Bab 5. Editor Bram

29 19 0
                                    


Decit Langkah menaiki anak tangga itu membuat suaranya menyaring dengan sendirinya. Anak lelaki dengan baju casual dengan lengkap jaket corduroy berwarna maroon membuat necis dan berkesan ala si lelaki itu.

Sebagai editor yang bekerja di publishing cukup ternama di Indonesia selama 4 tahun lamanya meyakinkan dia agar menjaga penampilannya. Begini-begini dia juga menenteng totebagnya berisi dengan iPad serta kindle miliknya. Lelaki itu bernama Aditya Brambudi.

Hampir saja menyentuh anak tangga akhir dan berjalan menuju ke pintu masuk ruangan kantornya, dia yang sedang berjalan dengan arah mata tidak menentu itu mengetahui radar keadaan jika pintu kantornya dibuka oleh seorang lelaki lainnya.

Sesama pekerja di sana yang adalah anak promoter itu menyapa seketika Bram yang barusaja datang dengan bau parfum terasa tidak terlalu samar.

"Hai, Bram! Look good today? Nggak lupa ngopi pagi?  Loe ditungguin sama Mbak Tia di ruang marcom. Sudah ada recapan peserta yang sah jadi anggota bimbingan loe, anak peserta INHS. Buruan jangan lupa ke Tia, ya," ujar Mas Pras yang adalah teman sejawat Bram dan lumayan dekat juga dengannya.

"Oh, Morning Pras. Loe mau kemana? Mau cari kopi starbucks pagi-pagi? Gue memang butuh caffeine juga. Tapi ntar si Tia nyariin gue," balas Bram selalu menomorsatukan pekerjaannya.

"Panutan deh, loe Bram. Ya udah, aku beliin deh. Americano full sugar kan? Ntar ku bonusin croissant juga," tegas Pras membuat Bram pun mengatakan terimakasih ke teman sejawatnya itu.

"Oke, gue ke dalem ya," kata Bram yang kemudian melihat Prass melenggang dan dirinya kemudian beralih berjalan menusuri kantor itu karena ruang marcom ada di bagian paling belakang dari ruangan kantor itu.

Sekilas kantor "Pustaka Himalaya" menempati sekiranya satu lantai penuh Gedung perkantoran yang bisa dibilang Gedung yang lawas tetapi gedung perkantorannya itu barusaja di renovasi. Perkantoran ini ada di lantai tiga. Dan Bram biasa jalan menaiki tangga manual karena dia tipe suka berolahraga. Bernuansa light-gray dan nuansa kantor baru. Sedikit meninggalkan jejak bau cat yang sedikit menyengat.

Tujuannya sudah sampai di ruangan marcom yang ada di bagian belakang. Setelah dia membuka pintu kantor itu dan melihat Tia serta Anita sedang sibuk berbincang sambil menikmati sebuah starter di pagi hari mereka. Secangkir teh hangat.

"Pagi guys. Pagi Tia, Pagi Anita. Gimana Ti, Loe sudah dapat rekapan data siapa aja peserta yang fix ikut event INHS?" sapa Bram sesampainya dia di ruangan dan duduk di salah satu sofa yang ada di ruangan khusus anak marcom.

"Udahlah. Jumlah peserta fix ikut ada 15, Bram. Ada satu orang yang nggak fix ikut dan ditambah dengan peserta yang si Lola sama Selly rekomendasiin kemarin. Untung aja jumlahnya pas. Aku juga sudah konfirmasi juga ke pihak executive tinggi. Proyek INHS sudah di-mark sama mereka. Jadi nanti siangan kita lanjutin persiapannya buat event ini, kira-kira jam 11 siang kita mulai persiapan sama pihak executive. Pak Anugrah baru bisa datang jam segitu. Jadi karena sekarang masih jam 9, mungkin loe bisa ngopi-ngopi ke starbucks dulu," jelas Mbak Tia secara runtut mengundang reaksi Bram yang penasaran apa peserta yang dia stabilo kuning semuanya fix ikut.

"Gimana sama semua yang kemarin aku stabilo nama orangnya di data list peserta yang dikasih Lola kemarin?" tanya Bram.

"Sudah semua. Loe tenang aja. Mereka semua bisa, kecuali ada yang namanya itu kalau nggak salah Clarine. Dia kita tungguin confirms semalem kemarin, tapi tadi pagi sudah approve ke  gue. Jadi kita yang tadinya sempet pasrah cuman ada 14, jadi fix jumlahnya ada 15. Sesuai sama yang loe mau juga kalau dia anak genre romance garis keras," decak Anita salah satu yang tadi pagi barusaja mendapatkan kabar kalau peserta memang fix ada 15 jumlahnya.

One And Only Where stories live. Discover now