Bab 2. Kesalahan Kanala

40 20 0
                                    


12 Tahun yang lalu

Seorang gadis itu, berambut lurus panjang dengan poni yang ditata rapih. Sudah menjadi siswa kelas VII selama hampir empat bulan lamanya. Dia tidak terlalu punya personalitas yang terlalu ramai namun dia dikenal baik oleh banyak murid di kelasnya, kelas VII-3. Sebagai segelintir murid seperti adakalanya, yang punya motiv untuk menimba ilmu di sekolahnya sebagai siswi putih-biru.

Namanya adalah Kanala Hikma.

Kana panggilannya saat itu sedang berada di dalam kelasnya. Melihat pemandangan dari luar jendela di dalam kelasnya, terlihat jelas sebuah lapangan basket di sebelah kiri luar bangunan gedung sekolahnya itu dan juga sebuah jalan cukup lebar di luar pagar sekolahnya.

Hari ini dia punya alasan mengamati pemandangan itu, karena hari ini adalah hari Sabtu di waktu akhir jam mata pelajaran sudah berakhir. Dan ransel yang sudah terpasang di pundaknya itu, menunjukkan antara akan pergi meninggalkan kelasnya alih masih memandang pemandangan. Karena hembusan angin yang kuat dari arah jendela, membuat dia akhirnya beranjak pergi dari dalam kelasnya.

Sedangkan, Kana mengingat jika teman-temannya tadi mengajak Kana untuk main bareng dan dia mengatakan akan menyusul mereka. Mengingat itu, Kana pun memilih agar mencari teman-temannya.

Sebenarnya keberadaan Kana cukup populer, dia dikenal baik oleh teman-temannya. Dia punya aura positif yang kebanyakan temannya menyukainya. Dan mereka juga mendukung Kana yang sayangnya Kana sendiri tidak bisa menangkap sinyal itu sendiri.

Setelah Kana sudah berjalan beberapa meter dari luar kelasnya, saat dia berjalan menuju lorong untuk turun menuju ke lantai dasar. Dia menemukan teman-temannya duduk di anak tangga, dan mereka pun saling menyapa Kana.

"Kana,, nggak mau bareng sama kita di sini?" tanya Ika yang pertama kali menyapa Kana begitu pun beberapa lainnya yang saling menyapa Kana menyuruh dia untuk duduk bersama di anak tangga di situ.

"Kalian lagi apa duduk-duduk di sini? Bukannya kalian biasanya suka main di halaman depan sekolah?" tanya Kana yang kebingungan kenapa kebanyakan temannya itu ada di sana.

"Oh,, iya sih tadinya mau di sana aja. Mau cari suasana baru duduk di sini. Kita tadi barusan aja lihat kalau sebentar lagi mau ada lomba bulan bahasa di sekolah kita. Ada lembaran pengumumannya. Kamu nggak mau ikut salah satu lomba? Baca puisi atau ikut pemilihan pemeran teater?" jelas Diah yang berbicara akan lomba bulan bahasa di sekolah ini.

Belum sempat Kana menyaut, salah satu temannya ada lagi yang berbicara. Membuat Kana malah mendengarkan berbagai macam reaksi dari mereka.

"Kalau menurutku Kana itu kan pembawaannya manis, dia bisa aja ikut lomba baca puisi atau jadi tokoh utama pertunjukkan teater?" ujar Fira memberi pilihan.

"Iya, aku setuju sama yang dua usul tadi. Gimana Kana mau nggak? Soalnya Senin minggu besok katanya setiap kelas sudah harus menentukan siapa saja wakil yang diikutkan lomba bulan bahasa," balas Dysa.

"Kalau gitu kamu pilih salah satu dari kedua itu aja, Kan. Gimana mau nggak?" suruh Ika yang juga menyatakan kalau Kana pasti mau memilih dua diantara itu.

"Nggak deh. Maaf ya. Aku memang pingin, tapi mesti harus latihan dulu. Kalian nggak mau nunjuk anak lainnya yang bener sudah punya pengalaman di dua hal itu? Menurutku Clarine lebih bisa kita percayai," balas Kana.

One And Only Where stories live. Discover now