"Bun?" Panggil Laut di depan pintu.
Aster membuka pintu, ia menyembulkan kepalanya lalu berkata "Kamu pulang ke malam-an." ia sedikit mengerutkan dahinya, ketika melihat pakaian Laut, yang hanya memakai kaos hitam saja. "Kok gak pake jaket?" Aster berkata dengan suara paru nya, wajahnya terlihat masih mengantuk.
"Bun, jangan tanya dulu ya, biarin aku masuk dulu." Katanya.
Aster memberikan jalan, dan Laut yang akan menidurkan Melody di sopa pun tak jadi, karena suara syok dari sang Bunda.
"Dia siapa?" Kesadaran Aster sudah sepenuhnya kembali.
Tepat di ruangan tengah dengan lampu yang di padamkan Laut hanya berdiri diantara sopa dan meja.
"Tidur-in di kamar kamu, Jangan di sopa." Aster berucap kembali.
Aster membantu Laut menidurkan Melody di ranjang.
"Bunda mau bicara sama kamu." Ujar Aster serius, Laut hanya menghela napas melihat Bundanya pergi lebih dulu.
Di malam yang sama, tepat di ruang tengah. Lampu yang dinyalakan, suara ombak samar-samar terdengar. Laut duduk di samping Aster yang tengah menatapnya intens, dengan tangan yang memeluk bantal kecil.
Aster masih menatapnya, ia tidak ingin buka suara lebih dulu. Ia masih menunggu.
Laut menghela napas lagi, Bunda nya ini masih menunggu ia menjelaskan semuanya. Jika ia tidak menjelaskan sekarang sepertinya ia akan di tatap seperti ini sampai pagi?
"Dia temen Laut..." Ucap Laut, Ia menjelaskan sejelas-jelasnya kejadian dari tadi sore hingga tadi ia tiba di rumah.
Aster yang sedari tadi menginginkan penjelasan, ia mendengarkan ucapan Laut dengan serius, hingga ceritanya selesai.
Setelah Laut menjelaskan, yang di angguk-i Aster. Kini Laut merebahkan diri ke sopa.
"Oh gitu yaa.., tapi kok bisa dia kerja di sana? Kamu gak apa-apain dia kan?"
"Nggak bun..."
"Pasti badan kamu pegel-pegel, mau Bunda pijitin?" Tawar Aster, melihat putranya tengah merebahkan diri di atas sopa panjang.
Laut menggeleng "Aku mau tidur aja. Bunda juga tidur, liat udah malem ini."
"Ya udah deh kalo gitu, eh tapi-"
"Udah ya bun, penasaran nya besok lagi aja." Ucap Laut, ia segera menyamankan tidurnya di atas sopa. Aster hanya mengikuti maunya Laut saja, ia pergi ke kamar dan mengambil selimut tebal serta bantal untuk putranya itu. Dan ia akan segera tidur kembali di kamar.
***
"Selamat pagi semuanya!" Sapa Hanan dengan riang, ia baru keluar dari kamarnya.
"Pagi... ayo sarapan dulu."
"Hanan berisik banget." Laut bangun dari tidurnya, ketika mendengar Hanan berteriak.
Hanan yang bingung, mengapa Abang nya ini muncul dari balik sopa putih itu? Ia segera bergegas menghampiri Laut.
"Kok abang tidur di sini? Kamar abang kenapa? Ada kecoa ya? Kemarin kamar Hanan juga ada, kecoa terbang! Takut banget. Tapi sama pak Harry langsung di usir, jadi gak ada lagi deh." Ceritanya di pagi hari.
Laut yang tengah duduk, masih setengah sadar itu harus mendengar ocehan adiknya tepat di depan wajahnya. Laut hanya menanggapi nya dengan anggukan saja. Ia masih mengantuk.
"Ih! Abang jorok! Nggak mandi dari Bu kemarin!?" Olok Hanan ketika melihat kaos hitam milik Laut.
Hanan segera menjauh dari Laut, tapi Laut menyipitkan penglihatannya dan ia membuntuti Hanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laut Kasih | Mark Lee [End]
Novela JuvenilSebuah kisah dua remaja yang memiliki kehidupan berbeda. Satu diantaranya adalah perempuan yang sangat pekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, mengandalkan keberuntungan, dan penasaran akan sebuah 'cinta'. Dan satu lagi, pemudah deng...