33. Biru Langit, sangat cocok.

69 14 14
                                    

".... Buat teman-teman semua nya, ini sambutan terakhir di daftar acara hari ini. Jadi tolong untuk tetap tertib dan mendengarkan, karena acara selanjutnya kita akan mengunjungi museum seni. Baik kalau begitu, kita sambut ketua sekaligus pengurus acara tour kita kali ini. Deryan Satio. Kami persilahkan..." Ucap Mc. Kemudian Dery menaiki panggung kecil di aula pada hotel.

Beberapa sambutan pada pagi ini membuat para murid-murid mengantuk dan bosan. Tidak ada yang menghibur sama sekali, tadinya para murid bersemangat karena ada rumor yang mengatakan bahwa David Marcello akan hadir karena acara tour ini di lakukan dengan awal dari jadwal biasanya permintaan dari David sendiri. Namun nyatanya orang yang mereka tunggu-tunggu tidak terlihat sama sekali, hanya ada ocehan dari kepala sekolah dan jajaran nya yang membuat setengah murid menguap, mengantuk.

"Tolong percepat." Gumam Karin. Karin sudah mulai kesal dan muak dengan ocehan orang di atas panggung sana.

Baik Dery sendiri ia juga sangat bosan sebenernya, maka dari itu isi Sambutan nya hanya berterima kasih dan memohon bekerja sama untuk kelancaran tour nya kali ini, Dery juga memberi tahu transportasi untuk menuju museum nanti.

".... Sekian dari saya Terima kasih." Ujar Dery, lalu ia kembali menuju tempat asal nya.

Para pengatur acara memberi tahu untuk mengambil jalur keluar dengan tertib dan mematuhi aturan yang telah dibuat.

"Gue mau ke toilet dulu bentar." Karin pergi ke toilet dan Melody menunggu nya tak jauh dari Karin berada.

Melody sesekali menunduk malu, bukan tanpa sebab ia begitu. Pasalnya dari pagi buta Karin sudah menyiapkan apa yang akan di pakai mereka hari ini, Melody diperintah untuk memakai baju berwarna cerah menurutnya. Biru langit, warna baju milik Melody. Karin juga sempat mengomel pada Melody karena membawa baju dengan warna yang gelap itu membuat Karin kesal minta ampun. Karena itu Karin memperbaiki penampilan Melody. Orang-orang yang berlalu-lalang juga memperhatikan Melody dari ujung kepala hingga kaki, untung saja Karin memberikan sebuah topi pada kepala Melody, membuat nya sedikit bisa menutup wajah malu nya.

"Widih~ cakep banget lu!" Ujar Erick tiba-tiba ia datang bersamaan dengan Rio.

Melody hanya tersenyum canggung.

"Pasti nenek lampir yang dandanin lo kaya gini?" Tebak Rio.

"Si Karin?" Tanya Erick pada Rio yang di angguki Rio.

"Bagus kok. Cantik juga lo." Puji Erick, Rio memasang wajah aneh pada Erick yang memuji seseorang. Aneh pikir Rio, Erick buka tipikal orang yang memuji seseorang.

Namun Rio beralih melihat Melody. Memang benar Melody terlihat berbeda dari sebelumnya, Melody juga tapak cantik dan segar. Rio tidak akan memuji Melody seperti Erick tenang saja.

"Aneh lu." Ucap Rio lengannya ia lapangan untuk mendorong bahu Erick pelan. "Bagus kok mel, pede aja pake nya." Ucap Rio pada Melody.

"Eh, mel nih." Erick memberikan kotak kecil pada Melody.

"Ini apa?" Tanya Melody.

"Kok lu kasih Melody sih?! Kan kita cari yang nama nya kasih. Tolol banget sih lo!" Rio memarahi Erick sambil menoyor kepalanya.

"Heh curut! Ini orang nama nya kasih. Elo yang tolol." Balas Rio.

"Iya kah?" Rio bingung.

"Nama panjang si Melody ini. Melody Kasih." Jelas Erick, dan Rio tampak membulat sambil menatap Melody tak percaya.

"BENERAN?!"

Erick membekap mulutnya Rio, "Jangan teriak, malu bangsat!"

"Emang ini dari siapa? Laut?" Melody bertanya.

Laut Kasih | Mark Lee [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang