi. Terlalu riang akan melihat kembarannya, ia sampai bersenandung
. mengatakan ia dan kakaknya akan berjalan jalan ketika Jeno sudah sembuh total.Namun naas, saat Haechan kecil sampai di depan ruangan ia mendengar sang mama yang menangis hebat dan mendengar jelas apa yang dikatakan oleh sang dokter. Jeno nya telah tiada. Jeno nya meninggalkannya tanpa pamit. Kakak kembar kesayangannya pergi untuk selama lamanya.
Hanya menyisakan kalimat yang diucapkan Jeno padanya, "Haechan, adik kembar kesayangan kakak. Jangan nyerah ya, mau jadi dokter forensik kan? kakak boleh minta tolong? tolong tetap berjuang ya? kalau ga bisa untuk diri sendiri, berjuang untuk kakak ya? kapan kapan kita ketemu lagi di padang bunga yang penuh dengan anyelir merah."
SELESAI.

KAMU SEDANG MEMBACA
[ANTOLOGI] Rewrite The Past
Short Story"Hari ini aku kembali ke tempat yang sama setelah sekian lama, tidak mudah bagiku untuk menginjakkan kakiku di sini..jantungku berdegup kencang, bukan karena kita akan kembali berjumpa, tapi aku harus mengingat lagi masa-masa di mana kita bersama du...