Malam itu berlalu dengan amat panjang bagi Tae yang berusaha tertidur dengan menahan hasrat besar dari dalam dirinya.
Sudah tiga bulan lebih usia kandungan Qina. Ia makin aneh-aneh saja dalam dunia per-ngidamannya. Entah ia yang tiba-tiba menangis terisak-isak hanya karena Tae telat pulang beberapa menit dari jam biasanya.
Atau sekedar bermimpi buruk tentang sang suami yang berpegangan tangan dengan perempuan lain.
Ada juga momen dimana ia ingin bersepeda di sekitar kompleks dengan Tae yang mendorong sepedanya, iya di dorong bukan memboncengkan dirinya. Kebayang kan capeknya Tae gimana.
Belum lagi jika tengah malam ia ingin makan sesuatu, ia pasti membangunkan Tae dan mereka pergi berdua membeli makanan di kota asal makanan itu.
Seperti siomay bandung mereka benar-benar pergi ke Bandung hanya untuk membelinya karena itu permintaan Qina. Pernah juga ia ingin makan pempek Palembang Tae sampai harus susah payah ke sana hanya untuk membelinya, padahal esok harinya ia ada meeting.
Qina bukannya tidak menyadari bahwa ngidamnya ini benar-benar menyusahkan sang suami. Ia tahu betul hal itu, makanya setiap kali idamannya terpenuhi ia pasti menangis karena menyesal. Tapi ya tetap saja ia lanjut seperti itu.
Seperti saat ini tiba-tiba saja ia ingin berbelanja bahan makanan, padahal baru dua hari yang lalu mereka belanja bulanan. Dan ya tetap harus di temani sang suami tercinta.
"Sayang pengen beli apa?" tanya Tae sembari mengambil troli belanja dan menghampiri Qina
"Mau naik sini boleh gak sih sayang?" tanya Qina dengan imutnya sembari menyentuh troli di sampingnya
"Haa?? Sayang mau naik sini?" tanya Tae lagi memastikan
"Iya" jawab Qina mengangguk
"Tapi nanti kalo roboh gimana sayang?" tanya Tae melihat ke arah Qina dengan ekspresi ragu
"Berarti sekarang aku gendut banget ya Tae?" tanya Qina ekspresinya kini berubah sedih
"Engga sayang gak gitu" ucap Tae sembari menyentuh wajah Qina dan mengusapnya lembut
"Bilang aja iya, gausah bohong, emang gendut kan aku sekarang?!" tanya Qina dengan kesal namun binar matanya berkaca-kaca
"Sayang engga gitu, kan kamu sekarang lagi hamil ya jadi wajar kalau perut kamu besar" jelas Tae
"Tuuh kan benerr aku gendutt, tauk ah sebel aku sama kamuu!" ucap Qina dengan kesal dan berjalan lebih dulu meninggalkan Tae
"Sayang astagaa" ucap Tae pasrah dan tergesa menghampiri Qina dan meninggalkan trolinya begitu saja
"Qina sayang, jangan pergi dulu" ucap Tae sesaat setelah meraih tubuh Qina dan memeluknya sembari mengusap lembut surai istrinya itu
"Maafin aku ya, kamu cantik bangett, serius deh apalagi pas hamil ini kamu makin cantik banget" ucap Tae lembut sekali
"Bohong!" ucap Qina sedikit parau karena ia berbicara dalam dekapan Tae
"Engga, super deh istriku ini cantik bangett, coba sini aku mau lihat wajah istri ku" bujuk Tae sembari perlahan melepas pelukannya dan menatap wajah Qina serta mengusap air matanya
"Tuuh kan, cantik banget istriku ini. Jangan nangis ya, ayok naik troli katanya tadi pengen kan"ucap Tae menggandeng tangan Qina
"Tapi nanti kalo roboh gimana,?" tanya Qina lirih
"Gapapa aku bayar trolinya sekalian, tapi nanti kalo kerasa kek mau roboh bilang ya sayang aku cuma takut kamu jatuh" jelas Tae
"Taee.."ucap Qina dengan tatapan sendu pada Tae
"Jangan nangis lagi sayang, sini naik pelan-pelan ya, aku bakal jagain kamu" ucap Tae lagi
"😘" Qina memberikan kecupan manis di pipi Tae sebelum ia menaiki troli seperti keinginannya
"Aw makin semangat jadinya, makasih sayang" seru Tae dengan semangat sembari perlahan mendorong troli yang sudah dinaiki oleh sang istri
Mereka pun berkeliling mengambil bahan-bahan masakan satu per satu. Hingga sampailah mereka memilih buah-buahan dan bertemu seseorang.
