PART 44

8.9K 767 138
                                    


"Mrs. Alyssa jahat dad, dia gak ngasih Rey makan tadi siang, terus obatnya Rey juga dibuang" adunya

Rahang Edward sukses mengeras mendengar perkataan dari bungsunya, berani sekali wanita itu

"Daddy"

"Daddy"

"Daddy!!"

Reylan sedikit mengeraskan suaranya karena Daddy nya itu sedari tadi sibuk melamun

"Hm? iya? apa?" Sahutnya setelah sekian abad lamanya

"Daddy ngelamun ya"

"Nggak kok"

"Terus kenapa tadi Reylan panggil nggak denger?"

"Maaf baby, Daddy tadi lagi mikirin mommy kamu" jawabnya

"Emangnya mommy kenapa?"

"Cantik"

Reylan tersenyum menggoda ke arah Edward membuatnya mengangkat alis heran "ada apa sih baby?" Tanya Edward

"Cieeeee~"

"Apa sih?" Bingung Edward, tak tau saja di ambang pintu sudah ada Fanya yang berdiri dengan pipi merona karena malu, niatnya tadi Fanya hanya akan mengambil handphone nya yang tertinggal di nakas, tapi ia malah mendengar perkataan yang membuatnya hatinya berbunga bunga

Pada kenyataannya Fanya memang cantik, tapi saat kata 'cantik' itu keluar dari mulut suaminya ada rasa tersendiri yang hinggap di hatinya, rasanya itu seperti.................ya seperti itu, sulit untuk dijelaskan

Bukannya Edward tidak pernah mengatakan kalau dirinya 'cantik' malah Edward sering mengatakannya. Tapi entah kenapa Fanya selalu saja merasa malu jika Edward mengatakan kalau dia itu cantik.

"Mommy mau kemana?" Tanya Reylan saat melihat Fanya akan pergi, Reylan pikir Fanya akan menemuinya lagi

Sedangkan Edward, ia menoleh setelah mendengar pertanyaan Reylan, ia bisa melihat pipi istrinya yang masih sedikit memerah membuatnya terkekeh pelan

Tangannya bergerak memberi gesture agar sang istri mendekat kearahnya, setelah itu Edward mencium tangan lentik istrinya layaknya seorang putri dan pangeran

Sedangkan Reylan bertepuk tangan kegirangan melihat adegan di depannya, senyum yang begitu tulus Reylan tunjukkan hingga menampakkan gigi kelincinya

Akan lengkap jika Naren, Reza dan Reyhan disini, tapi sayangnya mereka bertiga tidak ada disini, entah mereka tidur atau masih membereskan beberapa dokumen kantor, Reylan tidak tahu

Sepasang pasutri itu melihat kearahnya, senyum simpul mereka tunjukkan saat melihat raut bahagia dari anak bungsunya

Dua tangan itu mengelus Surai sang buah hati secara bersamaan, lalu setelahnya mereka memutuskan untuk tidur bertiga di ranjang besar itu

.

.

.

.

.

Di sebuah ruangan yang gelap, suara cambukan dan sayatan tak henti hentinya menyapa pendengaran telinga di tengah malam

Bau anyir darah masuk ke Indra penciuman ketiga cucu sulung keluarga Zextar yang baru melangkahkan kaki yang terbalut sepatu fantofel itu di ruangan kumuh dan kotor ini

Seakan tak ada hari esok untuk menemui seseorang yang tengah menjerit kesakitan, hingga tengah malam seperti ini mereka rela membuang waktu istirahatnya untuk sesosok wanita yang berani membuat kesayangannya sakit

Reyhan ReylanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang