Bab 21. Apa Baik-Baik Saja?

12 0 0
                                    


Di hari libur ini, Clarine sudah duduk manis di sebuah café yang ada di salah satu bilangan Kemang. Dia ke sana karena ada seseorang yang mengajaknya bertemu bersama-sama. Seorang lelaki yang akhir ini sudah menyita perhatiannya. Bahkan dia anggap sebagai lelaki special di luar status mereka yang adalah sebagai rekan kerja secara tidak disengaja. Lelaki itu adalah Mas Bram.

Clarine mengaku kehadiran Mas Bram membuat dia sedikit tenang. Perhatian yang diberikan oleh editor senior-nya itu meringankan dia dari tekanan karena adanya Kana di event INHS. Selama hampir sudah lima belas menit Clarine menunggu Mas Bram datang, akhirnya lelaki itu datang juga. Mas Bram saat itu memakai hoodie berwarna putih dengan celana jeans cargo dan rambutnya yang agak di beri gel kali ini tanpa poni ala koreanya.

Dia datang dengan melambaikan tangannya ke Clarine lantas menggeret kursi di depan Clarine untuk duduk berdua saja di sana. Kali ini mereka mendapat tempat duduk di sudut café yang cukup terkenal di daerah Kemang Selatan bernama eighty nine eatery and spirit.

"Clarine. Kamu sudah lama di sini? Maaf ya aku datang telat," sapa Bram, kedatangannya menyita perhatian Clarine saat itu. Si perempuan manis itu bertanya ke editor senior mengenai kenapa tadi malam Mas Bram ingin mengajaknya bertemu bersama di café saat weekend akan berakhir.

"Iya. Nggak apa-apa kok. Aku baru datang lima belas menit yang lalu. Kita pesen dulu yuk, aku laper nih Mas. Aku yang traktir ya buat hari ini." Clarine menawari untuk membayar lunch sama Mas Bram yang tidak bisa menjawab karena seorang waitress datang untuk memberikan buku menu ke keduanya.

Setelah mereka saling memesan. Mereka makanan per porsi. Clarine memesan nasi jeruk menu terbaru dan Mas Bram memesan nasi goreng wagyu. Dan juga kopi khas café di sana yang bernama kopi lima detik untuk keduanya. Waitress yang pergi, akhirnya menjadi awal Mas Bram bercerita ke Clarine apa maksudnya mengajak wanita itu bertemu di café ini.

"Aku sengaja ajak kamu ngafe ke sini. Karena aku mau ajak kamu biar nggak stress sama masalahmu sendiri, Clarine. Kamu bilang kemarin deadline kamu nulis lima belas Bab sudah 75% done. Jadi aku kira hari ini aku bisa ajak kamu ngobrol bareng yang lebih dekat lagi. Aku khawatir sama keadaan kamu juga. Terakhir liat kamu kayak nggak selera sama event INHS, walaupun wawancaramu hasilnya stand out," beber Bram mengatakan alasan dia mengajak Clarine akhir weekend ini.

"Aaahh.... Itu alasannya. Hmm,,, awal kamu liat aku sedih pas di depan papan pengumuman itu yang buat Mas Bram narik tangan aku buat ngajak pulang bareng lagi ya? Memang sih, aku punya masalah sama event ini berlangsung. Aku nggak bisa cerita juga ke Mas sekarang. Aku cuman sedih aja sama keadaan aku sekarang dan sebelumnya." Clarine berucap dengan memandang netra Bram dengan ramah.

Bram yang ikut memandang Clarine terbawa oleh pusaran kesedihan yang dirasakan Clarine. Dia pun sekali lagi mencoba bertanya ke gadis di depannya. Kenapa dengan keadaannya. "Kamu nggak salah sudah sedih saat dapat berita kalau hasil wawancaramu stand out? Aku bukan orang yang pantas sih buat dapat cerita dari kamu sendiri. Tapi alasanku ajak kamu ketemuan berhubungan sama keadaan kamu juga. Aku mau kamu jadi semakin membaik. Dan salah satu caranya adalah cerita sepuasnya sama aku," papar Bram meminta agar pertemuannya dengan Clarine membuat keadaan dia jadi baik.

Clarine mengulas senyumnya yang sedikit terpaksa. Dia hanya tidak mau mengumbar masalah dia dengan Kana ke seorang editor senior event yang dia lalui kedepannya. Takut suatu saat nantinya dia dianggap sudah curang dengan punya kedekatan lebih dengan pihak penting event ini. Mas Bram menjawab senyuman Clarine juga, dia tau keadaan wanita di depannya tidak memungkinkan untuk bisa menuang semua cerita dia di event INHS.

One And Only Where stories live. Discover now