Bab 11. Perayaan

16 15 0
                                    


Akhirnya event opening INHS berakhir pada waktu kurang lebih jam empat sore. Beberapa peserta yang ada sudah semuanya saling mengenal satu sama lainnya, terutama yang ada di satu team yang sama. Karena hari masih sore, beberapa team yang sudah saling mengenal sedang merayakannya dengan pergi ke suatu tempat tertentu.

Team tiga yang adalah team Kana saat ini sedang pergi ke sebuah café yang ada di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Café dengan tema semi-industrial bernama Journey café. Beberapa teman Kana di team-3 selain dirinya adalah Fira, Alany, Bayu dan Mika. Rata-rata penulis di team-3 tidak semuanya menulis novel dengan genre romance. Ada beberapa yang menulis sci-fi, fiksi-realistis, dan thriller. Kana adalah satu dari salah dua peserta dengan genre fiksi-realistis.

Mereka berlima yang sudah duduk-duduk di salah satu tempat meja yang ada di Journey café itu saat itu sedang memilah dan memilih menu. Setelah semuanya sudah memesan beberapa menu yang sedang direkam oleh si waitress kemudian, salah satu diantara teman Kana di team-3, anak yang sekiranya paling ekstrovert karena sedari perjalanan sampai ke café sekarang ini paling banyak merancau cerita yang bervariasi itu sedang mengajak semuanya berbicara, yaitu Mika. Dia menanyakan bagaimana masing-masing dari latar belakang teman-teman authornya di team-3 itu.

"So, kalian semua author yang terjun sudah berapa lama nih? Gue sendiri sudah jadi author selama empat tahun yang lalu. Tapi sebenarnya gue suka sama genre fiksi-realistis. Gue suka sama yang berbau keadaan kehidupan nyata. Gue pernah nulis cerita tentang social-justice. Gue suka buat konflik sendiri yang diselesain sendiri di banyak tulisanku. Dan salah satu karyaku yang ada di event INHS juga salah satunya bercerita tentang keadilan mengenai pemerataan nasib perempuan. Tentang Feminism gitu." Mika menjadi awal ke-5 anak di sana menceritakan apa jenis naskah mereka masing-masingnya.

Kana yang masih belum terlalu ingin terjun berbicara mengenai novelnya itu, teringat saat Mika menyinggung karya novelnya. Dia teringat apakah naskah novel yang ikut event debut novel di INHS nanti bisa ditranparasikan alias tidak terbongkar bagaimana alur dan plot ceritanya. Dia memikirkan itu semuanya karena dia tidak mau Clarine mengetahui apa jenis ceritanya yang menyinggung friendzone saat dia ada di bangku sekolahnya. Itu malapetaka kalau sampai nantinya masing-masing novel akan disampaikan bagaimana dengan garis besar cerita mereka.

Rancuan cerita dari Mika saat itu dijawab oleh Bayu selaku anak yang sepertinya adalah anak dengan kepribadian ekstrovert lainnya, lewat kepribadiannya itu semua tau jika Bayu salah satunya yang paling ramai. Lengkap dengan pembawaannya yang setengah lelaki tulen, mereka langsung tau kalau personalitas dia sama seperti lelaki yang mudah berbaur. Anehnya saja dia adalah peserta yang ternyata menulis kisah thriller atau suspend.

"Oh, memang author itu suka rempong yah. Nggak mungkin nulis cerita yang gitu-gitu aja. Kayak gue yang suka nulis cerita thriller nih. Karya gue tuh thriller, dan nggak biasalah pokoknya. Memang dari dulu banget gue suka nulis yang berbau misteri gitu. Dan aku koleksi buku tin-tin sampai sherlock holmes. Jadi ya nular kali ya ke kebiasaan aku. Oh, iya. Mika sama siapa lagi sih yang nulis fiksi-realistis? Kayaknya di team kita yang nulis fiksi realistis ada dua ya?" tutur Bayu menelaah siapa saja di team-nya yang menulis fiksi-realistis selain juga Mika yang mulutnya gatel cerita tentang karya novel dia.

Karena merasa disinggung, Kana pun mengajukan reaksinya dari pertanyaan Bayu bertanya siapa lagi yang menulis fiksi-realistis selain Mika. Dan Kana pun memilih untuk terang-terangan menceritakan apa titik berat dari novel yang dia ajukan untuk event INHS ini. Karena dia merasa tidak ada yang perlu ditutupi antar sesama teman seperjuangan selama kedepannya. Bisa jadi dia nanti mendapat saran, apakah dia harus mengubah plot dia beberapa karena dokter psikiaternya yang notabene mengatakan tidak terlalu setuju dengan konsep ceritanya itu.

One And Only Where stories live. Discover now