24.Patah

1.4K 141 30
                                        

Adisya menatap Aji dengan mata yang terkantuk kantuk. Kemarin ia mengobrol sampai larut malam dengan sang bunda. Jadilah ia kurang tidur sekarang.
Sebenarnya ada dua opsi yang di miliki Adisya. Pertama, berangkat bersama Aji. Kedua, berangkat bersama Tiger. Tapi karena rasa bersalahnya pada Aji, ia memilih untuk menolak tawaran Tiger. Karena Aji jugalah yang menawari nya duluan kemarin. Adisya hanya ingin menempatkan dirinya dengan benar. Ia tidak ingin egois demgan mengabaikan Aji begitu saja.

"Lesu banget, kurang tidur yah?!" Tebak Aji yang langsung di angguki sang gadis dengan lesu.

"Kak, aku boleh tidur bentar gak? Kalau udah sampe tolong bangunin hehe!" Ujar Adisya polos.

Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil milik Aji. Tapi mobil itu belum juga melaju meninggalkan rumah Adisya.

"Iya, tidur aja. Nanti gue bangunin!" Ujar Aji dengan tangan yang mengelus rambut Adisya lembut.

Adisya mengangguk pelan. Lalu mulai mencari posisi ternyamannya untuk tidur. Ia memundurkan kursi itu sedikit. Mata sayu perlahan mulai memberat. Sampai akhirnya ia benar-benar tertidur sekarang.

Helaan nafas berat keluar dari mulut Aji. Ia menatap Adisya dari samping. Mengamati bagaimana polosnya sang gadis saat tertidur. Tangannya terulur untuk merapikan beberapa anak rambut sang gadis yang berantakan.

"Perasaan lo sebenernya buat siapa sih, Sya?!" Gumam Aji. Ia tau bahwa Adisya dan Tiger sudah berbaikan. Ia juga tau bahwa mereka mulai dekat. Di mini market kemarin adalah salah satu buktinya. Ia dengan jelas melihat Tiger yang tengah menarik tangan Adisya waktu itu. Ia juga tau bahwa Adisya melupakan janjinya karena pergi bersama pemuda itu.

"Kalau lo suka Tiger, kenapa lo terima semua perlakuan gue?" Tanya Aji pada Adisya yang tengah tertidur pulas. Ia sengaja sebenarnya. Jika ia bertanya pada Adisya saat ia tengah tersadar, ia takut jika jawaban sang gadis tidak sesuai harapannya.

Aji menghela nafas berat. Ia kembali memfokuskan pandangannya ke depan. Ia tidak ingin mengganggu tidur pulas sang gadis.

"Adisya, hey!" Panggil Aji lembut. Sekarang mereka sudah sampai di sekolah.

"Sya?!" Panggil Aji lagi. Tapi kali ini ia menepuk pipi sang gadis pelan.

"Hoam, kita udah sampe?" Tanya Adisya sembari mengucek matanya.

"Jangan di kucek, nanti sakit. Coba ngedip pelan-pelan!" Suruh Aji yang kini memegang kedua lengan Adisya.

Adisya menurut. Ia mengedipkan matanya beberapa kali. Baru setelah tersadar seratus persen, ia menatap Aji sebentar sebelum akhirnya menyengir lebar.

"Mata aku udah gak perih loh, kak Aji. Tangannya bisa di lepasin gak?" Tanya Adisya pelan.

Mata Aji mengerjab pelan. Ia terlalu fokus pada wajah Adisya yang tadi berkedip lucu. Sampai-sampai tidak sadar bahwa gadis itu sudah sadar sepenuhnya.

"Sorry, yaudah yuk turun!" Ajak Aji.

Adisya menganggukan kepalanya. Ia segera turun dari mobil itu. Ia sedikit menggeliatkan badannya.

"Makannya kalau gak biasa bergadang tuh jangan sok sok an!" Ledek Aji.

"Ih, kak Aji nyebelin!" Ujar Adisya cemberut. Ia segera meninggalkan Aji yang tengah menatapnya heran.

Tiger And His Soul MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang