Chapter 02

53 5 0
                                    

Mungkin malam ini adalah hari sial bagi Tae. Betapa tidak, ia sudah pusing dan lelah bekerja di studio ditambah dengan mencari es krim yang diinginkan istrinya tapi berujung nihil.

Tak cukup berhenti sampai di situ saja, ia juga harus menghadapi kemarahan Qina berkat semua itu.

Bahkan ia tak diperbolehkan masuk ke dalam rumah karena Qina mengganti password rumah mereka.

Bukannya Tae kurang berusaha untuk mendapatkan es krim itu. Tapi, memang keinginan istrinya itu yang tak masuk akal.

 Tapi, memang keinginan istrinya itu yang tak masuk akal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raut wajah Qina menjadi lebih muram dan kesal setelah membaca pesan dari suaminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raut wajah Qina menjadi lebih muram dan kesal setelah membaca pesan dari suaminya.

Betapa tidak, ia begitu kesal dan sensitif jika sudah menyangkut orang bernama Baby itu. Dia memang hanya sepupu Tae, tapi ia bahkan tau lebih banyak mengenai Tae di banding dirinya.

Terlebih setelah Qina hamil, dirinya menjadi dua kali lebih sensitif jika menyangkut Baby. Tak masuk akal memang memiliki rasa cemburu pada sepupu suaminya, tapi memang beginilah realitanya.

"Kesel deh gw, kan bisa ke rumah bang Yoon atau yang lain kenapa mesti ke tempat Baby sih. Udah tau gw kesel sama tu orang" gerutu Qina sambil menuruni tangga

"Awas aja kalo tu suami beneran pergi ke sana, bakal gua abisin di rumah" gerutu Qina lagi sembari meremas kedua tangannya

Amarah Qina semakin memuncak setelah membuka pintu rumah dan tak mendapati Tae di sana. Mobilnya pun tidak ada.

"Wah bener-bener cari perkara deh si Tae ya" kesal Qina sembari melihat ke arah pekarangan rumah untuk mengecek keberadaan Tae

"Lihat aja ya nanti kalo lu pulang, gak bakalan gua kasih apapun" putus Qina yang langsung masuk ke dalam rumah

Suuuurrrrrr (suara gemercik air kran dari kamar utama)

"Lah ada suara air dari kamar, perasaan tadi gw gak nyalain kran deh" ucap Qina yang langsung bergegas menuju kamarnya

"Jangan-jangan si Tae lagi ngerjain gw nih" batin Qina membuka pintu bathroom dengan yakinnya

Kosong !

Tak ada seorang pun di bathroom, tapi kran menyala begitu saja. Padahal tak ada tanda-tanda keberadaan manusia selain dirinya.

"Buset horor banget deh, lagi pula mobilnya Tae juga gaada sih, merinding gw" ucap Qina sedikit liri karena takut

Qina memutuskan untuk keluar dari bathroom karena merinding yang ia rasakan.

"Aaaaaa" teriak Qina sembari memejamkan mata dengan spontan

"Istriku takut ya?" sapa Tae yang kini mendekap Qina dengan amat tiba-tiba dan membawa Qina kembali masuk dalam bathroom

"Hiih ngeselin deh!" seru Qina dengan raut wajah amat kesal dan hendak keluar dari bathroom

"Tunggu dulu" ucap Tae mencekal tangan Qina dan membawanya kembali tepat ke hadapannya

"Apa lagi, gak cukup gw kesel se-" cerocos Qina yang belum usai

"😘" Tae langsung menginvasi bibir istrinya yang tengah mengomel itu

"Huuh lepas" ucap Qina usai bersusah payah melepaskan bibirnya pada pertautan yang di kuasai sang suami

"😘" Tae tak menggubris ucapan Qina dan kembali meraih bibir istrinya itu dan pertautan seperti sebelumnya pun kembali terulang

Qina terus memberontak ingin melepaskan apa yang tengah terjadi diantara keduanya.

Tapi, semua itu percuma kedua tangannya kini tak berdaya di bawah Kungkungan tangan Tae yang semakin kekar kian hari.

Lima belas menit berlalu mereka habiskan dengan pertautan yang di dominasi oleh Tae. Akhirnya Tae melepaskan pertautan keduanya.

"Istri ku masih marah?" tanya Tae menatap netra Qina dengan intens dan lembut

"Kenapa sih selalu aja berbuat sesuka hati Lo" ucap Qina dengan kesal

"Gak gitu sayang, abis kamu cantik banget kalo ngomel gak kuat aku lihatnya, maaf ya" jelas Tae sembari mendekap tubuh Qina dan mengusap surainya lembut

Qina terdiam sejenak, menikmati hangatnya dekapan sang suami pada tubuhnya.

"Es krimnya gausah" ucap Qina pelan

"Beneran sayang? Berarti kamu udah gak marah dong" tanya Tae memastikan raut wajah Qina

"Hm, tapi jangan pergi ke rumah Baby tanpa gw!" ucap Qina tegas sembari mengacungkan jari telunjuknya ke arah Tae sebagai bentuk ancaman

"Siap istri ku" ucap Tae dengan senangnya

Qina ingin melepaskan dekapan Tae padanya, tapi Tae justru semakin mempererat pelukannya pada Qina.

"Lepasin cape berdiri mulu" protes Qina

"Yaudah kalo cape aku gendong aja" putus Tae yang langsung menggendong Qina dan kembali memulai pertautan dan segala prosesnya malam itu di bathroom

Tae memang selalu punya cara untuk membujuk Qina yang keras kepala saat marah. Cara yang selalu tak terduga bahkan bagi Qina-istrinya sendiri.

Seperti sebuah kalimat yang mengatakan. Jika kau berada di tangan yang tepat, seberapa memuncak pun amarahmu semuanya akan teredam di tangannya.

SAEVA PUELLA #2 (Lengkap☑️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang