Bab 22. Terpergok

9 0 0
                                    




Jam lunch break di hari pertama minggu kedua sedang berlangsung selama kurang lebih empat puluh lima menit kedepannya. Tadinya semua peserta INHS berkegiatan dengan beberapa co-editor dan juga senior editor mengenai penjelasan kerangka yang butuh dibuat oleh banyak peserta INHS mempresentasikan garis luar cerita mereka.

Kerangka untuk urusan presentasi besok meliputi unsur intrinsik dan eksentrik dari novel, bagaimana alur menurut pembagian sesuai dengan konsep piramida freytag dan intisari novel yang dibuat. Semua materi tentang presentasi itu sudah rampung sebelum waktu lunch break. Sehingga kebanyakan peserta sekarang sedang sibuk untuk mencari makan di luar, untuk mengisi perut kosong mereka.

Ketika break lunch berlangsung mereka biasa tergolong ke dalam team mereka sendiri, dan tak saling mengenal dengan anggota team lainnya. Jadi masing dari team juga punya arah destinasi makan siang yang berbeda. Team tiga sedang menunggu orderan makan lewat ojol, sesudah orderan makan mereka yang adalah ricebowl datang. Kemudian mereka memutuskan makan di chilling room. Sedangkan kedua team lainnya seperti mencari makan di luar dari area kantor "Pustaka Himalaya". 

Clarine yang saat itu bersama dengan banyak temannya itu sudah berjalan di daerah pedestrian. Rupanya team-nya Clarine memutuskan untuk makan di salah satu restaurant sunda tak jauh dari sana. Namun Clarine mengingat jika dia meninggalkan dompetnya di dalam ruangan rapat. Karenanya Clarine pun berbalik arah meninggalkan teman-temannya dan sendirian berjalan menuju kembali ke gedung perkantoran "Pustaka Himalaya".

Dia berjalan dengan kemudian tak lama bertemu dengan Mas Bram yang saat itu dia sudah menenteng dua bungkus porsi nasi uduk. Yang dibelinya hanya untuk porsi Mas Bram saja. Karena tak lama Mas Bram melihat Clarine berjalan bersisihan keduanya pun saling sapa-menyapa.

"Hai, Clarine. Kok sendirian? Temanmu yang lainnya kemana? Apa kamu sendirian saja di break lunch hari ini? Kamu mau nemenin aku makan siang?" Bram bertanya-tanya kenapa Clarine hanya sendirian saja sekarang.

"Tadinya aku barengan sama anak se-team aku. Tapi aku kelupaan bawa dompet, dan mereka mau makan di restaurant bayar sendiri-sendiri. Aku nggak mau sih ngutang ke anak team aku. Jadi aku putar arah buat ambil dompetku aja," jelas Clarine menceritakan kronologinya yang hanya sendirian saja.

"Ohh.... Aku juga lagi sendirian. Semua co-editor sama anak lainnya lagi makan diluar. Dan aku nggak ikut sama mereka, karena ada kerjaan lainnya di luar event INHS ini. Daripada kamu ikut temanmu, apa kamu mau makan siang sama aku? Di sini ada tempat hidden gem buat makan siang. Aku pun beli nasi uduk dua porsi. Kamu mau ikut?" tawaran Bram menarik untuk Clarine yang malas untuk mengambil dompetnya dengan menaiki tangga tiga lantai menuju ke ruangan perkantoran "Pustaka Himalaya".

"Oke, aku ikut. Memangnya tempatnya di mana?" jawab Clarine setuju dan dengan itu Bram langsung mengatakan ke dia agar menyamai langkah kakinya menuju ke tempat yang disebutkan. Pada akhirnya Bram membawa Clarine menuju ke sebuah taman mini yang ada di sebelah gedung perkantoran dengan meja dan bangku dari semen yang serasa alami dengan rerimbunan tumbuhan yang tumbuh dengan baik. Bram mengajak Clarine untuk duduk di salah satu meja makan semen yang memanjang, mereka sendirian saat itu.

"Aku tidak pernah tau ada tempat seperti ini. Kita berdua bisa saja ada di tempat ini berdua selama aku masih jadi peserta event INHS." Clarine membayangkan bisa menjadikan tempat itu jadi tempat persembunyian dia dan Bram.

"Iya, memang." Bram menjawab dengan kemudian dirinya membuka dua bungkus sterofoam nasi uduk yang dibelinya, memberikan satu porsi ke Clarine dan juga dirinya untuk dimakan. Tak lama mereka berdua pun tenggelam dengan seporsi nasi uduk wangi yang khas ala Jakarta banget itu. Tetapi kemudian, Bram pun masih mengajak Clarine berbicara mengenai Kana. Dia masih ingin mengkuak sedikit mengenai alasan Kana yang sudah membuat gadis manis di depannya itu jadi sedih.

One And Only Where stories live. Discover now