17- fatamorgana

41 6 5
                                    

Happy Reading
.
.
.

tidak ada lagi rembulan di kala turun hujan membasahi bumi dan tidak ada lagi senja kala kau memilih pergi bersamanya

tidak ada lagi rembulan di kala turun hujan membasahi bumi dan tidak ada lagi senja kala kau memilih pergi bersamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~azkanata~

Seorang wanita yang tengah hamil muda berbaring lemah di sebuah ruangan serba putih. Ia perlahan membuka matanya, cahaya dari lampu perlahan memasuki matanya, sorot matanya mengelilingi setiap ruangan yang ia tempati, dahinya mengernyit, perlahan ia memijat pelipis matanya, tak sadar dari ujung matanya mengeluarkan air mata, seolah menyadari apa yang terjadi, ia segera menghapusnya.

Dimana dia? Sedang apa? Apakah baik-baik saja? Pertanyaan itu terus menghantui pikirannya. Semakin banyak air mata yang keluar dari matanya, dan mulai membasahi pipinya, masih dalam posisi berbaring, ia menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya, meredam suara tangisan yang ingin ia keluarkan. Dadanya terasa sesak, walau dia belum tahu apakah suaminya berada di lokasi tersebut atau tidak.

Dering ponsel terdengar dari atas meja sebelah brankar Natasya. Nomor yang meneleponnya tidak dikenal, tetapi ia tetap mengangkatnya. Ia mengubah posisinya menjadi duduk.

"Halo?" tanyanya

"Apakah anda tau apa yang terjadi pada suami anda? Haha, pastinya anda baru sadar dari pingsan, bukan?" Jawab lelaki misterius yang berasal dari ponselnya.

Natasya mengernyitkan dahinya, "maksudnya apa ya? Hal—" Belum sempat melanjutkan ucapannya, telepon tersebut putus sebelah pihak.

Tubuhnya terdiam kaku, sekaligus perasaan hatinya yang tak karuan. Siapa dia? Mengapa ia tau? Entah mengapa semua pertanyaan tersebut menjadi satu sehingga membuat kepalanya pusing. Ia lantas membaringkan lagi tubuhnya, mengingat ada anak yang sedang ia kandung. Perlahan ia menutup matanya, berharap semua suaminya baik-baik saja.

Tak lama setelah itu, bunyi pintu yang terbuka di ruangan itu, yang memperlihatkan Elvina di depan sana serta membawakannya makanan dan minuman yang diletakkan di atas troli besi. Ia pun perlahan berjalan mendekati Natasya yang terbaring sambil memejamkan matanya.

"Sya," panggilnya lembut.

"Ya." Jawabnya dengan singkat sambil membuka matanya dan melihat ke arah Elvina yang membawa troli makanan, ia menyadari itu, "gw gak mau makan, ya. Masih kenyang"

"Makan dong, ya. Entar kalau suami lu nanyain, tapi lu nya aja gak mau makan, pasti dia sedih," Elvina meyakinkan sahabatnya.

Hal itu dibalas oleh anggukkan pelan dari Natasya. Ia pun mendudukkan tubuhnya dibantu oleh Elvina.

Natasya memakan makanan yang di troli itu. Namun, ia terlihat murung, suapan demi suapan sangat sedikit masuk ie mulutnya, tatapannya kosong sorot matanya terus melihat kebawah, seolah memikirkan sesuatu.

AzkaNata [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang