27. A painful surprise

74 14 20
                                    

"Marcel." Panggilnya.

"Itu bukan nama saya. Saya sedang sibuk." Ucapnya ketus.

"Kamu berubah! Ayo kembali ke sana. Apa tidak rindu dengan mommy mu ini? Susah payah loh mom mencari kamu." Ia mengusap pelan surai hitam pemuda di sampingnya, si pemuda hanya menepis lengan yang akan mengusap surai nya itu.

"Tidak." Katanya.

"Wanita itu tidak mengurus mu dengan baik. Mom lihat-lihat, kamu jadi anak berandalan. Huftt... jika kamu tinggal dengan mom lagi, kamu pasti jadi anak yang berkualitas. Ada banyak hal yang perlu mom perbaiki pada kamu sekarang. Jadi, ayo kita pulang."

Pemuda itu berdecih, "Bunda saya jauh lebih hebat dalam mengurus putra-putranya. Anda sangat tidak penting berada disini."

"Marcel!" Panggilnya tegas.

"Nama saya Laut!" Tungkasnya.

"Itu nama yang buruk! Ayo cepat pulang! Mommy akan pastikan kamu ikut."

Malam yang harusnya Laut isi dengan beristirahat setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan, akan tetapi wanita yang sangat Laut hindari selama bertahun-tahun malah mengirim anak buahnya ke hotel tempat Laut beristirahat dan membuat keributan, hingga akhirnya Laut sendiri yang turun tangan.

Tepat diparkiran bawah tanah hotel Laut menuruti apa mau wanita tua ini.

"Anda bukan ibu saya. Jangan mengatur saya!" Tegasnya. Laut mulai melangkah pergi dari sana.

"Kamu tahu apa yang akan terjadi jika menolak!" Ujarnya pada Laut yang masih melangkah masuk ke dalam hotel.

"Marcel!" Teriaknya.

Laut jadikan ucapan itu angin lalu saja. Ia sudah cukup hidup bertiga di dunia ini. Ia tidak mau kembali ke sana.

Wanita dengan perawakan yang tinggi serta penampilannya yang berkelas, mulai memasuki mobil hitam miliknya. Ia menelepon seseorang untuk melakukan sesuatu.

"Lakukan apa yang telah direncanakan." Ucapnya pada seseorang di sebrang telepon sana, kemudian ia menutup panggilan tersebut.

.

Malam yang panas serta udara kota yang penuh dengan polusi Laut hirup. Ia terduduk di kursi balkon hotel sambil memainkan ponsel bertukar pesan dengan Aster.

Laut menghela napas nya panjang, entah mengapa dan bagaimana, perasaan gundah dalam hati mulai bermunculan, rasa khawatir yang tiba-tiba muncul. Malam ini Laut mengirim sebuah pesan pada Aster, Laut mengungkapkan bahwa ia ingin pulang, ia butuh pelukan yang menenangkan dari Bunda nya itu, namun Aster menenangkan Laut dengan kata-kata bahwa semuanya akan baik-baik saja, fokus pada tournament saja.

Benda pipih berwarna hitam itu Laut simpan pada meja di dekatnya, Aster mengakhiri pesannya dengan permintaan nya pada Laut untuk tenang dan cukup tidur agar tidak kelelahan.

Netra hitam itu menatap langit-langit kamar dengan perasaan khawatir yang mendalam. Malam ini Laut paksaan tidur meski hati nya sedang dilanda gundah yang membuat diri tidak nyaman.

***

"Hanan sudah siap belum?" Panggil Aster di ruang tengah.

"Sebentar, lagi siapin sesuatu dulu!" Teriak Hanan dalam kamar nya.

Aster sudah siap ia yang menyetir pagi ini, pak Herry tidak bisa menemani mereka kali ini. Mobil putih itu sudah terparkir di depan rumah, Aster sedang memanaskan mobil sembari menunggu Hanan keluar.

Laut Kasih | Mark Lee [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang