Bab 7. Konsultasi

26 18 0
                                    


Tidak lama menunggu giliran urutan untuk bisa konsultasi dengan salah satu dokter psikiater yang sudah dikenalnya selama hampir lima tahun lamanya, bernama Bu Panca. Akhirnya dengan nyalangnya suara yang cukup lantang menyebutkan nama seseorang yang sedang menunggu waktu berkonsultasi, Kana orangnya.

Sesuai dengan kabar lusa kemarin, Kana yang di waktu sehari sebelum program INHS akan berlangsung harus berkonsultasi ke Bu Panca itu ingin memberitakan kabar baik ke dokter psikiaternya pula. Dia membutuhkan dukungan langsung dari dokter psikiaternya agar segala urusan dalam event nantinya berjalan lancar.

Sehingga saat ini ketika dia sudah dipanggil, dia langsung saja masuk ke dalam ruangan konsultasi yang tergolong sederhana karena hanya ada satu meja konsultasi lengkap dengan tempat berbaring khusus untuk yang mau kontrol check up.

"Hai, Kanala. Gimana kabarnya? Sudah hampir dua bulan lalu kamu nggak ke tempat konsul. Bagaimana dengan perkembanganmu akhir-akhir ini? Apa masih mau lanjut konsumsi recovery-medicine untuk keadaan tertentu saat tidak stabil?" Bu Panca menyapa Kana yang sebenarnya hari ini ingin berkonsultasi masalah akan novel yang dia garap dalam program INHS yang akan dilaluinya saat masa-masa debut novel nanti.

Tentunya ini dia lakukan karena novel yang dibuatnya itu menyinggung kisahnya sebagai pengidap mental disorder. Kana ingin meminta saran ke Bu Panca, karena debut novel memungkinkan dia agar bisa mempublikasikan novelnya yang kali ini dia garap. Di mana dia mengkisahkan kenapa Kana pernah mengidap penyakit mentalnya. Yaitu skitzofrenia.

"Siang Bu Panca. Kana ada berita gembira. Karena mulai besok Kana ada kegiatan tetap selama sekiranya dua bulan untuk ikut program debut novel dari publishing 'Pustaka Himalaya'," kabar Kana ketika Bu Panca juga merasa tertarik karena salah satu pasiennya itu ternyata akan mengikuti sebuah program debut novel.

"Wah, ada perkembangan besar juga. Sepertinya kalau tidak salah saya pernah tau salah satu novel kamu yang pernah dipublikasikan. Kamu suka bercerita tentang sudut pandang kehidupan kamu bukan? Memang semua author jaman sekarang seperti itu, Kana. 

Lalu, apa yang sudah membuat pasti kalau novel kamu terpilih? Kali ini novelmu itu bercerita tentang apa?" Banyak macam pertanyaan terurai oleh Bu Panca. Sekiranya memang Bu Panca adalah lawan bicara yang pintar dalam berinteraksi. Sesuai dengan apa yang ingin dikonsultasikan Kana, sudah ditanyakan oleh Bu Panca.

"Novel yang saya ajukan untuk program debut kemarin itu ceritanya berkisar tentang friendzone saat dulu saya masih ada di bangku sekolah. Selebihnya saya juga bercerita tentang apa saja isu personal yang saya alami dulunya. Jadi memang sepenuhnya tentang cerita saat saya awal pertama kali mengalami skitzofrenia." Kana tidak banyak menjabarkan bagaimana sebenarnya novel yang dia garap itu ke Bu Panca, dokternya. Dia tidak ingin menguraikan secara keseluruhan atas plot novel yang dia ajukan di event kali ini.

"Berarti novel yang sekarang lagi tahap akan debut itu ada ceritanya sesuai dengan apa yang biasa kamu ceritakan ke Bu Panca? Saya ingat beberapa cerita kamu saat konsultasi ke saya tentang zona pertemanan kamu atau juga dengan kisah gejolak batin yang kamu hadapi. Selama itu, saya mengerti beberapa hal dari mentality-weak kamu. Kamu tau kamu diam-diam di kucilkan oleh banyak teman kamu, bahkan kamu masih memikirkan jika itu baik-baik saja untuk kamu yang tidak sadar jika gejolak batin itu membuat kamu mengidap penyakit ini. 

Kamu seharusnya membuat cerita yang bisa menghibur kamu Kana. Setidaknya jadikan story of your weakness moment for a spectacular changing. Tidak baik juga kalau kamu selalu bercerita akan jurnal kesehatan mental kamu." Jawaban oleh Bu Panca membuat Kana meringis dengan kenyataan kalau-kalau dia dianggap terlalu statis dengan ceritanya yang memang merupakan kisah dia saat mengidap skitzofrenia

One And Only Where stories live. Discover now