Jika seharusnya para gadis akan merasa risih saat ada laki-laki di wilayah keramat mereka alias toilet siswi. Tapi, di sini malah kebalikannya. Bukannya risih, mereka malah kelihatan senang saat menemukan Tiger yang tengah berdiri tidak jauh dari pintu toilet. Berdiri di tempat ini sebenarnya membuat Tiger risih. Pasalnya sedari tadi banyak sekali gadis yang terang terangan mencari perhatiannya. Tapi, ia sama sekali tak mengindahkan hal itu. Walaupun rasanya ia ingin segera kabur sekarang. Tapi, demi berbicara dengan gadis itu Tiger akan tetap berdiri di sana. Nyatanya keinginannya untuk berbicara dengan gadia itu lebih besar dari rasa risihnya. Ia berpikir tidak ada kesempatan yang lebih baik lagi dari ini.
Jadi, saat melihat Adisya dan Riri yang berpisahdi tengah jalan menuju kantin, Tiger segera mengikuti Adisya yang ternyata menuju toilet.
"Hah! Lega deh sekarang!"
Suara itu berhasil membuat atensi Tiger teralih dari benda pipih itu. Ia melihat Adiaya yang baru saja keluar dari toilet itu. Dengan segera ia mengejar gadis itu yang hendak melanjutkan langkahnya ke arah kantin. Mencekal lengan gadis itu, Tiger membawanya ke belakang. Ke tempat dimana ia dan Aji bertengkar kemarin.
Awalnya Adisya jelas saja kaget. Ingin berteriak tapi ia teringat akan gelangnya yang berharga. Adisya berpikir Tiger tak mengindahkan permintaannya untuk membiarkan ia benar hari ini saja. Akhirnya Adisya hanya bisa pasrah mengikuti langkah Tiger. Walaupun dalam hatinya ia sudah gelisah tak karuan. Membayangkan hukumannya yang mungkin lebih buruk dari pada kemarin. Tapi, mungkin Adisya tidak sadar. Bahwa cekalan itu tidak sekuat biasanya. Tidak sampai membuatnya kesakitan seperti sebelumnya. Cekalan itu hanya erat bukannya kuat.
"Duduk!" Perintah Tiger tegas pada Adisya.
Adisya mendudukan dirinya takut-takut. Kepalanya tertunduk dalam guna menghindari tatapan Tiger yang menurutnya selalu mengintimidasi jika bersamanya. Sebenarnya Tiger merasa sedikit lega. Pasalnya gadis itu tak menolaknya tadi. Tapi, melihat gadis itu yang menunduk takut, sedikit mengusik sesuatu dalam diri Tiger. Memikirkan mungkin sudah se benci dan se takut itu Adisya pada Tiger.
"Adisya?!" Panggil Tiger pelan. Tidak ada nada intimidasi sama sekali disana.
"Kenapa, kak Adit? Aku bilangkan jangan sekarang. Aku siap nerima hukuman kakak tapi, nanti!" Jawab Adisya pelan sembari senantiasa menunduk.
Tiger menghela nafas berat. Di ambilnya dagu Adisya lembut guna mengangkat wajah cantik itu. Tepat saat kedua mata itu bertemu Tiger tersenyum tipis. Sangat tipis tapi mampu Adisya sadari. Karena ini pertama kalinya ia melihat senyum itu. Bukan senyum remeh atau pun senyum meledek seperti biasanya. Ia merasa sedikit aneh dengan Tiger.
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo. Gak mau hukum-hukum lo lagi!" Jelas Tiger menenangkan.
Adisya menatap Tiger kaget. Sedikit tidak percaya pada ucapan pemuda itu.
"Serius?" Gumam Adisya yang langsung mendapat anggukan dari Tiger.
"Tapi, sebelum itu lo harus makan dulu!" Ujar Tiger tegas.
Adisya mengangguk ragu. Ia memang sedikit lapar sekarang. Tapi, ia juga takut bahwa Tiger akan memberinya makanan aneh lagi. Terlebih ia masih sedikit menaruh curiga pada pemuda itu. Apalagi saat siswa yang kemarin membawakannya seblak, ternyata juga ada disini membawa semangkok seblak bening kesukaan Adisya. Lalu setelah menaruh mengkok, pemuda itu segera pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tiger And His Soul Mate
FanficKalau kata orang dalam sekolah maupun orang luar sekolah, Tiger Aditya Vierzha itu MAUNGNYA SMA Angkasa Pelita.Keahliannya dalam ilmu baku hantam membuatnya di hormati dan dianggap sebagai ketua dari perkumpulan siswa siswi yang senang berkelahi.Keb...