1.Rusuh

6.2K 354 19
                                    

DISCLAIMER
Cerita ini murni karya author. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Semua karakter yang ada dalam cerita adalah fiksi serta tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata semua cast (idol) yang ada dalam cerita. Terimakasih🙏

***

Udara pagi kota Bandung benar-benar segar juga sejuk. Apalagi selepas kemarin malam diguyur hujan deras. Hal itu membuat seorang gadis yang kini berada disebuah mobil hitam yang tengah melaju itu tersenyum. Gadis itu menatap keluar jendela lalu membukanya setengah. Ia meraup udara itu puas. Sudah semingguan ia tidak merasakan udara luar seperti ini. Sekarang ia tengah dalam perjalanan kesekolah barunya yang memakan waktu hingga 20 menit. Jadi, gadis itu berpikir untuk berangkat lebih pagi. Lagipula sang Bunda yang tengah mengantarnya juga harus segera pergi ke klinik yang baru beberapa minggu beroperasi. Subuh tadi, asisten sang Bunda memberitahu bahwa ada keadaan darurat di klinik.

"Sayang, jangan terlalu lebar buka jendelanya. Baru sembuh loh kamu tuh!" Ingat sang Bunda dengan lembut.

"Iya, Bunda. Adisya cuma seneng aja bisa ngehirup udara bebas lagi setelah kemarin dirumah sakit terus!" Jawab gadis bernama Adisya itu.

"Iya, tapi tutup dulu yah. Masih dingin banget loh. Maaf juga ya gara-gara Bunda kamu jadi harus berangkat lebih pagi!" Sesal sang Bunda yang langsung mendapat gelengan kuat dari Adisya.

"Gak papa, lagi pula kan emang udah kewajiban Bunda sebagai dokter!" Ucap Adisya menenangkan.

"Makasih ya sayang udah ngerti!" Ujar Sang Bunda lembut dengan sebelah tangan menggenggam tangan sang putri.

Adisya menatap Bundanya sekilas sebelum kembali menatap keluar jendela yang kini tertutup rapat itu. Ingatan tentang sang Ayah kembali melintas dikepalanya. Seketika gurat sendu itu terpatri jelas diwajah cantik Adisya. Rasanya masih seperti mimpi saat ia harus dihadapkan dengan yang namanya kehilangan. Kini ia hanya memiliki sang Bunda saja. Tidak ada kakek, nenek, om, tante, juga sepupu. Singkatnya ia tidak memiliki keluarga selain Bundanya itu. Kepergian Ayahnya setahun lalu benar-benar menjadi pukulan keras bagi Adisya. Sang Ayah yang izin pergi untuk perjalanan bisnis ke Bandung nyatanya malah membuatnya pergi selamanya. Tepat di hari kenaikan kelas Adisya saat itu. Hingga akhirnya Sang Bunda dan Adisya memilih menetap disini di kota Bandung ini agar dekat dengan makan sang Ayah. Perlu waktu satu tahun untuk Adisya dan Bundanya akhirnya memutuskan untuk tinggal dikota itu. Tepatnya setelah kelulusan Adisya tempo lalu.

"Sayang, udah sampe!" Tegur sang Bunda lembut dengan tangan yang mengguncang bahu Adisya pelan. Sepertinya gadis itu terlalu asik melamun hingga tidak sadar dengan sekitar.

"Oh, iya Bunda!" Jawab Adisya.

Sang Bunda mengangguk lalu memberikan tas berwarna peach yang ada di jok belakang pada Adisya. "Nih tasnya. Inget ya jangan makan aneh-aneh apalagi pedes. Terus, jangan telat makan juga ok!"

Adisya mengangguk mengerti lalu menyalimi tangan sang bunda. "Iya, Bunda sayang. Adisya masuk ya, doain biar dapet temen. Bunda juga jangan sampe telat makan yah. Nanti aku telepon pokoknya biar Bunda gak lupa!" Ucap Adisya.

"Iya, tuan putri!" Ujar sang Bunda sembari tersenyum gemas. Anaknya itu sudah memasuki jenjang SMA tapi kenapa masih semenggemaskan itu.

Adisya tertegun sesaat. Kata-kata itu sering ia dengar dulu dari sang Ayah. Ia memalingkan wajahnya sebentar sebelum akhirnya tersenyum lembut menatap Bunda nya. Mengenyahkan segala perasaan sedih yang kini tengah menjalar dihatinya.

Tiger And His Soul MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang