Setelah menempuh waktu kurang lebih 30 menit. Adisya dan Revan sampai juga di tempat tujuan. Sebuah toko kue yang Revan bilang ada chesse cake yang enak di sana. Sebenarnya Adisya sendiri lebih tertarik pada cerita Aji. Tapi, tidak bisa di pungkiri bahwa ia juga menginginkan manisnya sepotong chesse cake.
"Aku pesenin dulu yah. Kamu gak bakal nyesel aku ajak jauh jauh kesini!" Ujar Revan sebelum pergi memesan. Adisya hanya menganggukkan kepala. Kemudian memilih mengamati pemandangan jalanan dari balik kaca besar toko. Sebenarnya ia merasa melupakan sesuatu. Saat tengah mengingat-ingat, Revan mengintrupsi kegiatan Adisya dengan menaruh piring berisi sepotong kue itu di di hadapannya.
"Van, ada yang mau aku tanyain!" Ujar Adisya.
"Iya, tapi kamu harus makan dulu!" Ujar Revan lembut.
Adisya menghela nafas pelan. Kemudian menuruti perintah Revan. Dan benar saja, rasanya sangat enak seperti ucapan pemuda itu. Tapi saat akan menyuapkan potongan kedua, Adisya seperti tersadar. Ia seperti deja vu, ia seperti pernah mendengar kalimat yang di ucapkan Revan barusan.
"Gimana enak?" Tanya Revan.
"Enak banget!" Jawab Adisya jujur. Ia memilih tidak ambil pusing dengan pemikirannya tadi.
"Syukur deh kalau kamu suka!" Ujar Revan lega. Pemuda itu sudah lebih dulu menghabiskan kuenya. Jadilah ia gunakan waktunya untuk melihat Adisya yang tengah makan.
"Jangan di liatin, mau nyuap jadi malu tau!" Ujar Adisya.
"Hehe, kangen banget habisnya sama kamu!" Jawab Revan sembari tersenyum .
Kali ini Adisya sudah selesai dengan kue nya. Kini ia menatap Revan dengan pandangan menuntut. "Terus kemana selama ini? Kok malah ngilang?"
Terlihat hembusan nafas berat dari Revan. Ia membalas tatapan Adisya sembari tersenyum tipis.
" Setelah pulang dari rumah kamu, mama aku kena serangan jantung, Sya. Aku panik banget saat itu. Jadi, aku gak ada kepikiran apapun selain bawa Mama ke rumah sakit!" Jelas Revan yang langsung membuat Adisya kaget.
"Pas di rumah sakit, keadaan mama juga gak langsung membaik, Sya. Dia kritis, dan aku bingung banget harus apa saat itu. Papa gak bisa dihubungin saat itu. Bahkan aku sampai bolos buat jagain mama!" Lanjut Tiger yang membuat Adisya ikut merasakan kesedihan pemuda itu.
"Terus keadaan Tante Mala gimana sekarang?" Tanya Adisya cepat.
Senyuman menenangkan Revan berikan pada Adisya. Pemuda itu mengambil tangan Adisya yang menganggur di atas meja untuk kemudian ia genggam. "Kamu gak usah khawatir, mama udah baik-baik aja. Makannya aku bisa nemuin kamu sekarang!"
Adisya menghembuskan nafas lega. Pasalnya ia sudah menganggap ibu Revan sebagai ibu nya sendiri. Tapi, setelah kepindahan Revan waktu itu, Adisya tidak pernah lagi bertemu atau berhubungan dengan beliau lagi. Jadi, saat mendengar kabar tidak mengenakan ini Adisya juga ikut sedih.
"Syukur kalau gitu. Pokoknya nanti ajak aku jenguk, tante Mala!" Ujar Adisya yang langsung di balas Revan dengan mengusap rambut Adisya lembut.
"Iya, nanti kita mampir dulu ke rumah yah!" Ujar Revan yang langsung di angguki oleh Adisya.
"Eh, katanya kamu mau ada yang di obrolin!" Ingat Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiger And His Soul Mate
FanficKalau kata orang dalam sekolah maupun orang luar sekolah, Tiger Aditya Vierzha itu MAUNGNYA SMA Angkasa Pelita.Keahliannya dalam ilmu baku hantam membuatnya di hormati dan dianggap sebagai ketua dari perkumpulan siswa siswi yang senang berkelahi.Keb...