22- pemakaman dan penyesalan

42 6 3
                                    

Happy Reading
.
.
.

Kehilangan seseorang yang disayang

adalah mimpi buruk yang ingin dihindari
oleh semua orang. Namun, tentu tidak bisa.
Berharap semua ini benar-benar sebuah mimpi, yang dimana ketika bangun nanti, keadaan kembali seperti semula.

~azkanata

~azkanata~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~azkanata~

Awan menggelap, hujan yang semakin deras serta angin dingin yang dapat membuat bulu kuduk merinding, menghiasi pertemuan dua insan yang hubungannya tak sedingin cuaca sekarang.

"Tinggalin aja aku terus, aku kayaknya gak bisa sama-sama kamu." Ingin ia melangkah pergi meninggalkan cowok itu.

"Zara." Cowok dengan seragam loreng itu memegang tangan pacarnya yang akan pergi, "kasih aku waktu, bisa?"

"Halah." Zara menghempaskan tangannya begitu saja, kemudian pergi meninggalkan Ridwan sendiri, dengan hujan yang menemaninya. Ia tertegun, menundukkan kepalanya.

Namun, sekarang? Ia menyesali itu semua.

Usai mendapatkan surat kematian yang sudah ditulis para prajurit sebelum menjalankan misinya.

Zara, ia duduk didekat jendela dengan menekuk kakinya, tangannya yang memeluk kakinya dengan erat. Ia memegang erat surat itu. Tidak ingin membaca, karena masih berharap ada keajaiban bahwa Ridwan masih hidup.

Drrtt

"Jasad serta prajurit yang selamat sudah berada di Indonesia," kata seseorang dari telepon itu.

~azkanata~

Dengan pakaian seadanya, dari rumah setelah mengangkat telepon itu, ia datang ke rumah pacarnya. Disana, sudah ramai kerabat sesama tentara berseragam.

Ia berjalan diantara orang-orang itu, dengan bahu bergetar seolah tak percaya. Langkahnya kian melambat kala mendengar banyak tangisan didalam rumah itu.

Zara, ia berlutut didepan peti pacarnya, menahan tangisan yang tertampung dimatanya. Dadanya semakin sesak, sangat sesak.

Detik ini, tangisannya pecah. Zara memeluk peti putih itu, meskipun tidak dapat memeluk jasadnya. Dan di detik ini pula, untuk terakhir kalinya ia berada didekat Ridwan. Cowok yang dulunya sangat ia banggakan, walau terkadang harus membuatnya kecewa.

Tangisannya menjadi jadi ketika peti itu dibuka, hanya memperlihatkan wajahnya saja. Semakin histeris teriakannya, tangannya bergetar dan berkeringat memegang pipi kekasihnya, membelainya dengan lembut. Wajah yang dulunya ia lihat ceria. Kini, wajahnya datar tapi seolah tersenyum melihat Zara. Seperti mengatakan 'ikhlaskan aku'.

AzkaNata [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang