19. Missing him?

86 20 22
                                    

"Kamu besok gajian kan?"

Brakk

Dian melempar berbagai macam kertas ke meja makan.

Melody hanya menatap sekilas pada tante nya. Ia memilih melihat-lihat isi kertas yang ada pada meja.

Cicilan alat elektronik dan motor, tunggakan bank, surat tagihan listrik dan air, serta biaya tagihan lain nya. Semua isi kertas itu mengenai tagihan.

Melody menghela nya berat.

"Jangan lupa sisakan buat arisan saya bulan ini." Tekan nya.

"Gue juga. Sisain buat uang bulanan gue jangan lupa!" Sahut Adrian di ruang tengah.

"Tapi gaji aku gak cukup buat bayar semua nya. Aku juga punya kebutuhan." Ujar Melody.

"Itu tanggung jawab kamu tinggal disini."

"Disini ada tiga orang kalo tante lupa. Apa semuanya harus jadi tanggungan aku?"

"Kamu tuh gak tau diri apa?! Kamu udah saya izinkan tinggal di sini. Harus nya kamu tau diri dan balas semua kebaikan saya."

"Tante aku tau, aku cuma numpang di sini. Tapi, kenapa aku harus bayar semua tagihan nya, termasuk kebutuhan bulanan tante dan uang kuliah Adrian? Tante tau kan, kalo anak tante itu laki-laki. Tolong suruh dia juga bekerja dari pada nongkrong gak jelas. Apa dia gak malu, biaya kuliah nya di tanggung sepupu perempuan yang masih sekolah?"

Dian berdecih "Biarkan Adrian fokus sama kuliah nya, dan nikmatin masa muda nya."

"Itu betul!" Saut Adrian tiba-tiba, ia menghampiri kedua nya.

Melody di buat tidak percaya dengan apa yang sudah tante nya ini katakan.

"Harusnya lu tuh cari lagi kerjaan sampingan. Minggu depan gue butuh duit buat ke Singapore. Lo ada kan?" Ucap Adrian kepada Melody.

"Lo bisa gak sih cari duit sendiri? Lo tuh cowok, lo harus bisa cari duit dari sekarang!"

Adrian menggeleng "lebih baik lo aja yang cari duit. Oh iya jangan lupa uang kuliah gue dua bulan lagi."

Melody melempar sayur bayam ke wajah Adrian. Sungguh Melody di buat kesal di pagi ini.

"Sialan lu!" Bentak Adrian.

"Kamu ini gak ada sopan, sopan nya."

Plak

"Kamu mau saya usir dari sini?" Katanya.

Melody melenggang pergi dari sana, dengan membawa kebutuhan sekolah, ia keluar dengan pintu yang di tutup dengan keras.

Pipi nya panas.

Melody berjalan menuju halte, telapak tangan nya ia jadikan kompres-an untuk pipi nya.

Selalu saja pagi nya seperti ini.

***

"Melody?" Panggil nya.

Melody mendongak sebentar, kemudian kembali dengan kegiatan menulis nya.

"Akhir-akhir ini lo deket sama Karin?" Ucapnya.

Melody masih menulis.

"Gimana, kalo kita temenan juga?"

Melody menghentikan kegiatannya, namun masih berdiam diri, enggan melihat orang di hadapan nya.

"Lo bakal dapet untung di pertemanan ini. Misalnya.. kalo gue temenan sama lo dan Karin. Reputasi gue di sekolah akan melejit, karena Karin. Dan lo, bisa gue gaji di pertemanan ini. Gimana?" Ungkap nya.

Laut Kasih | Mark Lee [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang