34. Hoodie Hitam.

66 12 20
                                    

Pipi dan hidung nya samar-samar memerah karena cuaca dingin saat ini. Hoodie serta coat tebal sudah ia pakai agar tubuhnya menghangat, ia terduduk lesu di kursi ruang tengah sambil menunggu Aster yang tengah mengambil barang-barang mereka.

"Cucu kakek mau pulang kok lemes begini." Davison menghampiri Hanan yang hanya menoleh dengan lemas.

Dengan tongkat coklat yang selalu sang kakek bawa, beliau menghampiri Hanan dengan pelan diikuti asisten pribadi nya dibelakang sana dan dua penjaga nya.

Davison duduk disamping Hanan, "Masih sakit?" Tanya nya, kemudian Hanan menggeleng.

"Kakek, gak akan anter Hanan ke bandara?" Ucapnya sambil memeluk kakek.

"Maaf ya... Kalo kakek anter, Hanan tahu apa yang akan terjadi nanti kan?"

"Banyak media yang akan mencari tahu." Hanan berucap sama seperti apa yang kakek nya itu ucapkan beberapa hari yang lalu.

"Pintar nya cucu kakek." Davison mengusak pelan poni Hanan.

"Kakek kaya kan? Katanya kalo ada yang ganggu biasa nya orang kaya bakal bisa beresin semua nya dengan gampang." Ucap Hanan polos.

Davison sang kakek kini hanya terkekeh mendengar ucapan cucu nya yang menggemaskan ini. "Hanan tahu dari mana itu?"

"Eumm... Dari kak Dery, teman nya abang." Ungkap Hanan.

Si kakek kembali terkekeh, "Tapi yang satu ini akan susah membungkam mereka." Jelasnya.

"Kenapa?"

"Karena kakek terlalu kaya~" Katanya, yang dimana membuat Hanan sebal minta ampun, kakek nya ini sudah mode sombong begini Hanan menggerutu kesal.

"Sombong banget sih." Ujar Hanan sebal. Ia bangun dari duduknya untuk menemui Aster yang sudah menuruni anak tangga.

Hanan memeluk Aster sedikit cepat, karena dengan tongkat yang ia pakai membuat jalan nya melambat.

"Ada apa? Hati-hati sayang." Tanya Aster.

Hanan menggeleng.

"Barang nya sudah disimpan di mobil, sebentar lagi kita berangkat." Ujar Aster.

Kemudian keduanya berpamitan pada Davison, tak lupa Hanan memeluk kakek nya itu sangat erat. Takut nanti rindu.

Di depan pintu sana David sudah menunggu dan Aster menyapa David dengan senyuman milik nya.

"Sudah semua?" Tanya David.

"Sudah disimpan di mobil." Ucap Aster. Hanan hanya bisa memegang erat lengan Aster, ia juga sedikit menunduk.

David menghampiri si kecil.

"Hanan." Panggil David yang membuat Hanan sedikit mengangkat wajahnya.

"Mau ayah antar ke bandara nya?" Tawar David. Hanan mengalihkan pandangannya untuk bertanya pada Aster, namun Aster hanya tersenyum.

"Emangnya, boleh?" Guma Hanan tepat di hadapan David.

"Boleh, tapi hanya di mobil saja. Tidak apa-apa, kan?" Hanan mengangguk pelan saat mendengar perkataan ayah nya.

"Urusan di Indonesia sudah selesai?" Tanya Aster pada David. Mereka bertiga berjalan sambil menuntun Hanan menuju mobil.

"Aku lama di sana, banyak yang belum selesai." Katanya.

Ketiganya menduduki kursi penumpang di belakang dengan Hanan yang duduk di tengah kedua orang tua nya.

"Ayah..." Panggil Hanan. Mobil sudah melaju dengan kecepatan sedang.

Laut Kasih | Mark Lee [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang