Ch 6 (Hasil Yang Mengecewakan)

182 20 0
                                    

Hari demi hari berlalu, dan kini tibalah saat ujian akhir semester satu di mulai, suasana sudah cukup mencekam sedari pagi karna aura aura ambis dari anak anak lain tengah menguar tak terkendali, hanya aiyaz saja yang menanggapinya dengan santai, tapi itu tak bertahan lama, karna sosok yang tak di duga duga oleh aiyaz datang ke kelasnya dengan aura yang seperti ingin pergi bertempur di medan perang

'Hei? Ayolah! Ini hanya ujian akhir semester satu! Bukan akhir dunia! Kenapa ekspresi kalian mengatakan seperti besok dunia akan kiamat?' Pikir aiyaz saat melihat ezekiel dengan aura ambisnya juga, malah ia menatap tajam ke arah aiyaz seolah olah mengatakan bahwa hari ini aiyaz adalah musuhnya, itulah hal yang terus di rasakan aiyaz selama seminggu penuh.

Singkat cerita, hari dimana para orang tua wali murid datang ke sekolah untuk mengambil rapot pun tiba, dari pihak aiyaz, rakishilah yang memutuskan untuk mengambil rapot aiyaz.

Bedanya, kali ini aiyaz tak mau ikut mengambil rapot itu bersama ayahnya seperti yang ia lakukan sebelum sebelumnya, rakishi sempat menaruh curiga pada putranya, tapi pada akhirnya ia memilih untuk mengabaikan kecurigaannya itu.

"Pah! Nanti jangan kenak serangan jantung mendadak ya!" Ujar aiyaz dengan cengirannya sambil berpose peace atau bisa di bilang pose dua jari, rakishi pun memilih abai dengan peringatan anaknya dan melenggang pergi begitu saja.

Beberapa jam berlalu setelah rakishi pergi mengambil rapot aiyaz, kini aiyaz terlihat tengah tiduran di sofa panjang dengan di temani cemilan di tangannya, matanya tak pernah berpaling dari acara TV yang sedang di tontonnya dengan ekspresi serius, sekedar info saja, siaran yang tengah di tonton aiyaz itu adalah indosiar, dan ini adalah puncak konflik dari filmnya, yup...itu adalah sinetron azab.

"Wih~! Canggih banget azabnya, bisa sampek tersapu banjir dan tersambar petir gitunya, keren banget! Bahkan alam pun ikut mengantar kepulangannya ke sisi tuhan, magic sih ini!" ujar aiyaz sembari memakan cemilannya

BRAKKK!

"Aiy! Apa kau lupa membawa otakmu saat ujian tengah berlangsung minggu lalu? Kenapa bisa kau mendapat nilai 50 di semua mata pelajaran? Jangankan peringkat 1! Kau bahkan tak masuk 10 besar lho! Lebih parahnya, katanya gurumu sampai pingsan saat mengoreksi lembar jawabanmu! Btw, selamat! Kamu peringkat 32 di kelasmu, papa sampai di sidang sama guru gurumu dan di introgasi, mereka sampai salah paham kalau kita memiliki masalah keluarga yang serius sehingga membuat pikiranmu terganggu saat mengerjakan ujian" ujar rakishi yang terlihat begitu lelah.

Ia pun menaruh rapot dan beberapa lembar jawaban milik putranya yang terlihat sudah di nilai itu di atas meja depan sofa aiyaz.

Rakishi pun duduk di samping aiyaz sembari menenangkan diri dan mengatur nafas berkali kali, sedangkan aiyaz? Dia malah nampak tak begitu peduli dan masih fokus dengan siaran TV yang di tontonnya

"Kan sudah ku bilang jangan sampai kenak serangan jantung" balas aiyaz tanpa mengalihkan pandangannya, rakishi nampak tak punya tenaga lagi untuk membalas perkataan putranya

"Ngomong ngomong pah, siapa yang dapat peringkat satunya?" Tanya aiyaz penasaran, tapi ia tetap fokus pada TV di depannya

"Alreska"

"Buffttt!! Uhuk uhuk!" terlihat aiyaz yang langsung menatap ayahnya dengan syok setelah ia tersedak minumannya tadi

"Serius pah?! Yang bener?!" Tanya aiyaz memastikan sekali lagi dengan hebohnya

"Iya benar kok! Memang kenapa sih?" Balas sang ayah sembari memberikan pertanyaan karna penasaran akan sesuatu

"Kok bisa sih?! Preman sekolah itu? Si pembuat onar itu? Yang biasa nilai tugasnya pas pasan? Peringkat satu? Satu? Gak! Gak! Gak! Gak mungkin! Pasti ada kesalahan ini! Masaiya otak setengah ampas itu bisa dapet peringkat satu? Ini pasti mimpi! Benar~ hanya mimpi"

Mendengar ocehan anaknya itu, rakishi pun menjitak kepala anaknya dengan tenaga penuh, membuat aiyaz tersadar dari pikirannya sembari merintih sakit, ia nampak menatap tajam ke arah ayahnya dengan mata berkaca kaca

"Aiy? Kamu kenapa sayang? Kok kayak mau nangis gitu?" Tanya astya yang baru menghampiri putranya di ruang TV setelah ia selesai memasak

"Mama! Papa memukul kepala ku karna nilaiku jelek~" adu aiyaz dengan suara getarnya.

Astya pun langsung melayangkan tatapan tajam ke arah suaminya dan langsung berjalan menuju rakishi untu menjitak suaminya itu dengan kuat sebagai pembalasan karna menyakiti anaknya, tentunya rakishi tak diam saja, ia langsung bergerak dari duduknya untuk menghindari amukan sang istri

"Tidak begitu sayang! Kau tau aku tak pernah mempermasalahkan berapa nilai yang aiyaz dapatkan" ujar rakishi menjelaskan, sayangnya astya sudah di selimuti amarah karna putranya sudah di lukai

"Bocah! Kau jangan seenak jidat tebar fitnah sana sini! Cepat jelaskan pada mamamu kejadian yang sebenarnya!"

Mendengar hal itu, aiyaz memilih menarik pipi bagian bawah matanya dengan telunjuknya sembari menjulurkan lidahnya dengan ekspresi datar, rakishi nampak kena mental mendapati respon sang anak.

Pada akhirnya rakishi pun mendapat jitakan wonder woman dari istrinya, rakishi pun duduk sopan di samping kiri anaknya dengan suasana hati yang nampak murung setelah mendapat jitakan dari istrinya itu.

Sedangkan istrinya? Ia malah terlihat sedang bermanja manja ria dengan putranya, tersenyum bahagia dan mengabaikannya, jujur.. rakishi seperti ingin menangis di saat itu juga, tapi masih bisa ia tahan karna takut berdampak buruk bagi reputasinya sebagai seorang pria.

"Ngomong ngomong pah, diantara peringkat 10 besar itu, ada nama ezekiel gak pah?" Tanya aiyaz tiba tiba, ia masih penasaran akan sesuatu

"Gak ada, memang kenapa?" Jawab rakishi sembari memberikan pertanyaan

"Gak papa, cuma pengen tau aja" jawab aiyaz seadanya

"Ngomong ngomong, kenapa nilai putra mama jadi seperti ini?" Kini giliran astya yang bertanya dengan lembutnya

"Oh itu, cuma pengen aja sih mah, aku agak bosan di posisi teratas itu" jawab aiyaz yang tentu saja bohong.

Ia begitu untuk memberikan kesempatan pada ezekiel agar memperoleh peringkat satunya karna aiyaz selalu kepikiran sejak insiden ezekiel mabuk di malam itu, mengenai kenapa ia tak mengait peringkat 2 atau peringkat di antara sepuluh besar lainnya itu semata mata hanya karna prinsipnya saja yang berbunyi

"Kalau gak mau ngambil posisi 1, mending gak usah ambil posisi lain sekalian, biar gak terlalu menghabiskan tenaga" itulah prinsip yang baru saja ia buat di hari pertama ujiannya.

Di sisi lain, keluarga eackbert..

Terlihat greyson, owen, felix, dan fedrick tengah mengelilingi ezekiel yang berlutut di hadapan mereka semua, mereka semua memegang cambuk di tangan mereka masing masing sembari tersenyum menatap sosok anak yang sudah keringat dingin dan ketakutan sambil menangis nangis meminta ampun akan suatu hal

"Jadi? Apa yang harus kita lakukan pada anak ini?" Ujar felix dengan senyum horornya

"Bisa bisanya kau tak mendapat peringkat satu!" Ujar owen juga tak kalah horor

"Jangankan peringkat satu, kau bahkan tak masuk sepuluh besar! Untung aku sudah menyuruh gurumu untuk tak menyebutkan nama keluargamu, kalau tidak, aku tak habis pikir harus di taruh mana mukaku ini" ujar greyson dengan wajah santainya, tapi tentu tidak sesederhana itu, ezekiel tau kakeknya tengah menyembunyikan amarah yang begitu besar

"What? Serius? Gilak! Sebodoh apa kau ini sampai tak bisa masuk sepuluh besar? Kau tidak belajar dengan sungguh sungguh ya?" Ujar fedrick meremehkan sembari menunjukan wajah dan tatapan dinginnya

"Jangan hanya meminta maaf saja!" Bentak sang ayah yang membuat ezekiel tersentak sambil gemetaran, ia masih saja menyerukan kata maaf berkali kali.

Pada akhirnya, ezekiel pun mendapat cambuk habis habisan pada hari itu hingga dirinya berdarah darah dan hilang kesadaran

'Tuhan.. kapan penderitaanku ini berakhir? Aku sudah lelah.. sangat lelah.. tidak bisakah kau memberikanku sedikit saja, hanya sedikit.. kebahagiaan untukku.. apa aku tak pantas merasakannya? Apa salahku?' Ujar ezekiel dalam pikirannya sebelum ke gelapan menghampiri dirinya.

-
-
-
~Silahkan Beri Dukungan ~
-Untuk Apa?
(Tentu Saja Untuk Mendukung Semangat Penulisnya!)

Aiyaz [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang