13; Essayer mieux

75 7 1
                                    

Sore hari Claudi sudah sampai dirumah, setelah membersihkan diri ia turun kedapur untuk memasak.

"Assalamualaikum." suara seseorang membuat Claudi melangkah menuju pintu dan mengintip terlebih dahulu, untuk mengetahui siapa yang datang. Karena biasanya ia selalu memanggil Mama jika ada tamu.

Ah ternyata gadis keras kepala itu.

"Waalaikumsalam." membuka pintu.

"Hai I'm comeback!"

"Ngapain?"

"Mau nginep hehe."

Claudi tak menanggapi jawaban gadis itu dan kembali menuju dapur.

"Sedikit amat masaknya, buatin buat gue juga lah." ucap Tela duduk di kursi kitchen lalu menyicipi masakan Claudi.

"Belum makan?"

"Belum sempat,"

"Gue lagi butuh lowongan pekerjaan." Tela membuka obrolan.

Membuat Claudi menyerhit heran. "Buat apa? Lo kan orang punya."

Terdengar helaan napas panjang dari gadis itu. "Mama sakit." ungkapnya dengan suara sedikit bergetar.

Claudi menghentikan tangannya ketika ingin menambah penyedap rasa pada masakannya.

"Gue gak salah dengerkan?"

Tela menggelengkan. "Gue tau pendengaran lo masih berfungsi baik, bahkan sangat baik."

"Apa urusannya lo kerja sama Mama lo sakit."

"Mama bukan sakit biasa lagi harus operasi keluar negeri, Papa bener-bener banting tulang buat ngebiayain hari-hari keluarga, dan ekonomi gue gak stabil. Dan rencananya gue juga mau kerja bantu Papa."

Claudi mentap tak percaya. "Lo baru kelas sepuluh mau kerja apa? emang ada yang mau nerima lo?Apalagi buat anak di bawah umur."

Tela mendongkakkan wajahnya menatap plafon dapur. "Gue gak juga gak tau."

"Sejak kapan?"

"Apanya?""

"Mama lo sakit,"

"Tiga bulan yang lalu."

Claudi menatap Tela kecewa. "Kenapa baru cerita sekarang?"

"Belum siap." jawabnya singkat.

"Lihat gue." titah Claudi memegang pundak Tela.

"Lo anggap gue apa? Kita sodara, lo bisa berbagi sama gue."

"Kalo lo ada masalah cerita sama gue, bahu gue siap jadi sandaran buat lo, ketika lo lelah. Gue siap jadi pendengar yang baik dan terus nyemangantin lo." lanjutnya.

Tela menurunkan tatapannya, tak berani menatap Claudi.

"Lima kali Allah manggil lo buat cerita tentang masalah lo, tapi lo? Malah mendam sendiri."

"I'm sorry." cicitnya bergetar.

"It's okay, tapi jangan di ulangin lagi. Ada Allah yang siap mendengar keluh kesah lo setiap harinya, ada gue juga. Dan ada diri lo sendiri, yang mampu bertahan sampai saat ini."

Gadis itu menangis, Claudi langsung memeluknya menguatkan.

"L-lo selalu jadi kakak terbaik bagi gue."

Claudi mengelus kepala Tela. "Dan lo adik terkuat bagi gue."

Beberapa menit kemudian Claudi melepaskan pelukannya. "Udah jangan nangis mulu, buruan makan." Claudi menghidangkan makanan di meja kitchen.

About Flower Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang