31.Like Father Like Son

1K 119 23
                                    

Raut kekhawatiran terlihat jelas di wajah cantik Adisya. Ia kira masalahnya sudah selesai sampai di cafe tadi. Tapi ternyata masalah baru tengah menanti pemuda itu.

"Sya, jangan khawatir!" Ujar Tiger lembut.

Kini mobil mereka sudah terparkir di halaman rumah mewah milik papa nya Tiger.

"Gimana gak khawatir?! Setiap kali kakak keluar dari rumah itu, kakak selalu luka-luka!" Jawab Adisya sendu.

"Aku gak akan terluka lagi, Sya. Ada kamu yang nunggu aku sekarang. Jadi, aku pastiin gak akan terluka!" Ujar Tiger mencoba menenangkan. Walaupun rasanya ia sendiri tidak yakin akan ucapannya.

"Janji?!" Ujar Adisya serius.

"Janji, lagipula ada sesuatu yang harus aku tanyain sama papa!" Ujar Tiger yakin.

Akhirnya Adisya hanya bisa menghela nafas pasrah. Percuma jika ia terus menahan Tiger di mobil itu. Lagipula ia juga yang memaksa untuk ikut. Sebenarnya Tiger sudah akan mengantarkannya pulang tadi. Tapi setelah mendengar bahwa kekasihnya itu akan bertemu dengan papanya sendiri, benar-benar membuat Adisya tak tenang. Jadi setelah perdebatan panjang mereka, Adisya di izinkan untuk ikut juga. Asalkan dengan catatan, ia hanya akan menunggu di mobil. Tiger hanya berpikir jika padanya saja ayahnya bisa setega itu apalagi pada gadisnya.

"Kunci mobilnya!" Pinta Tiger sebelum turun dari mobil.

"Kenapa?!" Tanya Adisya bingung.

"Kunci aja. Nurut sama aku!" Jawab Tiger tegas.

Akhirnya Adisya kembali mengangguk pasrah. Ia menurut dengan mengunci mobilnya dari dalam. Matanya terus mengikuti punggung tegap Tiger sampai ia masuk ke dalam rumah itu. Ia berharap tidak akan ada hal buruk yang terjadi pada Tiger.

Sebenarnya buka hanya Adisya yang gugup. Karena Tiger juga begitu. Setiap kali akan bertemu dengan sang papa, Tiger selalu diliputi kecemasan.

"Pa!" Panggil Tiger pada pria paruh baya yang tengah berdiri memunggunginya itu.

"Sudah berapa kali kamu melanggar aturan saya?!" Tanya Panji.

"Apa salahnya bertemu keluarga Allea?!" Ujar Tiger bingung.

"Kamu melanggarnya, sudah saya bilang jangan temui keluarga bermasalah itu?! Kamu mau mati sia-sia seperti gadis itu hah!?" Ujar Panji marah.

Kali ini tidak ada lagi raut takut di wajah Tiger. Semua ketakutannya terganti dengan senyum miring setelah mendengar perkataan Panji. Takut mati katanya?! Jelas-jelas ia yang selalu mendekatkan Tiger pada kematian itu sendiri.

"Papa takut Tiger mati?! Papa gak berpikir tindakan papa selama ini malah mendekatkan Tiger pada kematian itu sendiri?!" Ujar Tiger telak.

Ya, perkataan Tiger benar-benar bisa membuat Panji diam tak berkutik. Tapi seperti kata pepatah Like Father Like Son . Kedua lelaki itu sama-sama memiliki ego yang tinggi. Jadi dari pada berpikir menggunakan akal sehat ataupun hati.

"KAMU TIDAK TAU APAPUN!" Bentak panji marah.

"Kalau gitu kasih tau, Tiger. Kasih tau di mana letak kesalahan anak papa ini!?" Ujar Tiger dengan nada memohon. Ia benar-benar sudah terlalu lelah untuk semua ini.

"Baik, akan saya katakan!" Ujar Panji dengan nada remeh.

"Kamu dan ibu kamu itu sudah menghancurkan hidup saya. Seharusnya sekarang saya bisa hidup bahagia dengan orang yang saya cintai. Tapi, ibu kamu. Dia menjebak saya!" Ujar Panji emosi.

"Menjebak?!" Tanya Tiger bingung.

"Hah?! Kamu tidak tau?! Apa ibu kamu itu tidak menceritakan semua yang terjadi?! Apa yang kalian bicarakan di pertemuan tadi?! Hanya omong kosong hah!?" Cecar Panji.

"Dia menjebak saya, seharusnya saya menikah dengan Tania saat itu. Tapi ibu kamu, dengan segala kelicikannya dia malah menjebak saya untuk tidur dengannya!" Ujar Panji emosi.

"Tania? Ibu Tania?!" Tanya Tiger tak percaya. Sekarang Tiger ingat, di hari di mana Tania menemukannya lalu mengantarkannya pada Panji, lalu memarahi Panji habis-habisan. Dan yang aneh saat itu ialah Panji sama sekali tidak membantah segala ucapan Tania. Padahal yang Tiger tau Panji adalah sosok yang keras kepala. Tidak pernah mau mengalah pada apapun dan siapapun.

"Menurut kamu, kenapa Tania bisa tau lebih dulu saat kamu terluka?! Saya yang memberitahu dia Tiger!" Ujar Panji dengan senyum miring.

Tiger diam tak bergeming. Jadi selama ini mendapatkan kasih sayang dari wanita yang cintanya di rebut oleh ibunya sendiri.

"Jadi, apa papa mukulin aku untuk melampiaskan kemarahan papa sama mama?!" Tembak Tiger lirih. Sekarang ia tau apa yang di rasakan Adisya selama ini. Selama Tiger menyakitinya.

"Mulai sekarang, jangan menyusahkan Tania dan anaknya lagi. Kamu gak pantes dapat kasih sayang dari wanita yang sudah mama kamu sakiti!" Ujar Panji.

"Mas?! Apa maksud kamu?"

"Tania?!" Ujar Panji.

"Tolong, lupakan masa lalu. Kamu tau, Tiger gak salah. Sisca juga sudah menyesali semuanya!" Ujar Tania dengan nada memohon.

"Sulit, Tania. Sulit untuk melupakan semua yang sudah wanita itu lakukan!" Ujar Panji.

"Ibu- tante Tania, maaf!" Ujar Tiger tiba-tiba.

Tania menggelengkan kepalanya kuat. Tidak, ia tidak butuh maaf dari Tiger. Ia sudah mengikhlaskan semuanya. Lagi, ia tidak suka mendengar Tiger memanggilnya tante seperti saat pertama kali mereka bertemu.

"Tiger, gak usah minta maaf. Tiger gak salah okay! Sekarang kita pulang yah!" Ujar Tania sedih.

"Gak, papa bener. Tiger gak tau diri kalau terus-terusan nyusahin ib- tante Tania!" Lirih Tiger.

"Tiger, nggak. Kamu gak nyusahin ibu!" Ujar Tania sedih. Air matanya kembali luruh kala mendapati Tiger yang menatapnya penuh luka.

"Makasih udah sayang sama Tiger selama ini. Maaf, Ibu Tania!" Ujar Tiger sebelum keluar dari rumah itu.

Hal itu membuat pertahan Tania benar-benar runtuh. Kini ia berbalik, menatap orang dulu ia cintai.

"PUAS KAMU HAH?! PUAS MELIHAT ANAK KAMU SENDIRI TERLUKA!?"

"Selama ini aku yang ngerawat dia. Aku yang memberikan semua kasih sayang yang gak di berikan orang tua kandungnya. Aku orang tuanya juga, Panji. Dia anak aku, sekarang kamu puas? Puas liat dia gak mau lihat aku sebagai ibunya lagi!?" Lanjut Tania sembari terisak.

"Kamu menyalahkan semuanya pada anak itu. Seharusnya kamu berpikir, bukan hanya Sisca yang salah disini. Jika kamu tidak memberikan dia peluang, Sisca ataupun perempuan manapun gak akan mungkin bisa ngelakuin itu ke kamu!" Tutup Tania sebelum akhirnya meninggalkan rumah itu.

Kini hanya tersisa Panji sendiri yang pikirannya tengah dipenuhi dengan semua perkataan Tania barusan.

***

Drama lagi🥺
Tolong ini juga di vote dong😂
Tinggal beberapa lagi loh

Tiger And His Soul MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang