3.Gelang

2.5K 277 19
                                    

Adisya segera memasukan buku serta alat tulisnya setelah sang guru  meninggalkan kelas. Seperti kesepakatannya dan Revan dilapangan tadi. Adisya akan menunggu pemuda itu di halte. Tapi, sebelum itu ia segera mengirimkan pesan kepada sang Bunda jika ia akan pulang bersama Revan. Baru setelah mendapat balasan persetujuan Adisya melangkah keluar bersama Riri yang menunggu nya sedari tadi.

"Sya, beneran mau pulang sama dia?!" Tanya Riri penasaran.

Adisya mengangguk sembari tersenyum. "Beneran, Ri. Tenang aja dia aslinya baik kok. Udah lama jugakan gak ketemu!?"

Riri menghembuskan nafas. Sebenarnya ia agak sedikit khawatir tapi Adisya bilang tidak apa-apakan. Jadi, Riri bisa sedikit bernafas lega juga.

"Tenang aja, Ri. Nanti aku kabarin lagi deh. Atau kalau perlu nanti kalau udah pulang aku chat kamu ok!?" Sambung Adisya yang langsung dibalas anggukan setuju oleh Riri.

Tepat saat keduanya hendak melewatati lapangan. Pandangan Adisya tiba-tiba teralihkan pada banyaknya siswa yang tengah dijemur itu. Tapi, hanya satu yang benar-benar menjadi fokus gadis itu. Dia, siswa yang sama yang Adisya obati di UKS tadi. Ternyata siswa itu juga melihat kedatangan Adisya hingga berakhir pandangan mereka bertemu. Adisya tersenyum tipis sebelum akhirnya melangkah lagi. Hingga tepat didepan gerbang ia dan Riri harus berpisah karena temannya itu sudah mendapat jemputan. Sedangkan Adisya, ia masih harus menyusuri jalan itu sedikit untuk sampai ke halte.

Tin tin

Adisya yang baru saja duduk segera mendongak guna melihat pengendara motor yang baru saja membunyikan klakson itu. Matanya menyipit sembari mengenali siapa sosok itu.

"Hey, ini aku Revan!"

"Gemes banget si disipit-sipitin gitu!?" Sambung pemuda itu.

Helaan nafas lega keluar dari mulut Adisya. Ia segera melangkah menghampiri Revan yang masih setia duduk diatas motornya. Helmnya bahkan tidak Revan lepas sama sekali.

"Hampir aja gak ngenalin kamu!?" Ujar Adisya.

Revan tersenyum dibalik helmnya. Ia segera melepaskan jaket hitamnya lalu memasangkannya ke tubuh Adisya hingga tubuh gadis itu tenggelam didalamnnya.

"Mendung, Sya. Anginnya dingin jadi pake yah. Sini kepalanya biar helm nya aku pakein jug!?" Sela Revan cepat saat Adisya hendak memprotes.

"Iya, Revan. Aku naik yah!?" Ujar Adisya mengalah.

Revan mengangguk sembari membantu Adisya naik dengan memegang tangan gadis itu.

"Udah?" Tanya Revan memastikan.

"Udah kok yuk!?" Jawab Adisya.

"Tapi, Bunda tau gak kamu pergi sama aku?!" Tanya Revan lagi.

"Tau, Revan. Malahan Bunda kangen sama kamu katanya!?" Ujar Adisya.

Revan mengangguk mengerti sebelum akhirnya melontarkan pertanyaan yang membuat Adisya tersenyum sembari menggeleng tak percaya.  "Kalau anaknya kangen aku gak?!"

***

Tangan Tiger terkepal erat saat salah satu temannya mengatakan bahwa ia melihat Revan berbicara dengan seorang gadis sebelum meninggalkan sekolah mereka tadi. Apakah dia perempuan yang pernah Revan maksud dulu? Perempuan yang menjadi kesakitan bagi perempuan yang dicintai Tiger?

Tiger And His Soul MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang