Ch 5 (Kenyataan)

200 22 3
                                    

Aiyaz terlihat tengah duduk dengan lesu sembari memainkan makanan di piringnya, ia telah berkali kali mendesah kasar, terlihat bahwa ia tengah jengah akan sesuatu hal.

Melihat hal itu, tentu rakishi dan astya saling menatap sambil bertanya tanya perihal putranya, pasutri itu nampak berbicara dengan bahasa isyarat muka, seperti memainkan mata, mulut hingga dagu.

"Aiy? Kenapa nak? Kok makanannya cuma dimainin? Kasiankan sama mama yang udah masakin buat kita" ujar rakishi setelah berdebat panjang dengan dengan sang istri melalui bahasa isyaratnya tadi

"Aku lagi mikirin temen aku pah" jawab aiyaz seadanya

"Memangnya kenapa dengan temen aiy?" Tanya sang ibu yang penasaran

"Dia gak masuk udah dari sebulan yang lalu pah, keterangannya sih karna keluarganya ada sedikit urusan di luar kota yang membuatnya harus ikut pergi juga" jawab aiyaz seadanya lagi

"Lho? Terus masalahnya dimana sayang?" Tanya astya yang tak habis pikir dengan kegundahan putranya

"Ya gak tau, tiba tiba saja aku merasa seperti ini, akhir akhir ini aku terus memikirkannya dan itu sedikit mengganggu konsentrasiku dalam belajar" jawab aiyaz dengan alasan yang membingungkan kedua orang tuanya

"Oh~ boy~ mau papa telponkan keluarganya? Siapa tau kamu bisa sedikit lega setelah mendengar suaranya di telpon?" Ujar sang ayah memberikan penawaran pada putranya

"Aih~ gak usahlah pah" ujar aiyaz memberikan jawaban yang tak terduga

"Kenapa?" Tanya sang ayah yang bingung dengan mood anaknya sendiri

"Ya gak papa, cuma gak pengen aja"

Mendengar hal itu, rakishi hanya bisa mendesah pasrah saja, astya pun hanya menanggapi suasananya dengan senyum lembutnya

"Ngomong-ngomong pah, mah. Aku ini mirip siapa? Kok gak mirip papa sama mama?"

Mendengar hal itu, rakishi dan astya langsung tersentak dan terdiam sesaat, sampai pada akhirnya rakishilah yang angkat bicara terlebih dulu.

"Menurut kamu?" Ujar rakishi yang balik bertanya

"Hah?" Respons aiyaz tanpa sadar

"Kamu adalah anak yang pintar, jadi ayah meminta pendapatmu dulu sebelum menjawab pertanyaanmu" balas rakishi dengan mantap

"Menurutku, aku bukan anak papa mama?" Jawab aiyaz dengan nada bertanya sembari memasang wajah sedihnya

"Dari sejak kapan kamu berpikir seperti itu?" Tanya sang ayah lagi dengan tenang dan santai

"Sejak lama, tapi aku tak begitu memusingkannya karna papa dan mama begitu tulus menyayangiku" jawab aiyaz masih dengan wajah sedihnya, astya pun mulai menunjukkan kekhawatirannya

"Yang kamu pikirkan memang benar, maaf karna tak memberitahukannya sedari awal, bukan berarti kami ingin merahasiakannya, tapi kami sedang menunggu kamu untuk memulainya, bahasan yang sensitif ini" ujar rakishi seadanya

"Lalu aku ini anak siapa? Dan kenapa papa mama yang merawatku? Dimana orang tua kandungku? Apa mereka sudah meninggal? Atau mereka membuangku? Apakah aku anak yang di adopsi dari panti asuhan? Atau anak yang di jual?" Balas aiyaz dengan pertanyaan berantai.

Mendapati pertanyaan pertanyaan itu, rakishi pun menceritakan kembali masa lalu aiyaz, tentang bagaimana pertemuannya dengan aiyaz di bawah pohon saat hujan deras, dan tentang bagaimana ia mencoba menyelamatkan nyawa aiyaz dengan segala upaya yang bisa ia lakukan.

Mulai dari mendonorkan jantung anaknya yang baru meninggal pada saat itu, hingga harus meminjam uang pada bosnya karna biaya operasi yang dialami aiyaz, semua itu rakishi ceritakan tanpa terkecuali, termasuk keluarga kandung yang telah membuang aiyaz karna kecacatannya.

Aiyaz [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang