30.Pilu

978 111 20
                                    

Hari ini Tiger mendapati Adisya melamun lagi. Sudah beberapa hari ini Adisya seperti itu. Sebenarnya lidah Tiger sudah sangat gatal ingin bicara. Tapi ia takut malah membuat Adisya tertekan. Ia ingin Adisya bercerita dengan suka rela. Bukan karena paksaan darinya.

"Hah, hah!? Pedes!" Celetuk Tiger. Ia kini tengah berpura-pura kepedesan untuk mencari perhatian gadis di hadapannya itu. Sesuai bayangannya, Adisya benar-benar panik sekarang.

"Ih, kok bisa sih!? Makannya aku bilang juga sambelnya dikit aja!" Ujar Adisya khawatir. Tangannya dengan segera mengambil air mineral di hadapan Tiger dan membuka tutupnya.

"Nih, minum dulu!" Suruh Adisya. Ia menyodorkan air mineral itu dan langsung di terima oleh Tiger.

"Loh, kok gak di minum?!" Tanya Adisya heran karena Tiger malah mengambil tutup botol di tangan Adisya. Pemuda itu malah menutupnya kembali lalu menaruhnya di tempat semula.

"Hehe, boong aku!" Ujar Tiger sembari tertawa kecil.

"Ih, nyebelin. Aku panik tau gak!?" Ujar Adisya dengan mata yang kini mendelik kesal.

"Keliatan kok. Mukanya langsung khawatir gitu. Sayang banget yah sama aku!?" Ujar Tiger dengan alis yang naik turun.

Adisya mendelik sebal dengan senyum tertahan. "Ya menurut kakak aja!?"

"Sayang bangetlah!" Ujar Tiger dengan nada ngegas.

Kini Adisya sudah tidak bisa lagi menyembunyikan tawanya.

"Iya, sayang banget. Saking sayangnya aku mau kakak bahagia!" Ujar Adisya dengan nada serius.

Hari ini Adisya akan mencoba bernegosiasi dengan Tiger. Mencoba membujuk pemuda itu untuk bertemu dengan mama nya.

"Iya, aku kan bahagia ini!" Ujar Tiger enteng.

"Bukan, bukan bahagia sama aku aja!" Bantah Adisya hati hati.

"Maksud kamu?!" Tanya Tiger dengan alis mengernyit bingung.

Adisya menghela nafas pelan. Mencoba mengumpulkan semua keberanian yang ada dalam dirinya. "Kalau ada yang mau ketemu kakak buat jelasin sesuatu, kakak mau?"

"Sya, ngomong apasih?! Siapa juga yang mau ketemu aku?! Aku gak butuh penjelasan dari siapapun!" Ujar Tiger tenang. Tepatnya ia berusaha untuk tenang. Mencoba menepis semua kemungkinan maksud Adisya dalam pikirannya.

"Kakak butuh, aku mohon. Temui dia sekali ini aja!" Ujar Adisya memohon.

"Dia?! Siapa sih, Sya?!" Tanya Tiger pura-pura tak mengerti.

"Tante Sisca, mama kakak!" Jawab Adisya tegas.

"Udah, aku selesai makannya. Ayo kita pulang aja!" Ujar Tiger mengalihkan pembicaraan.

"Kak?!" Panggil Adisya dengan nada memohon. Ia segera menahan Tiger yang sudah berdiri dengan memegang tangannya.

"Kenapa? Mereka nyuruh kamu?! Ini yang bikin kamu ngelamun terus akhir-akhir ini?! Iya?!" Tanya Tiger dengan nada datar.

Kepala Adisya menunduk dalam. Ia tidak bisa di tatap Tiger seperti itu. Tapi nada penuh harapan dari Sisca kembali terngiang di telinganya. Seolah memberi dia kekuatan untuk berusaha lagi.

Tiger And His Soul MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang