⋆♱✮♱⋆☽☾⋆♱✮♱⋆
NAMUN ternyata, dampak pengumuman itu baru terasa sepenuhnya ketika Rosette meninggalkan Aula Besar untuk langsung mengajukan perizinan pada Umbridge. Wanita itu mengajukan banyak sekali pertanyaan yang berbelit-belit, membuat Rosette hampir harus membolos satu jam pelajaran.
"Jadi apakah Klub Muggleborn ini? Kapan dibuat dan apa fungsinya?" tanyanya sambil mengaduk teh penuh gula di mejanya. Warna tehnya yang tadi cokelat tua menjadi kopi susu, dan dentingan keras sendok bertemu sisi cangkirnya sangat menganggu.
Rosette baru pertama kali masuk ke ruangan guru PTIH, dan ia berpikir ruangan yang sebelumnya dipakai seseorang yang menyamar sebagai Profesor Moody—kata Harry, yang dibayangkan Rosette akan kelam sekali, dirubah menjadi serba merah muda dengan piring-piring penuh anak kucing.
"Klub yang berisi semua anak Muggleborn, profesor," jelasnya, menahan geraman. Jelas-jelas sudah ia tulis semua penjelasannya di atas perkamen. "Pertama kali dibuat oleh Penelope Clearwater dari Ravenclaw tahun tiga tahun yang lalu untuk melindungi para Muggleborn, karena saat itu para Muggleborn terancam oleh keberadaan monster milik pewaris Slytherin."
Rosette menarik napas panjang, cukup terengah ketika menyelesaikan kalimat yang ia ingat dalam satu tarikan napas, saking gugupnya.
"Dan asramamu?"
"Slytherin."
"Muggleborn? Di Slytherin?" tanyanya dengan nada meremehkan.
"Iya," kata Rosette tegas, menahan untuk tidak membalas dengan sarkas seperti biasanya saat berhadapan dengan orang yang berbicara seperti itu. Memangnya Muggleborn tidak boleh masuk Slytherin?
Umbridge terkikik, mengeluarkan suara seperti tikus terjepit yang membuat gadis itu mengulum bibir, entah menahan tawa atau menahan emosi. "Apa sekarang ini diperlukan? Sudah tidak ada lagi monster pewaris Slytherin, bukan begitu?"
"Tapi...Muggleborn masih butuh perlindungan, profesor."
"Dari apa?"
"Kau-Tahu-Siapa mungkin kembali."
Wanita itu tiba-tiba berdiri penuh emosi. Sesaat kemudian dia mungkin menyesalinya, berdeham pelan dan tersenyum tipis, menjadi lebih mirip katak. Pita hitam yang tersangkut di rambut keritingnya sekali lagi tampak seperti lalat yang siap disantap di mata Rosette. "Aku tolak. Silakan keluar."
"Tapi, walaupun menurut Anda bukan sekarang, Kau-Tahu-Siapa pasti akan kembali, kan? Bagaimana bila itu terjadi dan Anda—"
"Keluar dari kantorku, Miss Northwood," geramnya dengan suara nyaring, mengembalikan perkamen dengan kasar.
Gadis itu mau tidak mau keluar kantornya, menghembuskan napas kasar penuh kekesalan.
"Bagaimana?" tanya Justin yang sejak tadi menunggu di ujung koridor. Rosette menggeleng pelan sebagai jawaban, dan Justin ikut-ikutan lesu setelah itu.
Mereka berpisah setelah Justin menemaninya untuk mencicipi makan siang lebih awal di dapur. Hufflepuff mendapat pelajaran sejarah sihir, sementara Rosette ke kelas ramuan bersama anak-anak Gryffindor. Gadis itu menyapa Harry, Ron, dan Hermione ketika bertemu mereka di jalan, menuruni tangga batu menuju ruang bawah tanah. Tampaknya ketiga anak Gryffindor itu juga sedang banyak pikiran hingga tak berbicara sama sekali satu sama lain, tetapi ketika tiba di dasar tangga mereka kembali sadar begitu mendengar suara Draco Malfoy, yang berdiri tepat di depan pintu kelas Snape, melambai-lambaikan sehelai perkamen yang tampak-resmi dan berbicara lebih keras daripada seperlunya, sehingga mereka bisa mendengar setiap kata yang diucapkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀 𝐒𝐨𝐮𝐥𝐦𝐚𝐭𝐞 𝐖𝐡𝐨 𝐖𝐚𝐬𝐧'𝐭 𝐌𝐞𝐚𝐧𝐭 𝐭𝐨 𝐁𝐞 | 𝐕𝐨𝐥 𝐈
Fanfiction𝓨𝓸𝓾'𝓻𝓮 𝓳𝓾𝓼𝓽 𝓪 𝓼𝓽𝓻𝓪𝓷𝓰𝓮𝓻 𝔀𝓱𝓸 𝓾𝓷𝓭𝓮𝓻𝓼𝓽𝓪𝓷𝓭 𝓶𝓮 𝓶𝓸𝓻𝓮 𝓽𝓱𝓪𝓷 𝓲 𝓾𝓷𝓭𝓮𝓻𝓼𝓽𝓪𝓷𝓭 𝓶𝔂𝓼𝓮𝓵𝓯, 𝓪𝓷𝓭 𝓮𝓿𝓮𝓷𝓽𝓸𝓾𝓰𝓱 𝔀𝓮'𝓻𝓮 𝓶𝓪𝓭𝓵𝔂 𝓲𝓷 𝓵𝓸𝓿𝓮, 𝔀𝓮 𝓷𝓮𝓿𝓮𝓻 𝓶𝓮𝓪𝓷𝓽 𝓽𝓸 𝓫𝓮 𝓽𝓸𝓰𝓮𝓽𝓱𝓮𝓻. Ro...