"Sayang mau anggur hitam apa ijo, apa dua-duanya aja?" tanya Tae sembari membawa dua jenis anggur itu
"Dua-duanya aja sayang" ucap Qina sembari mengulas senyum
"Siap istriku" sahut Tae dan langsung meletakkan dua anggur itu di samping Qina
"Loh kak Qina?" seru seorang pria tak jauh dari keberadaan Qina dan Tae
Dan pria itu melangkah menghampiri keduanya dengan senyum yang tersungging.
"Eeh Rey," seru Qina dan langsung turun dari troli begitu cepatnya
"Gapapa lagi kak naik aja kalau mau naik mah, lucu lagi kayak bocil" ucap Rey mengejek seniornya itu
"Ish, ngeselin lu" ucap Qina kesal
"Iya-iya engga lagi deh, kak lu kenapa resign sih dari kantor kan gw jadi gabisa ketemu lu lagi" protes Rey
"Bosen gw liat lu mulu di kantor makanya gw resign" jawab Qina
"Ehemm" Tae berdehem berharap kedua orang itu sadar keberadaannya di sini
"Yahh lu mah ga asik kak, kalo gitu gw kapan-kapan boleh gak main ke rumah?" tanya Rey
"Bo--"ucap Qina terpotong
"Engga boleh, permisi ya Qina nya sibuk!" sela Tae dan langsung menarik pinggang Qina dan berjalan meninggalkan Rey
"Kenapa sih, ga sopan tau kaya gitu mah" protes Qina
"Bodo" ucap Tae sekenanya dengan tangan yang masih melingkar di pinggang sang istri dan tangan satunya yang mendorong troli
"Tae cemburu? Sama Rey?" tanya Qina berhenti berjalan dan kini berada di hadapan sang suami
"Aku?? Cemburu sama dia? Gak lah gantengan juga aku, ngapain cemburu " ucap Tae membela diri
"Ooh ga cemburu yaudah, kalo gitu aku boleh dong kabarin Rey suruh ke rumah kita" ucap Qina sembari mengambil hp nya untuk menghubungi Rey
"Apaan sih sayang!" ucap Tae sembari merebut hp Qina dari tangannya
"Laah kok di ambil sih hp nya, balikin Tae" pinta Qina
"Ayok pulang" ucap Tae datar dan langsung menggandeng Qina menuju kasir
Di mobil pun Tae masih diam dan marah tapi tangannya tetap menggenggam erat tangan sang istri, sembari mengemudi.
"Sayang kamu marah?" tanya Qina di mobil namun tak ada jawaban dari Tae
Setibanya di rumah Tae masih menggenggam tangan Qina sembari membawa barang belanjaan menuju dapur untuk diletakkan di kulkas.
"Tae udah dong jangan diem terus" ucap Qina lagi
Tae masih sibuk meletakkan belanjaan di kulkas, dengan tangan satunya yang masih setia menggenggam tangan Qina.
Tae tak menjawab ucapan Qina. Ia berdiri, menatap Qina sebentar dan langsung mencium bibir istrinya itu, meletakkan kedua tangannya pada pinggang sang istri.
Qina memejamkan matanya saat pergerakan itu terjadi. Membiarkan Tae melampiaskan kesalnya pada ciuman mereka.
Tae mengangkat tubuh Qina untuk digendongnya, Qina melingkarkan kakinya pada pinggang sang suami untuk mempererat pegangan. Dan ciuman Tae semakin lama semakin dalam.
"Sayang kamu punya ku, cuma buat aku" ucap Tae sesaat setelah melepas ciumannya
"Aku cemburu" ucap Tae lagi
Qina hanya mengangguk, dia hafal betul tabiat suaminya itu. Tae melanjutkan ciumannya pada Qina.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAEVA PUELLA #2 (Lengkap☑️)
FanficSebuah kisah pendek mengenai kehidupan Qinazia Coolisty dan sang suami Taerivan Ammarzidan yang telah berhasil menikah di ending season 1. Menceritakan kehidupan pernikahan kedua sejoli itu, tingkah Qina dan dunia per-ngidamannya yang ada-ada saja...