21- kehilangan

47 6 7
                                    

Happy Reading

Disarankan untuk membaca ditengah kesunyian malam
.
.
.

Tentang dua insan yang sedang menunggu kepastian dari takdir tuhan

~azkanata~
.
.
.

"LETNAN! SERSAN! NAIK BANGG, CEPAT!" Teriak Ridwan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"LETNAN! SERSAN! NAIK BANGG, CEPAT!" Teriak Ridwan. Ia berada di pintu helikopter, angin kencang hingga cuaca yang sangat mendung. Mereka telah menyelesaikan misinya. Namun, ketika berada didekat helikopter, mereka di kepung oleh segerombol mafia. Ditambah, mafia mafia itu membawa senjata lengkap, disertai jumlah mereka lebih banyak dari para perwira.

Dor

Didepan mata mereka semua, Arga tertembak. Hingga mengenai perut kirinya. Azka menangkap tubuh Arga yang akan jatuh, ia membaringkan tubuh Arga di pangkuannya.

"Serahkan barang itu." Ucap seorang mafia dengan menyeringai, menggunakan bahasa Inggris.

"KALIAN NAIK, PERGI. DAN PANGGIL PERWIRA TAMBAHAN, KAMI AKAN MENYUSUL NANTI!"Teriak Azka kepada Ridwan yang masih setia di pintu helikopter tersebut.

"SEMUANYA, TEMBAK HELIKOPTER ITU!" Perintah ketua mafia pada pasukannya.

Ridwan dan 3 anggota lainnya segera menutup pintu helikopter itu. Dan semakin lama, Azka dengan Arga yang lemas, menatap helikopter itu semakin menjauh dari mereka. Untungnya helikopter itu anti peluru, sehingga tidak mempan ketika ditembak.

"Tetap hidup, dan jangan mati. Kita akan kembali," Bisik Azka kepada Arga.

"Ternyata mereka menyediakan jaminan?" Ketua mafia itu mendekat ke arah Azka yang masih memangku Arga.

"Haha, kebetulan. Ada brankas yang saya ambil dari kalian. Kalian tahu kan, sandinya?" Ujar pria itu.

"Bawa." Pria itu memerintahkan anak buahnya untuk membawa kedua perwira itu ke dalam markas mereka.

"Bertahan, Arga"

~azkanata~

Natasya masuk ke penginapannya. Ia melihat teman-temannya yang sedang berberes menyiapkan koper mereka, "kalian mau kemana?" Tanya Natasya sambil menutup pintu.

"Kamu lupa? Kita pulang hari ini," kata Elvina.

"Oh iya, tapi aku belum kasih tau suami aku," jawab Natasya sedikit ragu.

"Gapapa, nat"

Natasya mengangguk. Ada perasaan berat meninggalkan tempat ini.

Mereka berjalan keluar dari penginapan, menuju pertemuan dilapangan sekaligus tempat parkir pesawat itu. Wajah Natasya tak ceria seperti biasanya. Ia terlihat murung, tidak ada senyum di wajahnya.

AzkaNata [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang