Wajah Tae kini sudah dipenuhi lebam biru, pelipis matanya terdapat bercak darah begitu juga kedua ujung bibir dan hidung Tae yang mengeluarkan darah, akibat pukulan yang ia terima dari Yoon.
Tae masih tergeletak di halaman rumah kakak iparnya itu. Yoon juga masih berdiri di dekat Tae, ia baru saja menyelesaikan hantamannya pada sang adik ipar.
"Astagaa sayangggg...kamu kenapa mukulin Tae?" seru Rin sesaat setelah melihat keadaan keduanya
"Kamu gak biasanya kayak gini Yoon, kalian ada masalah apa sih?!" tanya Rin pada keduanya
"Rin..si brengs*k ini udah buat adek gw menderita sampe dia keguguran" marah Yoon sembari mengacungkan jarinya tepat di wajah Tae
"Haaa??? Tae...?" seru Rin tak habis pikir dengan apa yang di dengarnya
Plak !
Belum juga rasa sakit di wajahnya terobati. Kini Tae harus kembali menerima tamparan dari Rin, kakak ipar sekaligus sahabat istrinya itu. Ia menerimanya dengan pasrah.
"Cukup Rin, jangan sia-siain tangan kamu buat bedebah satu ini!" ucap Yoon yang langsung merangkul Rin untuk memasuki rumah dan meninggalkan Tae begitu saja
"Qinaaaa😭" ucap Tae lirih ditengah air matanya yang mengalir dalam posisinya yang masih tak berdaya di tergeletak di halaman rumah Yoon
"Apa kesalahan gw udah sebesar itu, sampai bang Yoon semarah ini ke gw" tanya Tae pada dirinya sendiri
"😭" Air matanya terus mengalir
Tak lama setelahnya, masih dalam kondisinya yang begitu kacau Tae beranjak pergi dari rumah kakak iparnya tentu saja dengan segala luka yang masih lekat di tubuhnya
Tae menyusuri jalanan dengan perasaan yang gundah dan hancur. Ia terlihat bimbang akan apa yang harus ia lakukan dan tempat mana yang harus ia tuju.
Terbersit dalam pikirannya, untuk kembali ke apartemen yang selalu ia singgahi. Tapi, sejenak kemudian ia mengurungkan niatnya itu.
Takut malah Qina akan mengetahui keberadaan apartemen itu dan penghuni yang ada di dalamnya. Jadilah ia menghentikan kendaraannya di depan sebuah minimarket.
Membeli beberapa minuman instan dan yah dia mengambil satu pack kopi americano siap minum juga. Padahal dirinya bukan orang yang dapat mentolerir rasa kopi, tapi ia tetap membelinya.
"Aah..ini sangat tidak enak rasanya gw pengen muntah" ucap Tae setelah meneguk kopi yang dibelinya
"Tapi, gw harus minum ini istri gw kan gak suka kalo gw minum kopi, sial dia kenal gw dengan baik" ucap Tae memaksakan diri untuk terus meneguk kopi itu
"Kenapa harus dia yang jadi istri gw, kenapa gw dulu harus sekeras itu buat dapetin dia siaaaallll" seru Tae terus berusaha meneguk setiap kaleng kopi yang ia beli
Seruan Tae tadi membuat pengunjung minimarket lainnya memandang aneh pada dirinya. Tapi, Tae tak menghiraukan pandangan aneh mereka padanya.
Ia fokus pada jam tangan yang ia kenakan menunjukkan pukul 02:30 pagi, ia memutuskan untuk pulang.
"Tidur mu masih nyenyak, dan kamu terlihat sangat cantik jika seperti ini" ucap Tae yang kini tengah memperhatikan wajah istrinya yang sedang terlelap
"Kenapa kamu dulu menungguku Qina? Kenapa kamu luluh atas perlakuan ku ke kamu?" Tanya Tae pada istrinya yang terlelap sembari mengusap lembut pipi istrinya
"Emhh..loh Lo belum tidur?" tanya Qina dengan netra yang masih setengah terpejam, ia terbangun karena pergerakan Tae
"Ah iya, ini aku akan tidur" ucap Tae
KAMU SEDANG MEMBACA
SAEVA PUELLA #2 (Lengkap☑️)
FanfictionSebuah kisah pendek mengenai kehidupan Qinazia Coolisty dan sang suami Taerivan Ammarzidan yang telah berhasil menikah di ending season 1. Menceritakan kehidupan pernikahan kedua sejoli itu, tingkah Qina dan dunia per-ngidamannya yang ada-ada saja...