27.PJ

1.2K 115 27
                                    

Kini Tiger dan Adisya sudah sampai di parkiran sekolah. Wajah Tiger memang masih datar seperti biasanya. Hanya saja, tatapannya akan berubah menghangat dengan senyum manis yang ia berikan pada Adisya yang pagi ini sudah resmi menjadi pacarnya. Dengan segera Tiger mematikan mesin motornya dan membantu Adisya yang kesusahan saat turun.

"Lain kali, aku pakek mobil lagi deh biar kamu gak susah naik atau turunnya" Ujar Tiger sambil membantu Adisya membuka helm. Tangannya juga terulur untuk merapikan rambut Adisya yang sedikit berantakan.

"Ih apa? Orang aku gak kesusahan. Jangan lebay deh!"

Hal itu tidak luput dari pandangan siswa siswi.  Sebenarnya Adisya sedikit risih kala mendengar banyaknya pertanyaan ataupun pernyataan sepihak dari mereka. Adisya yang memang bukan tipe orang yang mudah terpancing emosi hanya bisa menghela nafas. Untungnya, sahabatnya Riri selalu pasang badan untuk membela Adisya saat orang orang menganggunya.

"Gak usah di dengerin. Kalau ada apa-apa cerita sama aku!" Ujar Tiger tiba-tiba. Ia memang sadar dengan semua yang gadis itu alami saat semua orang tau kedekatan mereka. Diam-diam  ia juga sering memantau gadis itu dari tempat yang tidak Adisya sendiri sadari.

"Aku yang narik kamu ke dunia aku. Jadi, udah tugas aku buat mastiin kamu baik-baik aja!" Lanjut Tiger sembari menggenggam tangan Adisya.

Adisya menatap genggaman tangan mereka. Lalu beralih pada si pemilik tangan yang kini menatapnya lembut. Ia menganggukan kepalanya mengerti.

"Gak ada tarik-tarikan, kak. Ini pilihan kita berdua!" Ujar Adisya yang langsung di angguki oleh Tiger.

Tidak ada yang menarik ataupun yang di tarik disini. Yang ada ialah mereka yang melangkah beriringan. Menyatukan dunia masing-masing untuk kemudian menjadi dunia mereka bersama.

"Kita sama-sama mau ada dihubungan ini, Kak Adit!" Tambah Adisya.

Tiger mengangguk percaya. Gadis didepannya ini kenapa bisa semanis itu? Keduanya sama-sama tersenyum menenangkan. Mereka seakan tidak peduli dengan banyaknya pasang mata yang tengah menatap mereka.

"CIE CIE, ETA TANGANNYA SI DEDE GEMES KOK DI CEKEL WAE. MAU NYEBRANG APA GIMANA!?"

Teriakan itu berhasil mengambil alih atensi Tiger dan Adisya. Langkah mereka juga berhenti saat menemui teman-teman Tiger yang tengah berjalan ke arah mereka.

Tanpa melepaskan genggaman tangannya, Tiger melayangkan tatapan tajam pada pemuda yang tengah menatapnya tengil itu. Sedangkan Adisya ia hanya menunduk malu.

"Kenapa? Pacar gue ini!" Celetuk Tiger enteng yang membuat Adisya semakin menunduk malu.

"Kok makin nunduk?" Tanya Tiger gemas. Sebelah tangannya mengangkat dagu Adisya pelan hingga membuat gadis itu mendongak.

"Pipinya merah banget lagi!?" Tambah Tiger gemas.

"Kak Adit, jangan godain aku!?" Ujar Adisya pelan yang ditanggapi tawa pelan oleh Tiger.

"Bucin!" Cibir Dava sembari memutar bola matanya malas.

"Biarin, si. Udah ketemu pawang mah emang gitu. Emang lo berdua kerjaannya cuma godain teteh kantin!?" Sarkas Rama yang membuat Tommy dan Dava berdecak malas.

Tiger And His Soul MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang