26.Bukan Horor Movie 2

1.1K 122 20
                                    

Mulutnya memang berkata tidak takut tadi. Tapi wajah pucat pasi Adisya menjawab semuanya. Bagaimana ia meremas jaket hitam milik Tiger, lalu bersembunyi di balik punggung tegap Tiger, juga teriakannya saat wajah menyeramkan muncul di layar besar itu dengan tiba-tiba. Bahkan sampai mereka sampai di mobil pun, ekspresi sang gadis masih sama.

"Tadi siapa yang bilang gak takut?!" Ejek Tiger.

Adisya mendelikkan matanya kesal.

"Matanya tolong di kondisikan, Adisya!" Ujar Tiger sembari terkekeh.

Adisya memasang wajah kesal. Bibirnya mengerucut dengan spontan.

"Padahal di dalem dingin loh. Keningnya kok keringetan gini!?" Ujar Tiger sembari mengelap keringat di dahi Adisya dengan menggunakan lengan jaketnya. Hal itu membuat atensi Adisya teralih. Rasa kesalnya juga entah menguap kemana. Wajah cemberutnya perlahan berubah menjadi tatapan polos.

"Takut banget yah pasti. Nyubitnya keras banget tadi!" Ujar Tiger yang masih sibuk dengan kegiatannya.

"Sya?!" Panggil Tiger saat tak ada sahutan dari sang gadis.

"Mau dengerin aku ngomong gak?" Tanya Tiger lembut.

Adisya mengangguk cepat. Sedikit kesal sebenarnya. Memang Tiger berpikir dari tadi Adisya sedang apa selain mendengarkannya berbicara.

Tiger menghembuskan nafasnya pelan. Mencoba menetralisir detak jantungnya yang berdetak tak karuan. Sebenarnya sedari tadi ia sudah merencanakan semuanya. Ia sangat gugup, bahkan dari tadi sore saat menjemput gadis itu.

"Kamu pasti sedih karena Aji benar-benar menjauhkan?" Tanya Tiger. Ia mengambil tangan sang gadis yang tengah berada di atas pahanya itu. Ia menggenggam tangan itu erat dengan ibu jari yang memberikan elusan lembut di punggung tangan Adisya.

Adisya mengangguk mengiyakan. Ia memang merasa kehilangan sosok Aji.

"Karena itu aku ajak kamu kesini. Buat hibur kamu!" Ujar Tiger lagi.

Adisya menatap Tiger dengan senyum tipis. Ia sudah menyangka bahwa Tiger juga merasakan kesedihannya. Tidak, ia tidak sedih karena menolak Aji. Sekali lagi, ia tidak menyesal untuk itu. Hanya saja, ia seperti kehilangan sosok kakak yang selalu melindunginya selama ini.

"Gak tau moment nya pas atau nggak?! Tapi aku cuma mau bilang kalau aku suka sama kamu!" Ujar Tiger serius.

Mata Adisya mengerjab pelan. Ia tidak menyangka bahwa Tiger akan mengungkapkan perasaannya sekarang. Ia pikir Tiger nyaman nyaman saja dengan hubungan mereka yang seperti ini.

"Aku sayang sama kamu, Sya!" Lanjut Tiger sambil menatap lurus bola mata indah milik Adisya.

"Kamu mau jadi pacar aku?" Tembak Tiger akhirnya.

Adisya membalas tatapan itu hangat. Ia memberikan senyum terbaiknya pada Tiger.

"Jadi?!" Tanya Tiger tak sabar. Sebab sedari tadi Adisya malah tersenyum tanpa berkata apapun.

"Aku udah boleh ngomong?!" Tanya Adisya dengan cengiran lucu.

Tiger mengangguk gemas. Rupanya sang gadis masih terpengaruh perintah Tiger untuk mendengarkannya saja. Tangannya yang satu terulur untuk merapikan rambut sang gadis yang lepek karena keringat.

Tiger And His Soul MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang