14- sahabat Sekolah Dasar

35 5 4
                                    

Hola.

Ada tokoh baru nih
.
.
.

Pada akhirnya, takdir Allah selalu baik. Walaupun terkadang perlu air mata untuk menerimanya.

-ummar Bin Khattab

-ummar Bin Khattab

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~azkanata~

Sehari setelah mengantar Azka ke bandara. Untuk menghilangkan rasa sedihnya ditinggal suami saat hamil, ia menemui sahabatnya. Sahabat sejak Sekolah Dasar. Sahabat yang selalu mendengar keluh kesah darinya dan memberi solusi. Walaupun, rumah mereka agak jauh. Tapi, itu tidak menghalangi mereka untuk berkomunikasi.

Natasya duduk disofa, sambil memandangi keluar jendela yang tepat berada disampinya. Tempatnya, sekarang ia berada disebuah Restaurant bergaya klasik dengan cat yang mendominasi warna dinding disana.

"Natasya. HAYYY." Ucap seorang wanita sambil melambaikan tangan dan sedikit melompat. Wanita ituberpakaian dengan kemeja dan jeans, dan juga dengan pashmina yang menutupi rambutnya. Sofie, itulah dia yang dari tadi dibicarakan.

"Haiiii." Natasya kemudian berdiri, lalu membalas lambaian sahabatnya itu.

"Apa kabar...?" Tanya Sofie, dan memeluk Natasya.

"Baik, gimana lo?" Tanya Natasya, sambil melepaskan pelukan mereka.

"Ya, gitu deh. Lo tau kan gimana keadaan keluarga gue yang mencar mencar kayak tim sar?, ditambah lagi ibu iblis yang bikin kuping panas" Jelasnya. Sofie memang lebih banyak bicara dan tidak bisa diam dibanging sahabatnya itu.

"Ibu iblis?" tanya Natasya terheran

"Lont*nya bapak gue"

Natasya mengangguk paham.

"Oh ya lu udah pesan minum?, kasian loh bayi lo pasti kehausan. Gue pesenin ya, tenang gue traktir," seperti yang dulu Natasya kenal. Sofie berkata terus menerus sampai dirinya kewalahan menanggapi sahabatnya itu

"Udah kok, tinggal lu doang yang pesen. Gue juga baru sampai. Jadi, minuman gue belum dateng." katanya.

"Oh... Gitu, oke deh gue juga mau pesen"

"Fifi, gue pengen banget cerita banyak hal, melampiaskan semuanya. Namun, apa gue terlalu banyak ngeluh ya?"

"Tentang apa?"

"Suami gue. Ketakutan terbesar gue adalah, melahirkan seorang anak tanpa hadirnya suami ditengah perjuangan gue"

Sofie menahan napas dalam. "Gue tau masalah lo, sebelum lo ngomong gini ke gue. Wajar aja kok lo berpikir kayak gitu. Apalagi, lo kan lagi hamil, jadi agak sensitif perasaannya"

"Permisi kak, ini pesanannya." Kata seorang pegawai resto tersebut, sambil meletakkan satu per satu pesanan kedua bersahabat itu.

Sofie dan Natasya menanggapi dengan tersenyum. "Terimakasih." Ucap mereka berdua berbarengan, hal itu membuat mereka tertawa bersama. "Kayaknya udah jadi tradisi ya, kita suka ngomong berbarengan" ucap Sofie

AzkaNata [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang