17. Garden

95 18 20
                                    

Happy reading🤍

Sinar matahari yang sudah menerangi bumi yang dihuni miliyaran manusia tampak semakin menyinari ketiga manusia yang tengah berdiri di lapangan dengan posisi tertunduk.

Pagi yang harus nya belajar dengan buku dan materi yang di sampaikan guru, mereka bertiga harus rela membuka telinga untuk mendengar ocehan sang guru kedisiplinan.

Mau, tidak mau. Ini kesalahan yang mereka buat.

Dengan kumis tebal, kepala botak, yang sedikit memantulkan cahaya karena sinar matahari, serta buku panjang berwarna hitam yang sering di bawa sang guru, di dalamnya berisi nama siswa/i yang tidak mentaati peraturan sekolah, ia berdecak pinggang. Murid mana pun akan takut ketika melihat salah satu guru kedisiplinan ini.

"Kalian ini. Sudah telat pake acara manjat pagar segala! Mau jadi apa kalian?!"

"Gue sih atlet." Guma Karin seorang diri.

"Manusia baik." Guma Laut.

Mereka hanya menyahut pertanyaan itu dengan gumaman saja, tanpa guru itu ketahui. Takut nanti akan di tambah hukuman nya karena sudah berani membalas seperti itu.

Melody hanya bisa diam saja dan tertunduk. Ekor matanya melihat kedua temannya yang membalas ucapan sang guru.

"Kalian ini baru pertama kali telat kan? Haduh! Ini lagi Karin, kalo orang tua kamu tau gimana?! Bapak hukum Kalian, beresin halaman sekolah sampai bersih! Saya tidak mau tahu!" Ucapnya lagi. "Saya beri waktu kalian sampai jam istirahat pertama."

"Iya pak." Sahut ketiganya.

Guru itu pun berjalan meninggalkan mereka.

Karin membuat gestur seperti ingin memberi satu tinjuan pada guru itu, mulutnya komat-kamit seperti sedang mengucapkan sesuatu namun tanpa suara. Kepalan nya sudah siap, namun sang guru terhenti, dan kembali menoleh pada ketika murid nya itu. Karin hanya membalas dengan senyuman lebarnya ketika guru itu berkontak mata dengan nya. Kemudian beralih berkontak mata dengan Laut, Laut hanya memberi sebuah cengiran, lalu beralih lagi ke Melody, Melody hanya sedikit membungkuk sopan. Lengan Karin, yang di kepal tadi justru beralih menjadi mengibaskan surai panjang nya, yang tidak sengaja mengenai wajah Laut.

Guru itu memperhatikan mereka dengan heran, kemudian ia kembali berjalan.

"Rin, bisa gak sehari aja nggak ngibasin rambut?" Protes Laut.

"Nggak bisa." Ucap nya sedikit menyebalkan, kemudian Karin mengibaskan kembali surai nya itu, dan ia melangkah berjalan menuju taman.

Laut harus sabar dengan teman yang satu ini.

"Eum... kayanya kita harus pergi juga, ke taman depan sekarang?" Ucap Melody di belakang Laut.

Laut menghela napasnya kasar. Bukan apa-apa taman sekolah ini sangat luas, apa lagi taman depan besar nya seperti setengah lapangan bola di stadion.

Dengan membawa sapu lidi dan gunting rumput, mereka berjalan menyusul Karin menuju taman depan terlebih dulu.

Ketika sampai di taman, mereka hanya bisa terdiam menatap taman itu dengan tidak percaya. Laut sedikit mengacak-acak surai nya dan Melody hanya bisa memejamkan mata dengan erat, ia ini sedang meredam emosi nya.

Taman yang sangat kotor dan berantakan. Terlebih rumput yang ada sangat tinggi. Apa petugas kebersihan tidak pernah merapihkan taman ini?

Saat ini Karin di mana? Ia tampak sibuk memilih barang yang akan ia gunakan untuk membersihkan taman ini. Tepat di ujung taman.

Hingga akhirnya Karin memutuskan untuk tidak membawa apa-apa.

***

"Nan?"

Laut Kasih | Mark Lee [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang